"Ernest, biarkan Erich duduk. Berikan minuman kepada Erich!" Alvero memberi perintah kepada Ernest agar mengajak Erich duduk di kursi yang ada di hadapan Alvero.
Dengan cepat Alvero meraih sebuah botol berisi air mineral dan menyodorkannya kepada Erich. Setelah itu Alvero memberikan kode kepada Ernest agar mengambilkan kursi untuk Deanda agar Deanda bisa duduk di samping Alvero.
"Katakan padaku sweety... darimana kamu mendapatkan plakat ini? Sudah belasan tahun tidak ada seorangpun yang pernah melihat plakat ini lagi. Dan memang seharusnya plakat ini sudah dimusnahkan dari negara Gacetian." Mendengar perkataan Alvero, Deanda sedikit mengernyitkan dahinya, karena perkataan Alvero barusan sungguh membuatnya begitu penasaran.
"Waktu itu nyonya Rose memberikan padaku. Meminta aku menyimpannya, meminta aku menunggu sampai hari pernikahan kita baru aku memberikan kepada Yang Mulia. Aku tidak tahu kenapa nyonya Rose mencegahku untuk memberikan kepada Yang Mulia hari itu juga dengan alasan nyonya Rose tidak ingin merusak suasana pernikahan kita." Alvero mendengarkan perkataan Deanda sambil matanya masih menatap tajam ke arah plakat itu dengan pandangan mata menunjukkan kemarahan sekaligus kesakitan, karena melihat plakat itu seperti menyiramkan air garam ke luka yang terbuka kembali.
"Maaf Yang Mulia jika apa yang aku lakukan salah." Melihat wajah suaminya yang jelas-jelas menunjukkan suasana hatinya yang buruk membuat Deanda meminta maaf dengan suara pelan.
"Ah, tidak sweety, jangan merasa bersalah, kamu hanya menyampaikan pesan nyonya Rose dan nyonya Rose hanya ingin aku tidak terbawa emosi karena melihat plakat itu. Dia hanya tidak ingin merusak suasana hatiku di hari pernikahan kita." Alvero berkata sambil melempar plakat itu di atas meja.
"Apa nyonya Rose menceritakan tentang bagaimana dia mendapatkan plakat itu?" Alvero bertanya dengan menatap ke arah Deanda dan berusaha keras mengatur raut wajahnya kembali agar tidak terlihat begitu emosi.
"Kata nyonya Rose dia menemukannya di bawah tempat tidur yang mulia Vincent, di malam ketika terjadinya penyusupan oleh pembunuh bayaran itu." Deanda langsung menjawab pertanyaan Alvero yang kembali mengernyitkan dahinya.
"Di kamar yang mulia Vincent? Plakat itu ada di sana? Berarti plakat itu milik pembunuh bayaran itu, atau salah satu dari penghuni istana ini. Sial! Mereka benar-benar berada di dekat kita kembali, seperti belasan tahun lalu." Alvero berkata sambil memukulkan tangannya yang terkepal ke atas meja kerjanya.
"Dan aku yakin, plakat itu sebenarnya berhubungan erat dengan Eliana. Pagi itu dia sengaja berpura-pura menggeledah kamarmu, pasti dia sedang mencari plakat ini, karena dia tahu jika plakat itu jatuh ke tanganku, dia tinggal menunggu waktu kehancurannya saat aku menemukan hubungan pemilik plakat ini dengannya." Alvero berkata sambil memandang ke arah Deanda, merasa bersyukur saat itu dia bisa bertindak cepat karena adanya Alea sebagai mata-mata diantara para pekerja di istana.
"Ernest, segera cek rekaman cctv 48 jam di sekitar kamar yang mulia Vincent, sebelum dan sesudah kejadian usaha pembunuhan yang mulia Vincent. Kirimkan rekaman itu kepada duke Evan, minta dia segera melakukan identifikasi semua orang yang terlihat keluar masuk ke dalam kamar yang mulia Vincent. Semua data lengkap dari orang-orang itu. Erich, segera berangkat ke kota Renhill setelah Ernest mendapatkan rekaman itu, serahkan kepada duke Evan secara pribadi, juga plakat itu. Duke Evan akan segera tahu apa yang harus dia kerjakan saat melihat plakat itu." Alvero berkata sambil meraih dan melemparkan plakat itu ke arah Erich yang langsung menggenggam erat plakat itu dengan tulang wajahnya terlihat mengeras karena dia mengatupkan erat-erat gerahamnya, berusaha menahan emosinya.
"Erich... apa kamu akan baik-baik saja berangkat ke kota Renhill hari ini? Apa lebih baik Ernest yang berangkat ke sana untuk menemui duke Evan?" Alvero yang melihat bagaimana emosinya Erich, akhirnya berusaha menawarkan kepada Erich agar berganti posisi dengan Ernest.
