“Ah… eh… ya… yang… mulia.” Deanda hanya bisa menanggapi perkataan Alvero dengan suara terputus-putus dan tampak begitu gugup, apalagi menyadari saat ini tubuhnya masih dalam kondisi polos, dan pastinya Alvero yang masih di terbaring di tempat tidur bisa melihat seluruh bagian belakang tubuhnya tanpa ada yang menutupinya sama sekali.
Keinginan Deanda untuk bisa segera membersihkan diri di kamar mandi dan segera keluar dari kamar untuk menghindari sosok Alvero sementara waktu, menguap begitu saja karena suara Alvero barusan benar-benar kembali mengacaukan pikiran dan hatinya. Apalagi Deanda dengan jelas melihat begitu banyaknya tanda merah di seluruh tubuhnya saat tadi dia membuka selimut yang menutupi tubuh polosnya tadi. Dan dia tahu dan ingat dengan jelas tanda merah itu terpatri di tubuhnya oleh siapa dan dengan cara bagaimana.
Dengan cepat Deanda menarik selimut tebal yang tadinya dia lepaskan dan sibuk menutupi tubuhnya kembali, melilitkan selimut itu ke tubuhnya. Melihat bagaimana salah tingkahnya Deanda, apalagi begitu melihat dirinya sudah terbangun, membuat Alvero langsung menyungingkan sebuah senyum geli ke arah Deanda.
Dan tanpa disangka-sangka oleh Deanda yang masih sibuk berkutat dengan pikiran dan rasa malunya, Alvero menggerakkan tangannya ke pinggang Deanda, menarik tubuh istrinya ke arahnya, sehingga Deanda yang awalnya masih duduk di pinggiran tempat tidur, tubuhnya kembali terbaring di tempat tidur sambil tangannya memegang erat selimut yang untuk menutupi tubuhnya, sedang sebagian dari selimut itu masih menutup tubuh Alvero.
“Selamat pagi sweety…. Apa tidurmu nyenyak semalam? Apa masih terasa sakitnya?” Alvero yang memiringkan tubuhnya ke arah Deanda sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya yang terkepal, berkata sambil menatap ke arah Deanda yang terbaring di sisinya tanpa berani menatap ke arah Alvero sama sekali.
Mata Deanda menatap lurus ke atas langit-langit kamar, bahkan berusaha memikirkan hal-hal yang bisa membuat pikirannya teralihkan dari Alvero yang hanya bisa menahan senyum gelinya melihat sikap Deanda yang sedikit aneh pagi ini.
“Kenapa denganmu sweety? Apa langit-langit kamar kita sudah waktunya di renovasi?” Mendengar pertanyaan konyol dari Alvero, mau tidak mau Deanda memandang ke arah Alvero yang langsung mengedipkan sebelah matanya dengan senyum menggodanya, membuat Deanda langsung mengalihkan kembali pandangan matanya dari wajah Alvero sambil berdehem kecil, menelan ludah di tenggorakannya.
“Ada apa denganmu sweety? Kenapa pagi ini kamu begitu menghindar untuk menatap ke arahku? Apa kamu mulai merasa bersalah karena tindakanmu semalam kepadaku?” Mendengar pertanyaan Alvero, mau tidak mau Deanda kembali memandang ke arah Alvero.
“Aku… tidak tahu… apa maksudmu. Apa yang sudah terjadi semalam di antara kita? Maaf, aku tidak ingat apapun tentang kejadian semalam.” Deanda berusaha setenang mungkin mengeluarkan kata-kata dari bibirnya, sekaligus berusaha berpura-pura tidak tahu dan lupa tentang apa yang terjadi tadi malam. Namun tentu saja Alvero bisa melihat bahwa Deanda tidak jujur dengan apa yang baru saja dikatakannya, membuat Alvero semakin ingin menggodanya.
“Kamu tidak ingat apapun sweety? Wahh…. Kamu benar-benar tega padaku. Kamu sudah memaksaku melakukan “itu” semalam… bahkan kamu mengancam akan menceraikanku kalau aku menolak keinginanmu. Juga mengancam akan menyebar luaskan rahasia tentang alergiku kepada seluruh rakyat Gracetian kalau aku tidak memberikan setengah dari harta kekayaanku kepadamu.” Deanda melotot kaget mendengar perkataan Alvero yang baginya sungguh tidak masuk akal.
Dia tidak mungkin melakukan apa yang dikatakan oleh Alvero, dan walaupun ingatannya tidak begitu jelas, tapi Deanda benar-benar tidak ingat sudah mengancam Alvero seperti itu, yang diingatnya justru tindakannya yang memalukan dengan merayu Alvero dan meminta Alvero menjadikannya milik Alvero seutuhnya.
“Tidak mungkin aku mengatakan hal seperti itu.” Deanda berkata sambil mengernyitkan dahinya, sambil berusaha mengingat dengan keras apakah dia benar-benar mengatakan apa yang baru saja dituduhkan oleh Alvero kepadanya.
