Deanda sengaja memilih gaun berlengan panjang dengan bentuk kerah shanghai agar bisa menutupi dengan baik banyaknya jejak kissmark yang diberikan oleh Alvero kepadanya. Gaun berwarna coklat muda sebatas lutut yang dikenakan oleh Deanda hari ini membuatnya tampil begitu anggun dan mempesona.
(Kerah shanghai merupakan jenis kerah baju yang polos dan memiliki bentuk tegak sejajar tepat pada bagian leher dengan lebar antara 2 sampai 4 cm. Jenis kerah ini memiliki ciri khas bebentuk bulat melingkari leher dan tidak dapat diturunkan. Meski awalnya hanya diaplikasikan pada shanghai dress dari negara China tetapi kerah shanghai ini sekarang banyak di adopsi untuk berbagai jenis pakaian baik pria maupun wanita).
"Selamat pagi permaisuri Deanda." baik Ernest, Erich, maupun nyonya Rose langsung mengucapkan salam sambil memberikan penghormatan kepada Deanda yang langsung membalas sapaan mereka dengan sebuah senyum manis dan gerakan tangan sebagai tanda dia menerima salam penghormatan dari mereka.
"Saya harus kembali ke tempat saya bekerja Yang Mulia, Permaisuri." Nyonya Rose segera berpamitan kepada Alvero dan Deanda untuk kemudian pergi meninggalkan ruang kerja Alvero yang langsung memberi tanda kepada Deanda untuk mendekat ke arahnya.
"Apa yang membawamu kesini sweety? Kenapa tidak menungguku kembali ke kamar? Aku berencana untuk segera kembali ke kamar untuk mandi dan mengajakmu bersama ke ruang makan istana agar kita bisa sarapan bersama yang lain." Alvero bertanya sambil mendongakkan kepalanya, menatap ke arah Deanda yang sudah berdiri tepat di sebelahnya.
"Apa Yang Mulia sudah berhasil menemukan siapa orang yang mencampurkan alkohol di minumanku semalam?" Bukan saja Alvero, Ernest tampak sedikit tersentak dengan pertanyaan dari Deanda barusan dengan nada terdengar sedikit tinggi, menunjukkan Deanda begitu penasaran dan marah terhadap tindakan kurang ajar orang itu kepadanya tadi malam.
Deanda bukannya marah karena akibat mabuknya kemarin malam menyebabkan dia menyerahkan dirinya kepada Alvero, justru dia tahu cepat atau lambat dia memang harus melakukan kewajibannya sebagai istri Alvero. Namun dia merasa begitu malu karena akibat mabuknya semalam, dia sudah bertingkah aneh dan bertindak begitu agresif terhadap Alvero, sesuatu yang dalam keadaan sadar tidak mungkin akan pernah dilakukan oleh gadis sepertinya, yang selama ini begitu polos dan menjaga jarak dengan laki-laki.
"Eh, sweety.... Sebenarnya kemarin terjadi kesalahan informasi. Nyonya Rose berpikir kamu akan menyukai jus bercampur rum yang biasanya merupakan minuman jus favoritku. Nyonya Rose tidak sengaja melakukannya. Jangan dimasukkan ke dalam hati ya." Alvero berkata dengan nada lembut ke arah Deanda yang pada akhirnya hanya bisa menarik nafas dalam-dalam.
Bagaimana Deanda bisa marah kepada seseorang yang tidak sengaja melakukan kesalahan, sedangkan biasanya orang yang bersalah saja, saat meminta maaf kepadanya, dengan mudah Deanda akan memaafkan orang tersebut. Dan sifat Deanda yang seperti itu sudah diketahui Alvero dengan baik, sehingga Alvero sengaja mengakui kesalahan nyonya Rose sebagai salah satu bentuk ketidaksengajaan untuk meredakan kemarahan Deanda.
Ernest hanya bisa melongo sambil menggaruk-garuk keningnya yang tidak terasa gatal mendengar bagaimana di depan Deanda saat ini, Alvero justru berusaha menutupi kesalahan nyonya Rose yang jelas-jelas sengaja mencampurkan rum itu ke dalam minuman Deanda.
"Sweety... apa kamu masih marah kepada nyonya Rose?" Mendengar pertanyaan Alvero, Deanda hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan sambil kembali memandang ke arah Alvero yang sedang menatapnya.
"Yang Mulia, aku ingin memberikan sesuatu kepada Yang Mulia." Dengan gerakan perlahan, Deanda membuka tangannya yang sejak tadi tergenggam dan menyodorkan plakat yang dulunya diserahkan oleh nyonya Rose kepadanya sebelum hari pernikahannya dengan Alvero.
Melihat plakat yang berada di telapak tangan Deanda, tanpa sadar Alvero langsung bangkit dari duduknya dengan matanya hazelnya melotot, menatap tajam benda itu dengan tatapan mata tajam. Dengan cepat Alvero mengambil plakat itu dari tangan Deanda.