"Tidak Yang Mulia. Tidak perlu pengganti. Saya ingin menjadi orang yang pertama mengetahui perkembangan penyelidikan tentang siapa pemilik plakat ini secepatnya." Keinginan Erich untuk secepat mungkin mengetahui siapa pemilik plakat itu bahkan membuatnya lupa bahwa Ernest memiliki kecenderungan mabuk laut.
"Baiklah kalau begitu. Simpan baik-baik plakat itu. Dan pembicaraan kita hari ini, adalah pembicaraan rahasia yang tidak ada seorangpun diantara kita boleh membocorkannya." Alvero berkata sambil bangkit dari duduknya.
"Ernest, hari ini aku akan mengajak permaisuri berkuda setelah sarapan, siapkan keperluan kami. Umumkan kepada yang lain mungkin ada pangeran atau putri yang ingin bergabung dengan kami hari ini." Alvero berkata sambil memandang ke arah Deanda yang terlihat bingung, dengan kondisi genting seperti ini kenapa justru Alvero ingin mengajaknya berkuda, apalagi sebenarnya dia tidak bisa berkuda sama sekali.
"Ayo kita kembali ke kamar sweety. Aku perlu membersihkan diriku sebelum mengikuti acara makan pagi bersama yang lain." Alvero yang masih mengenakan bathrobes, berkata sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya, diikuti oleh Deanda, Ernest maupun Erich.
Begitu sampai di kamar dan menutup pintu kamar rapat-rapat, Alvero langsung membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Deanda yang wajahnya masih terlihat serius karena memikirkan semua yang sudah dibicarakan di ruang kerja Alvero tadi.
"Kenapa dengan wajahmu sweety?"
"Apa kamu baik-baik saja?" Mendengar pertanyaan balik dari Deanda, Alvero segera menarik pergelangan tangan Deanda dan mengajaknya duduk bersebelahan dengannya di sofa yang ada di kamarnya.
"Apa yang membuatmu berpikir aku sedang dalam kondisi tidak baik?"
"Tadi... saat melihat plakat itu.... kamu dan Erich terlihat benar-benar emosi, sebenarnya apa arti dari plakat itu bagi kalian berdua?" Perkataan Deanda sukses membuat Alvero menarik nafas dalam-dalam dengan senyum tipis.
My sweety... kita belum lama saling mengenal dan bahkan belum ada seminggu kita menikah, tapi kamu sepertinya sudah begitu mengenalku. Seolah-olah sebelumnya kita berdua memang sudah terhubung dalam waktu yang cukup lama.
Alvero berkata dalam hati sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
"Plakat itu.... adalah plakat yang ditemukan saat pertama kalinya para pengawal menemukan jenazah mama. Saat itu tangan mama terlihat menggenggam erat plakat itu, seolah berusaha memberikan petunjuk tentang siapa yang sudah berusaha membunuhnya. Aku yakin pemilik plakat itu berhubungan dengan orang yang sengaja menyebabkan kebakaran di tempat kediaman mama waktu itu. Kedua kalinya aku melihat plakat itu ketika aku diculik dan hampir terbunuh ketika masih kecil. Plakat itu... adalah plakat yang dimiliki oleh para petinggi kelompok pemberontak yang waktu itu pernah hampir menguasai istana, tapi karena papa Alexis istana berhasil diselamatkan. Harusnya para pemilik plakat itu sudah disingkirkan dari kerjaan Gracetian. Jika plakat itu muncul kembali, artinya para pemberontak itu sedang membangun kekuatan mereka kembali dan berusaha untuk melakukan pemberontakan lagi." Deanda tersenyum tipis mendengar Alvero menyebutkan nama papanya dengan "papa Alexis", menunjukkan bahwa Alvero menganggap Alexis sebagai ayah mertuanya.
"Dan bagi Erich, gambar pada plakat itu mengingatkannya pada kejadian pembantaian besar-besaran di desa tempat tinggal saat masa kanak-kanaknya dia dulu." Alvero melanjutkan kata-katanya sambil menahan nafasnya.
"Suasana hatimu pasti buruk melihat plakat itu kembali muncul. Apa... kita harus berkuda seperti katamu? Kamu... tidak ingin melakukan sesuatu untuk bisa menemukan siapa pemilik plakat itu?" Alvero langsung menatap Deanda dalam-dalam begitu mendengar pertanyaan Deanda.
"Aku harus mengalihkan perhatian mereka, karena aku yakin beberapa anggota mereka masih berada di istana ini, di sekitar kita. Aku tidak boleh membiarkan mereka tahu aku sedang melakukan banyak hal untuk melakukan penyelidikan. Biarkan mereka berpikir kita masih sibuk dengan bulan madu kita." Alvero berkata sambil mengelus lembut rambut Deanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
next
2022-11-24
0
Nailott
ide yg bsgus yg mulia, mudah2,an pemilik. plakat itu cepat ditemkan dan dihukum..
2022-05-26
0
Nailott
ikut. apa kata suamimu deanda.
2022-05-25
0