"Permaisuri, yang mulia Alvero tidak akan mengikuti afternoon tea karena masih sibuk di ruang kerjanya. Pelayan akan mengantarkan teh chamomile kepada yang mulia. Apa permaisuri tidak ingin memberikan teh itu kepada yang mulia Alvero sekaligus melihat kondisi yang mulia? Sepanjang hari permaisuri dan yang mulia sama-sama sibuk. Sejak dulu jika sedang sibuk, yang mulia Alvero bahkan seringkali melupakan waktu makan dan minumnya. Tentu saja itu tidak baik untuk kesehatan yang mulia. Apalagi sebagai istrinya, permaisuri juga pasti sudah mengetahui bahwa yang mulia Alvero menderita insomnia kronis. Jika istirahat kurang, makan dan minumnya kurang, saya rasa permaisuri tahu resiko besar apa yang sedang dihadapi oleh yang mulia jika diteruskan." Deanda yang sedang duduk di salah satu kursi tinggi yang ada di dapur istana langsung menahan nafasnya mendengar perkataan nyonya Rose.
Ada rasa khawatir yang tiba-tiba menghantam dada Deanda mendengar kebiasaan buruk Alvero. Namun di satu sisi, hari ini jika saja bisa Deanda lebih memilih untuk dapat sendiri tanpa diganggu oleh siapapun.
"Aku tidak mau mengganggu konsentrasi kerja yang mulia. Yang mulia sedang sibuk sekarang, dan yang sedang dikerjakannya adalah sesuatu yang sangat penting." Nyonya Rose langsung mendekat ke arah Deanda begitu mendengar penolakan dari Deanda.
"Justru karena itu permaisuri harus menjenguknya di ruang kerja. Apa permaisuri berpikir jika hanya seorang pelayan mengantarkan teh kepada yang mulia... yang mulia Alvero akan segera meminumnya? Yang terjadi selama ini justru sampai teh itu dingin bahkan yang mulia Alvero tidak menyentuhnya sama sekali." Nyonya Rose berkata sambil melirik ke arah brownies coklat hasil karya Deanda yang masih utuh tergeletak di atas meja stainless, belum dipotong-potong kecil.
Dalam hati nyonya Rose merasa senang melihat bagaimana Deanda yang mengenal baik selera makan suaminya, dan tentu saja juga snack kesukaan Alvero, brownies coklat.
"Jika permaisuri ikut kesana mengantar teh itu, saya rasa yang mulia pasti mau meminumnya. Di saat sibuk seperti hari ini, teh chamomile akan sangat membantu yang mulia Alvero." Nyonya Rose berkata sambil meraih brownies coklat itu dan mulai memotong-motongnya, lagi menatanya dalam piring.
(Sejak zaman Mesir Kuno, teh chamomile sudah dipercaya sebagai obat pereda migrain. Teh chamomile mengandung zat pereda rasa nyeri dan antioksidan yang tinggi. Sementara di Jepang, bunga chamomile dikenal sebagai tanaman obat. Teh chamomile membantu menenangkan serta mengurangi kecemasan. Jenis teh ini memiliki aroma wangi yang semerbak dan khas. Teh Chamomile berasal dari kelopak bunga chamomile, maka dari itu jenis teh ini sangat harum aromanya, serta dapat membuat tubuh menjadi rileks. Di Jepang, bunga chamomile dikenal sebagai obat. Ada dua jenis chamomile yang digunakan untuk teh herbal yaitu chamomile yang berasal dari Roma dan chamomile yang berasal dari Jerman. Chamomile dari Roma sangat pahit dan tidak dapat digunakan sebagai teh herbal, namun banyak digunakan sebagai minyak esensial dan pewarna. Sedangkan Teh chamomile yang sering dijumpai adalah chamomile dari Jerman. Chamomile atau manzanilla termasuk dalam teh herbal sehingga tidak mengandung kafein, seperti teh hitam atau teh hijau. Jadi, teh ini tidak memberikan stimulasi seperti halnya teh tradisional. Sebaliknya, chamomile malah membantu menenangkan, membantu untuk tidur, dan mengurangi kecemasan. Teh Chamomile mempunyai banyak manfaat, yaitu membuat tidur lebih nyenyak, meringankan reaksi alergi, menghangat badan bagi penderita gejala flu, mengurangi demam, dan hidung tersumbat. Ada beberapa bukti ilmiah yang mendukung penggunaan teh chamomile untuk mengatasi kecemasan dan insomnia. Dan, ada pula beberapa bukti klinis terbatas yang dapat membantu mengurangi kejang otot, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasinya. Di samping itu, teh chamomile juga dapat memiliki efek samping, seperti kemerahan atau bengkak pada orang yang hipersensitif atau alergi terhadap tanaman (terutama ragweed atau krisan).
"Saat yang mulia Alvero sedang sibuk bekerja atau sedang banyak masalah, saya selalu menyediakan teh chamomile untuknya. Saya akan membuatkan teh chamomile sekarang. Pelayan akan membawanya ke ruang kerja yang mulia Alvero, sekaligus menyuguhkan brownies buatan permaisuri." Tanpa meminta kesediaan Deanda kembali, nyonya Rose langsung menyeduh teh chamomile untuk Alvero.
