“Ernest!” Alvero yang masih menggunakan bathrobesnya, menunjukkan bahwa dia belum mandi langsung menyapa Ernest yang berada tepat di depan pintu kamarnya.
“Ya Yang Mulia.” Ernest langsung menjawab panggilan Alvero sambil memberikan salam penghormatannya pagi ini.
“Apa nyonya Rose sudah ada di ruang kerjaku?” Alvero berkata sambil berjalan ke arah ruang kerjanya yang berada tidak jauh dari kamarnya.
“Sudah Yang Mulia.” Ernest menjawab sambil berjalan mengikuti langkah-langkah Alvero ke ruang kerjanya.
“Selamat pagi Yang Mulia.” Nyonya Rose yang berdiri di dekat meja kerja Alvero sambil menghadap ke arah pintu masuk langsung menyapa Alvero yang baru saja memasuki ruang kerjanya dan bergerak cepat ke arah meja kerjanya, duduk di atas kursi kebesarannya yang ada di balik meja kerja besar dan terlihat kokoh sekaligus mewah itu.
“Selamat pagi nyonya Rose, duduklah, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu pagi ini.” Alvero berkata sambil melirik ke arah Ernest, memberikan kode dengan tatapan mata hazelnya agar Ernest ikut duduk di samping nyonya Rose.
“Nyonya Rose, aku minta semua data lengkap seluruh pelayan yang berkerja di dapur kemarin, dan siapa saja yang menyiapkan makan malam untuk permaisuri, juga cari siapa yang sudah menyeduh teh chamomile yang sudah aku minum kemarin sore di ruang kerjaku.” Alvero berkata sambil memandang ke arah nyonya Rose yang tampak menatap serius ke arah Alvero sambil menarik menghela nafasnya.
“Yang Mulia…. Sebelum semua nama pelayan ada di meja Yang Mulia pagi ini. Saya harus mengakui kesalahan saya kepada Yang Mulia…” Alvero memandang ke arah nyonya Rose sambil mengernyitkan dahinya.
“Kesalahan apa yang sudah Nyonya Rose lakukan? Selama bertahun-tahun Nyonya bekerja di istana ini, tidak pernah sekalipun Nyonya melakukan kesalahan fatal.” Alvero menatap tajam ke arah nyonya Rose, merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh nyonya Rose, yang baginya sudah seperti ibunya sendiri itu.
“Maaf Yang Mulia, kali ini kesalahan saya benar-benar fatal. Saya bersalah karena saya sudah bersikap begitu egois dan kurangajar, menginginkan sesuatu yang mungkin bukan merupakan hak saya….” Nyonya terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya, karena dia sadar tindakannya kemarin benar-benar merupakan tindakan kurang ajar kepada raja dan permaisuri Gracetian, dan jika karena tindakannya itu di mendapatkan hukuman cambuk, penjara seumur hidup, ataupun hukuman mati, baginya itu merupakan hukuman yang layak dia terima karena tindakan kurang ajarnya kepada pimpinan tertinggi di negara Gracetian ini.
“Saya begitu menginginkan kehadiran seorang putra mahkota di istana ini sehingga sudah berani berbuat nekat dengan memberikan minuman bercampur alkohol kepada permaisuri dan memberikan obat penambah energi kepada Yang Mulia melalui teh chamomile yang saya seduh kemarin untuk Yang Mulia.” Mendengar penjelasan nyonya Rose, baik Alvero maupun Ernest langsung membeliakkan matanya sehingga membulat sempurna, karena Ernestpun baru tahu kalau selain menambahkan alkohol ke minuman Deanda, ternyata nyonya Rose juga menambahkan sesuatu yang lain di minuman Alvero sebagai raja Gracetian.
Bagi Ernest, tindakan nekat nyonya Rose mencampur alkohol di minuman Deanda sudah dibilang sebuah tindakan yang sangat nekat, ditambah lagi memberikan suplemen penambah energi kepada Alvero tanpa seijin Alvero….? Boleh dibilang nyonya Rose benar-benar sedang mencari mati.
"Ernest! Tinggalkan kami berdua! Aku perlu berbicara secara pribadi dengan nyonya Rose!" Alvero berkata dengan nada tinggi yang cukup membuat Ernest langsung mengerti bahwa dia harus dengan gerakan secepat mungkin meninggalkan ruangan itu.
Begitu Ernest meninggalkan ruang kerja Alvero, Alvero kembali fokus menatap ke arah nyonya Rose yang tampak hanya bisa menarik nafas panjang, tapi paling tidak dia merasa lega sudah mengakui kesalahannya di hadapan Alvero. Nyonya Rose sendiri tahu dia yang tidak terbiasa berbohong, sadar bahwa dia tidak mungkin menyimpan rahasia itu terlalu lama, apalagi kalau sampai Alvero salah faham dan ada korban orang yang tidak bersalah karena sebuah kesalahpahaman akibat perbuatannya.
"Nyonya Rose, sebenarnya apa yang ada di pikiranmu sampai-sampai berpikir untuk memberikan alkohol kepada permaisuri dan obat penambah energi padaku?" Alvero berkata dengan nada suara tenang, tidak seperti sebelumnya saat meminta Ernest keluar dari ruang kerjanya.
