"Selamat siang Yang Mulia." Begitu pintu dibukakan oleh Alvero, baik Evan maupun Danella langsung mengucapkan selamat siang sekaligus memberikan salam hormat kepada Alvero yang langsung memberikan tanda bahwa dia menerima penghormatan mereka berdua.
"Selamat siang, selamat datang, silahkan masuk." Alvero langsung mengajak mereka berdua masuk ke penthousenya.
Erich dan Ernest yang berdiri di belakang Danella dan Evan ikut melangkah masuk ke dalam, namun berdiri agak jauh di salah satu sudut ruang tamu penthouse pribadi milik Alvero dengan sikap siaga.
Deanda yang telah selesai melakukan apa yang diminta oleh Alvero segera kembali ke ruang tamu dan dengan sengaja mengurai rambutnya yang panjang, mencapai pinggangnya. Saat melewati cermin yang ada di dekat meja dimana Alvero menyuruhnya meletakkan sup tadi tanpa sengaja Deanda melihat tanda merah di lehernya akibat perbuatan Alvero sebelumnya, membuat dengan cepat Deanda melepaskan ikatan rambutnya untuk menutupi tanda merah tersebut jika tidak ingin mendapatkan malu jika ada orang lain yang melihatnya, apalagi Danella atau Evan.
Yang mulia, apa kamu sengaja melakukan ini agar orang lain tahu bahwa aku adalah milikmu? Bahkan bukan hanya seluruh rakyat Gracetian, banyak orang dari negara lain juga tahu kalau kita sudah menikah tanpa harus yang mulia memberikan stempel kepemilikan seperti ini.
Deanda sedikit menggerutu dalam hati, bukannya dia tidak rela atas perbuatan Alvero barusan, tapi dia lebih memikirkan rasa malunya jika sampai orang lain melihat tanda itu, walaupun Deanda tahu bagi Alvero dan dia tanda itu merupakan tanda cinta mereka.
"Selamat siang Permaisuri." Begitu Deanda berjalan mendekat ke arah ruang tamu, Evan dan Danella segera memberikan sapaan dan salam hormat mereka kepada Deanda yang statusnya sekarang bukan lagi gadis biasa, namun seorang permaisuri Gracetian.
"Selamat... siang." Deanda menjawab sapaan Evan dan Danella dengan sikap ragu, karena di masa lalu, harusnya dia yang memberikan salam penghormatan kepada mereka.
Alvero yang melihat Deanda menguraikan rambutnya sedikit membeliakkan matanya, bukan karena dia keberatan Deanda berusaha menutupi tanda yang baru saja dia buat di leher jenjang istrinya yang berkulit putih mulus, namun karena dengan rambut tergerainya, kesan feminim dari Deanda tampak begitu menonjol, sehingga mempertegas kecantikan yang dimilikinya.
Kalau saja saat ini bukan sebuah rencana penting yang harus aku bahas bersama duke Evan untuk masa depan Gracetian, tidak segan-segan aku akan menggendongmu dan membawamu ke kamar agar siang ini kamu tidak perlu memperlihatkan dirimu kepada Evan, menunjukkan betapa cantik dan mempesonanya dirimu. Rasanya benar-benar menjengkelkan melihat bagaimana mata para pria memandangmu dengan tatapan terpesonanya. Apa mereka tidak tahu bahwa sekarang kamu adalah milikku seorang?
Alvero hanya bisa menggerutu dalam hati, merasa tidak rela Deanda tampil begitu cantik di depan Evan yang masih saja membuatnya merasakan perasaan tidak nyaman di dadanya saat melihat mata hijau Evan tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya saat menatap ke arah permaisurinya. Dan tentu saja itu terjadi karena sampai saat ini, Evan masih mengira bahwa Alvero hanya mengggunakan pernikahannya dengan Deanda untuk kepentingannya mencapai tahta, bukan karena Alvero benar-benar mencintai Deanda, sekaligus karena Evan masih berharap suatu ketika, Deanda akan menjadi gadis yang bebas kembali saat kontrak pernikahannya dengan Alvero berakhir, dan dia bisa menjadi laki-laki yang menjadi pelabuhan terakhir tempat hati Deanda bersandar.
"Senang sekali bertemu kembali dengan Anda Duchess Danella." Deanda mendekat ke arah Danella yang sejak melihat sosok cantik Deanda terus menyungingkan senyum, seperti seorang ibu bertemu dengan anak perempuannya yang sudah lama tidak mengunjunginya.