Malam ini harus berjalan lancar antara yang mulia Alvero dan permaisuri Deanda. Mereka berdua tidak boleh menundanya lagi. Semakin cepat semakin baik, dan semoga pemaisuri Deanda cepat hamil.
Nyonya Rose berkata dalam hati sambil membubuhkan sesuatu di poci teh yang akan disuguhkan kepada Alvero, sambil tersenyum dan melirik ke arah Deanda yang tidak menyadari apa yang sedang diperbuat oleh nyonya Rose terhadap teh chamomile untuk Alvero.
Deanda yang mau tidak mau harus mengakui bahwa dia juga merasa khawatir dengan Alvero yang sejak Vincent dirawat di rumah sakit harus menghabiskan banyak waktu di jalan antara Tavisha dan Renhill, juga harus memeras otaknya bersama Evan dan yang lain, akhirnya bangkit dari duduknya, berjalan ke arah ruang kerja Alvero dengan dua orang pelayan berjalan di belakangnya, yang satu memegang nampan yang diatasnya terdapat teko berisi teh dan cangkir, sedang pelayan yang lain memegang nampan berisi brownies dan buah-buahan.
Sebuah suara ketukan dan bel dari arah pintu ruang kerja Alvero bahkan tidak membuat Alvero bergeming dari duduknya di kursi yang ada di belakang mejanya dengan mata menatap serius ke arah layar laptop dimana Evan sedang menunjukkan rekaman cctv yang menggambarkan tentang jumlah, formasi, kesiapan dan persenjataan orang-orang yang berada di sekitar rumah sakit tempat Vincent dirawat, juga beberapa titik penting di istana.
Ernest yang mendengar ada sebuah suara ketukan dan bel dari arah pintu segera berjalan ke sana dan membukakan pintu tersebut.
"Selamat sore Ernest." Deanda langsung menyapa Ernest yang membalas sapaan Deanda dengan membungkukkan tubuhnya dan senyum di wajahnya.
Alvero yang awalnya serius mengamati rekaman cctv, langsung mengangkat kepalanya, mengalihkan matanya dari layar laptopnya begitu mendengar suara dari permaisurinya. Sebuah senyuman langsung mengembang di wajahnya.
Kehadiran Deanda di dalam ruang kerjanya membuat Alvero langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah sofa yang ada beberapa meter dari meja kerjanya dan duduk di sana sambil memberikan tanda kepada Deanda agar duduk di sana bersamanya.
Dua pelayan yang bersama Deanda langsung meletakkan teko berisi teh dan cangkirnya, juga piring berisi brownies dan buah segar di meja yang ada di hadapan Alvero dan Deanda. Setelah itu mereka segera keluar kembali diikuti oleh Ernest dan Erich yang tanpa sepengetahuan Deanda, Alvero memberikan tanda melalui tangannya agar mereka berdua keluar dari ruangan itu untuk sementara waktu sehingga dia bisa menikmati sedikit waktu bersama Deanda sambil beristirahat sebentar sebelum kembali berkutat dengan Evan kembali.
"Brownies? Kamu yang membuatnya? Pasti lezat seperti biasanya." Alvero bertanya sambil mengambil piring kecil dan garpu, mengambil satu potong brownies, memindahkan ke piring kecil yang ada di tangannya.
"Iya, hari ini aku tidak ada kesibukan, karena itu aku di dapur bersama nyonya Rose sepanjang hari ini. Awalnya hanya ingin melihat para pelayan, tapi tidak tahan juga untuk tidak ikut menyibukkan diri di dapur." Mendengar penjelasan Deanda, Alvero merasa sedikit bersalah tidak bisa menemani Deanda sepanjang hari ini.
Walaupun secara fisik Alvero berada di istana, tapi karena kesibukannya membuat dia tidak bersama dengan Deanda bahkan sejak mereka berdua kembali dari kantor Adalvino pagi tadi.
"Ah, memang hari ini aku harus menyelesaikan urusanku dengan Evan. Aku akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Setelah makan malam, kita bisa sedikit bersantai di taman istana." Alvero berkata sambil menyesap teh dari cangkir berisi teh yang baru saja dituangkan Deanda dari poci untuknya, setelah Alvero menghabiskan dua potong brownies buatan Deanda.
"Aku tahu kamu masih sibuk sekali, bahkan melewatkan makan siangmu dan acara afternoon tea juga. Untuk makan malam nanti, jangan melewatkan makan malammu atau aku juga tidak akan mengikuti makan malam di istana. Jangan begitu tidak perduli dengan kesehatanmu seperti itu. Jangan membuat orang lain khawatir." Alvero yang sedang menikmati tehnya sedikit terbeliak mendengar perkataan Deanda, namun aura bahagia terlukis di wajahnya dengan jelas.
"Apa saat ini kamu begitu mengkhawatirkan suamimu sweety. Senang sekali mendengarmu mengatakan itu." Alvero berkata sambil mencium pipi Deanda sekilas, membuat Deanda tersentak kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
next
2022-11-23
0
Nailott
wah ..gawat juga tu.kalo obst yg diksih nyonya rose .bisa2,yg mulia melewatkan maksn malamnya
2022-05-25
0
rudy adji
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-02-26
0