"Maafkan saya Yang Mulia, saya hanya wanita tua yang memiliki mimpi agar Yang Mulia dan permaisuri Deanda segera mendapatkan penerus selanjutnya, sekaligus untuk memperkuat posisi Yang Mulia sebagai raja Gracetian. Beberapa hari ini saya lihat hubungan Yang Mulia dan permaisuri terlihat terlalu kaku, tidak seperti pasangan pengantin baru. Yang Mulia sibuk dengan pekerjaan Yang Mulia, sedang permaisuri seringkali terlihat menghindari pertemuan dengan Yang Mulia. Saya tidak tahu apa yang sedang dipikirkan permaisuri, tapi selama bekerja di dapur permaisuri terlihat seringkali melamun, seperti ada beban berat di pikirannya...." Nyonya Rose menghentikan bicaranya, menatap ke arah Alvero yang menunggu perkataan nyonya Rose selanjutnya.
"Saya hanya berpikir kalau hal seperti itu terus berlanjut akan berbahaya. Karena itu saya hanya berusaha menciptakan momen agar Yang Mulia dan permaisuri memiliki lebih banyak waktu bersama sebagai pasangan pengantin baru."
"Darimana nyonya Rose tahu permaisuri tidak tahan dengan alkohol?" Alvero bertanya sambil mengetuk-ketukkan ujung jari telunjukkan ke atas meja.
"Saya berusaha menggali informasi tentang permaisuri dari Ernest."
Oooo, ternyata kamu ikut berpartisipasi dalam masalah ini ya Ernest. Tunggu saja, aku akan membalasmu!
Alvero berkata dalam hati sambil mengangguk-anggukkan kepalanya di depan nyonya Rose.
"Nyonya Rose... apa menurutmu hanya dengan melakukannya sekali saja... permaisuri... sudah bisa langsung hamil?" Mendengar pertanyaan Alvero yang diucapkan dengan nada terlihat ragu-ragu, nyonya Rose sedikit tersentak kaget.
"Ah, tidak selalu Yang Mulia... Untuk beberapa kasus memang ada kejadian seperti itu, tapi biasanya itu jarang sekali terjadi, apalagi kalau sang wanita tidak dalam kondisi benar-benar subur saat melakukan "itu". Biasanya harus diulang beberapa kali untuk membuatnya berhasil." Mendengar jawaban dari nyonya Rose, Alvero yang awalnya menyandarkan tubuhnya dari sandaran kursi kerjanya dengan cepat menggerakkan tubuhnya, menjauh dari sandaran kursinya dan mendekatkan tubuhnya ke arah nyonya Rose dengan mata terlihat berbinar.
"Kalau begitu nyonya Rose... jika lain kali aku membutuhkan bantuanmu lagi... bisakah nyonya Rose kembali membantuku?" Nyonya Rose langsung mengernyitkan dahinya mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alvero barusan.
"Maksud Yang Mulia..."
"Maksudku.... mungkin lain kali nyonya Rose bisa membuatkan lagi... minuman yang mirip dengan yang kemarin nyonya Rose berikan kepada permaisuri." Alvero berkata dengan wajahnya yang tampak sedikit memerah, karena mau tidak mau bayangan bagaimana saat Deanda mabuk dan merayunya kemarin sungguh membuat dadanya kembali berdetak dengan cepat.
Alvero menggigit bibirnya melihat wajah nyonya Rose yang terlihat jelas mencoba menahan dengan keras senyum geli di wajahnya. Jika saja Alevero menemukan bahwa pelakunya bukan nyonya Rose, Alvero tidak menjamin dia bisa menahan kemarahannya. Tapi begitu mengetahui pelakunya adalah nyonya Rose, kemarahan Alvero tiba-tiba saja berkurang jauh, karena dia tahu wanita tua itu sangat menyayanginya, dan apa yang dia lakukan kemarin murni untuk membantunya.
Lagipula banyak hal tentang wanita yang Alvero tidak mengerti dengan baik, sehingga nyonya Rose yang sudah dianggap seperti orangtuanya sendiri oleh Alvero, dinilai Alvero bisa membantunya dan menjawab beberapa pertanyaannya tentang bagaimana menghadapi wanita tanpa membuatnya malu karena dia terlihat bodoh jika itu bekaitan tentang wanita.
Di samping itu Alvero tahu jelas hati wanita tua yang sedang duduk di hadapannya saat ini. Dia melakukan semua itu karena begitu perduli dan memikirkan tentang kelangsungan dari penerus tahta kerajaan Gracetian, karena itu Alvero merasa "sedikit" tidak keberatan jika suatu ketika nyonya Rose mengulang kembali apa yang sudah dia lakukan kemarin malam jika dirasa Alvero dia membutuhkan bantuan seperti itu lagi. Walaupun tentu saja, Alvero berharap Deanda yang sudah menjadi miliknya seutuhnya, ke depannya tidak memerlukan lagi bantuan dari nyonya Rose.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Yosefina Kemba
ceritanya bagus...sya suka😁😁
2023-03-01
0
Susanti
😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-26
0
Nailott
ini.ni ug mulia ketagihan. atas. sikap dan perbuatandeanda semalam .mintz bantuan lagi. sama nyonya rose dasar yg mulia
2022-05-26
0