“Benarkah? Lalu bagaimana dengan pernyataan cintamu padaku? Kamu mengatakan bahwa saat kamu ingin kita bercerai setelah mimpiku tercapai adalah sebuah kebohongan. Kamu ingin selamanya berada di dekatku. Kamu rela melakukan apapun untukku.” Alvero berkata sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Deanda yang langsung menelan ludahnya sambil menutup kedua matanya untuk menahan rasa malunya.
“Aku tidak merasa sudah mengatakan hal seperti itu kepadamu. Mungkin kamu salah ingat.” Deanda menyangkal perkataan Alvero sambil menatap ke arah Alvero dengan tatapan mata yang terlihat begitu tidak tenang, membuat Alvero tahu bahwa saat ini Deanda sengaja berpura-pura tidak mengingat apa yang baru saja dia katakan barusan.
“Aist… serius? Kamu tidak ingat sedikitpun tentang kejadian semalam? Wahh….untung sekali aku sudah menyalakan cctv kamar ini… bukti sudah di tangan, kamu tidak akan bisa menghindar.” Mendengar perkataan Alvero, tanpa sadar, Deanda terpekik kaget dan langsung mendekatkan tubuhnya ke arah Alvero.
“Berikan rekaman itu kepadaku. Bagaimana kamu bisa merekam kejadian yang begitu pribadi bagi kita? Bagaimana kalau sampai ada orang lain yang melihatnya?”
“Kejadian pribadi? Barusan kamu bilang kamu tidak ingat kejadian semalam? Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa kejadian semalam adalah peristiwa pribadi bagi kita?” Mendengar perkataan Alvero, wajah Deanda sontak memerah.
“A… aku tidak tahu, tolong berikan rekaman cctv itu padaku sebelum orang lain melihatnya.” Alvero langsung tertawa keras mendengar kata-kata dengan nada memohon dari Deanda.
“Ayolah sweety, yang benar saja… cctv di kamar kita? Siapapun yang berani merekam apa yang terjadi di kamar kita, lebih baik aku memberinya hukuman pancung. Tidak ada cctv di sini. Kamu polos sekali. Siapa yang rela privasinya di kamar direkam kamera cctv.” Alvero berkata sambil mencium sekilas kening Deanda.
Istri cantikku yang polos benar-benar menggemaskan
Alvero berkata dalam hati sambil mengelus wajah Deanda lembut.
“Terimakasih untuk tadi malam. Aku tidak menyangka begitu mabuk kamu mengeluarkan sisi lain dari dirimu yang tidak pernah kamu tunjukkan. Well, tapi aku suka…. Kata orang apa yang dikatakan oleh orang mabuk, itu adalah suatu kejujuran yang mengalir dalam hatinya, sesuatu yang disembunyikan di dalam dirinya. Aku tidak tahu ternyata kamu begitu mencintai dan menginginkanku.” Mendengar kata-kata Alvero, Deanda hanya bisa melongo dengan wajah semakin memerah.
“Sudah aku katakan, aku tidak ingat apa yang aku katakan tadi malam. Jangan dianggap terlalu serius, mungkin kamu salah dengar.” Mendengar perkataan Deanda sambil menghindari tatapan matanya, Alvero langsung terbeliak kaget.
“Wahhhh…. Bahkan sampai sekarang kamu terus menyangkalnya dan berpura-pura tidak mengingat kejadian semalam. Ck ck ck…. Apa benar kamu tidak ingat apa yang terjadi semalam?” Alvero berkata sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Deanda yang langsung berpaling ke kanan tanpa menjawab pertanyaan Alvero yang akhirnya mendekatkan hidung mancungnya ke telinga Deanda.
“Tidak masalah kalau kamu tidak mengingatnya. Ayo kita ulang sekali lagi agar kamu mengingatnya dengan jelas. Jika perlu, aku akan melakukan persis seperti yang tadi malam telah kita lakukan, agar ingatanmu kembali.” Alvero berbisik lembut sambil hidung mancungnya mulai berpindah dari telinga Deanda ke arah lehernya, setelah meninggalkan sebuah kecupan mesra dari bibirnya yang basah ke telinga Deanda, membuat Deanda sedikit bergidik geli, namun juga merasa sensasi debaran aneh di dadanya karena tindakan Alvero barusan, merasakan tubuhnya seakan sedang tersetrum aliran listrik kecil yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Selanjutnya, dengan bibirnya Alvero mulai mengecup leher jenjang istrinya, kembali meninggalkan tanda kepemilikan di sana, di dekat tanda lain yang belum lagi memudar, membuat tubuh Deanda tersentak kaget dan tanpa sadar menggeliat dengan sedikit menjauh namun tanpa disadarinya, bibirnya menyungingkan senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Susanti
💞❤️💞❤️💞❤️❤️
2022-08-26
0
Nailott
iya tu jngn ada pelakor .biarkan mereks bahagia.lebih baek menghadapi musuh dari pada mengahadapi pelakor
2022-05-26
0
rudy adji
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-02-26
0