"Darimana kamu mendapatkan plakat ini sweety?" Alvero bertanya sambil memegang erat plakat itu dan menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya dengan kasar.
Ernest dan Erich yang melihat plakat yang sedang dipegang oleh Alvero langsung bergerak mendekat ke arah meja kerja Alvero dengan wajah tidak kalah kaget dengan Alvero, bahkan tanpa sadar Erich langsung mengepalkan tangannya dengan erat begitu melihat plakat itu, dan dadanya bergejolak dengan hebatnya, membuat tangan Ernest langsung mencekal pergelangan tangan Erich, berusaha untuk menenangkan saudara kembarnya itu.
Bagi Alvero, plakat itu mengingatkannya tentang bagaimana Larena Hilmar meninggal akibat kebakaran hebat di tempat tinggalnya setelah meninggalkan istana. Karena saat api sudah berhasil dipadamkan, di dekat tempat ditemukannya jenazah Larena, terdapat plakat dengan ukiran yang sama, terukir gambar setengah matahari dan kepala singa yang mengaum. Dan plakat itu ditemukan dalam kondisi digenggam erat oleh tangan jenazah Larena yang mengalami luka bakar di atas 80 persen sehingga tidak bisa dikenali lagi.
Alvero melihat kembali plakat yang sama ketika dia diculik dan hampir dibunuh. Saat itu salah seorang penculiknya terlihat mengenakan plakat itu sebagai kalung. Saat itu Alvero yang penutup matanya telah dibuka dan melihat beberapa penculiknya digelandang dengan tangan terikat oleh para pengawal kerajaan, melihat salah seorang dari mereka memandang ke arahnya dengan tatapan sinis dan bibir menyeringai. Di lehernya terkalung tali dimana di bagian bawahnya tergantung plakat itu.
Setelah beberapa hari berlalu sejak hari penculikan itu, Alvero mendengar pembicaraan penting Vincent dengan pimpinan pengawal eksklusif raja berbincang tentang plakat yang menjadi simbol sebuah organisasi pemberontak yang akhirnya berhasil mereka tumpas walaupun beberapa diantara mereka berhasil melarikan diri saat itu.
Sedangkan bagi Erich, plakat itu mengingatkan kepadanya, bagaimana dengan mata kepalanya melihat seluruh laki-laki penduduk desa tempatnya tinggal yang berusia remaja dan dewasa dibantai dengan sadis oleh sekelompok orang yang di tubuhnya memiliki tato dengan gambar yang sama dengan plakat itu. Termasuk kakak sepupu, para tetangga maupun saudara-saudaranya. Dengan kejam gerombolan dengan banyak pria berwajah beringas itu menghancurkan, membakar desanya dan membunuh para laki-laki berusia lebih dari 15 tahun yang tidak mau bergabung dalam kelompok mereka untuk memberontak terhadap kerajaan.
Tidak lama setelah itu datang bala bantuan dari istana, namun hampir seluruh desa sudah hancur karena dibakar dan mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana. Saat itu Ernest tidak melihat kejadian itu karena pamannya sedang membawanya ke istana untuk menghadap Vincent yang sedang ingin mencari pengawal pribadi untuk Alvero yang akan dilatihnya sejak kecil.
Saat itu pengawal kerajaan berhasil menyelamat Erich dalam kondisi shock. Dan karena traumanya, Erich sempat mengalami kesulitan bicara selama beberapa tahun setelah kejadian itu. Akibat kejadian mengerikan yang menimpa Erich pada akhirnya Vincent memutuskan untuk melatih Erich sebagai pengawal pribadi Alvero juga bersama dengan saudara kembarnya, sekaligus dengan kembali mendekatkan Ernest dengan Erich, Vincent berharap kondisi emosional Erich kembali pulih.
"Plakat... itu.... Siapa... pemilik plakat... itu?" Erich berkata pelan dengan nada menggeram, matanya melotot dengan warna merah terlihat jelas di mata itu, menunjukkan saat ini emosi Erich benar-benar teraduk-aduk dan menunjukkan dia benar-benar marah. Suatu peristiwa yang belum pernah sekalipun dilihat Deanda, bagaimana Erich menunjukkan emosi di wajahnya yang biasanya selalu terlihat datar tanpa ekspresi. Hal itu membuat Ernest langsung memeluk bahu Erich dengan erat agar Erich menenangkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
sesak napas
2022-11-24
0
Alexandra Juliana
Jenazahnya tdk bisa dikenali...fix yg meninggal ibunya Deanda dan yg berhasil diselamatkan oleh Alexis adalah Larena...😊😊
2022-10-08
0
Susanti
sedih terharu.. marah bercampur aduk.. inilah istimewa author menyusun menulis kata" nya.. 👏👏👍👍👍 lanjuuuutt thor
2022-08-26
0