Meskipun Danella tahu bahwa Deanda sudah menikah dengan Alvero, yang artinya tidak mungkin lagi baginya mengharapkan Deanda menjadi menantunya, istri bagi anaknya Evan.... Tetapi Danella yang terlanjur begitu menyukai Deanda seperti anaknya sendiri tidak bisa dengan mudah melepaskan perasaan sayangnya kepada Deanda.
"Duchess, bolehkan aku memelukmu?" Deanda yang melihat rasa rindu Danella yang terpancar dari tatapan matanya, akhirnya bertanya dengan suara lirih ke arah Danella, yang langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Tentu saja sayang. Aku juga begitu merindukanmu." Danella berkata sambil membuka kedua tangannya, lalu bergerak memeluk Deanda dan mengelus punggungnya. Pada Akhirnya Danella tidak tahan juga untuk bersikap kaku terhadap Deanda.
Bahkan selama Evan pergi keluar kota saat bertugas, sejak Danella mengenal Deanda, Danella begitu suka mengundang Deanda ke rumahnya atau mengajak Deanda berbelanja keluar. Justru saat Evan ada di kota Tavisha, biasanya dengan halus Deanda akan menolak ajakan Danella, dan Danella cukup hafal dengan kebiasaan Deanda, sehingga jika ada Evan di kota Tavisha, justru Danella boleh dikata hampir tidak pernah mengajak Danella datang ke rumah atau menemaninya berbelanja. Sikap Deanda yang begitu sopan itu, merupakan salah satu alasan Danella begitu menyukai gadis itu dan sempat berpikir untuk menjadikannya menantu.
"Aku juga merindukan Anda Duchess Danella, juga pai buah yang selalu Anda buatkan untukku." Deanda berkata pelan sambil membalas pelukan Danella dengan hangat.
(Pastei atau Pai (bahasa Belanda: pastei; bahasa Inggris: pie) adalah makanan yang terdiri dari kulit kue kering dan isi yang beraneka ragam. Isi pastei dapat berupa buah, daging, ikan, sayur, keju, coklat, kustar, kacang, dan lain-lain. Pastei yang berisi buah biasanya berupa cairan kental yang dimaniskan mirip selai atau dipotong-potong dadu lalu dipanggang bersamaan dengan kulit pasteinya. Pastei buah biasanya disajikan dengan es krim, disebut à la mode. Pastei daging Australia dianggap sebagai makanan nasional Australia, berisi daging sapi dan kuah kental (gravy). Hidangan khas Adelaide adalah pastei apung (pie floater). Di Indonesia, terkenal pie susu (pastei susu) yang berasal dari Bali. Berbeda dengan pastei pada umumnya, pie susu berukuran lebih kecil serta pinggirannya cenderung tipis dan kering sehingga dapat awet dalam waktu 5 hari dalam suhu ruangan. Di bagian tengah pie biasanya ditambahkan krim kuning atau selai).
Suara deheman pelan dari Alvero membuat Deanda dan Danella saling melepaskan pelukan mereka. Deanda harus sedikit menahan senyum gelinya melihat sekilas mata Alvero meliriknya dengan tatapan seolah-olah cemburu melihat pelukan mesra antara dia dan Danella.
Wahhh, benar-benar suamiku ini.... bahkan seorang wanita pun bisa membuatnya begitu cemburu, benar-benar seperti anak kecil.
Deanda bergumam pelan dalam hati, tidak melihat bahwa sebenarnya lirikan cemburu Alvero bukan kepada Danella, tapi kepada Evan yang terlihat bahagia melihat kedekatan mamanya dengan Deanda.
"Ayo kita nikmati makan siang kita sekarang." Alvero berkata sambil mendekat ke arah Deanda, dan dengan gerakan cepat, langsung melingkarkan lengannya ke punggung Deanda dan mengajaknya berjalan ke arah ruang makan dimana beberapa menit setelah kedatangan Evan dan Danella, Abella dan Alea datang ke sana dan menata menu makan siang mewah di meja ruang makan penthouse milik Alvero.
Melihat bagaimana sikap mesra yang ditunjukkan Alvero kepada Deanda, Evan sedikit menahan nafasnya, dan dengan cepat mengalihkan matanya dari pemandangan itu, ditatapnya wajah Danella yang sedang menoleh ke arahnya, sehingga Evan buru-buru menyungingkan senyum di wajahnya agar tidak membuat mamanya merasa cemas, dan menunjukkan bahwa dia bisa mengendalikan perasaannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Tie Rumyati
susah duh namanya hampir sama.danwlla .deanda aliya
2023-09-11
0
hilman
thor semangat terus
2023-02-03
0
ria aja
jdi sedih AQ.ksian evan.alvero jga ktrlaluan sih.udah tau deandanmilokx TPI masih jga brskap kekNakan
2022-11-23
0