"Sweety, minumlah air hangat ini dulu." Alvero yang berdiri di samping sofa tempat Deanda menyodorkan gelas berisi air hangat ke arah Deanda yang wajahnya tampak semakin memerah.
"Aku tidak menginginkan minuman itu. Aku hanya menginginkanmu."
Tanpa disangka oleh Alvero, tiba-tiba Deanda berkata sambil meraih gelas berisi air hangat itu dengan cepat, namun tidak meminumnya, melainkan meletakkannya di atas meja dan dia sendiri langsung bangkit dari duduknya, berdiri di hadapan Alvero dengan senyum malu-malu di wajahnya.
"Yang Mulia... malam ini Anda terlihat tampan sekali....dan laki-laki tampan ini adalah suamiku. Benar kan? Kita benar-benar sudah menikah kan? Berarti kamu adalah milikku.... dan hanya aku yang berhak memilikimu. Apa kamu tahu itu Yang Mulia?" Tiba-tiba saja Deanda berkata sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Alvero dengan bibirnya tetap menyunggingkan sebuah senyuman kepada Alvero yang hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan menatap wajah mabuk istrinya dengan tatapan lembut melihat tingkah aneh istrinya dan kata-kata Deanda yang kembali memanggilnya dengan sebutan yang mulia walaupun saat ini mereka sedang berdua.
Wah… sepertinya kamu benar-benar mabuk sweety. Dalam kondisi sadar tidak mungkin kamu mengeluarkan kata-kata rayuan seperti itu.
Alvero berkata dalam hati sambil memandang ke arah Deanda yang sudah setengah sadar.
"Jangan pernah melirik ke gadis lain apalagi memandang ke arah mereka. Aku tidak suka itu. Jangan pernah membuat dadaku sesak karena melihatmu begitu memperhatikan gadis lain. Karena dari ujung rambutmu yang indah ini, tubuhmu yang terpahat sempurna, sampai dengan ujung jari-jari kakimu... hanya aku yang berhak memilikinya, karena akulah gadis yang kamu nikahi, sah sebagai istrimu, bukan gadis lain. Aku akan membuatmu hanya memandangku, hanya menginginkanku." Deanda berkata sambil salah satu tangannya mengelus rambut di kepala Alvero sedang tangannya yang lain mengelus lembut wajah Alvero dengan tatapan menggodanya, bahkan tiba-tiba tangan Deanda membuka kancing depan pakaiannya, sehingga memperlihatkan sebagian dadanya yang masih tertutup oleh bra, namun tentu saja tidak bisa menyembunyikan belahan dadanya yang terlihat jelas, membuat Alvero harus memalingkan wajahnya sambil menelan ludahnya dengan susah payah.
"Aku... tidak akan... membiarkan gadis lain merebutmu dariku... kamu adalah priaku. Dan aku begitu menginginkanmu." Deanda terus mengomel dengan tangan yang kembali memeluk leher Alvero dengan mesra, menimbulkan getaran hebat di dada Alvero, bahkan seluruh sel-sel di tubuhnya.
Saat mabuk kamu benar-benar berbahaya, kamu bisa membuatku lepas kendali jika kamu begini terus sweety.
Alvero berkata sambil menarik nafas dalam-dalam, dengan itu berharap dia bisa mengendalikan diri dengan baik saat ini.
Alvero sadar dia adalah laki-laki normal yang sejak awal begitu mencintai dan menginginkan Deanda, satu-satunya gadis yang bisa membuat jiwa laki-lakinya terbangun dan salah satu bagian dari tubuhnya seringkali menegang karena begitu ingin menjadikan Deanda miliknya seutuhnya, bukan hanya jiwanya, tapi juga tubuh sempurnanya yang selalu berhasil membangkitkan hasrat dan gairah Alvero. Namun Alvero sadar saat ini Deanda sedang mabuk, dan walaupun gadis seksi itu adalah istri sahnya, tapi dia tidak ingin memaksa dan mengambil keuntungan dari gadis yang dicintainya itu, dan dia adalah laki-laki yang tahu betul bagaimana menghormati istri yang dicintainya.
"Sweety... sepertinya kamu sedang mabuk berat. Lebih baik kamu segera mengganti pakaianmu dan beristirahat. Aku akan memanggil pelayan untuk membantumu berganti pakaian." Kedua tangan Alvero bergerak pelan ke arah kedua tangan Deanda yang sedang melingkar di lehernya dengan sedikit bergelayut manja kepadanya.
"Yang Mulia!" Alvero tersentak kaget mendengar Deanda tiba-tiba memanggilnya dengan berteriak lantang.
"Yang Mulia... apa kamu benar-benar tidak menginginkanku?" Tiba-tiba saja Deanda berkata sambil menangis, membuat Alvero terlihat bingung dengan tindakan ekstrim Deanda yang baru saja tersenyum ke arahnya dengan mesra dan sekarang tiba-tiba menangis terguguk di hadapannya, bahkan berani berteriak kepadanya, bukan seperti Deanda yang dia kenal selama ini, menunjukkan bahwa saat ini Deanda benar-benar dalam kondisi mabuk berat.
"Yang Mulia... apa kamu benar-benar... mencintaiku? Apa pernyataan cintamu waktu itu... hanya sebuah mimpi? Ah, benar... pasti saat itu aku sedang bermimpi... Lalu.... kenapa kamu membangunkan aku dari mimpiku? Kamu tega sekali padaku!" Deanda berkata dengan suara terdengar terbata-bata karena tangisannya sambil melepaskan pelukannya di leher Alvero, lalu memukul-mukul pelan dada Alvero, namun dengan cepat tangannya kembali melingkar di leher Alvero kembali, seolah takut Alvero akan menjauhkan tubuhnya dari pelukannya.
"Sweety... apa maksud perkataanmu? Kamu sedang mabuk, besok kita bicara, sekarang aku akan memanggil pelayan untuk membantumu." Mendengar perkataan Alvero, bukannya membiarkan tangan Alvero melepaskan tangannya dari leher Alvero, Deanda justru mempererat pelukan tangannya ke leher Alvero.
"Aku tidak mau! Aku hanya menginginkanmu sekarang! Jangan pergi dariku! Aku mohon..." Deanda berkata dengan nada memohon.
Bahkan dengan berani Deanda merapatkan tubuhnya ke tubuh Alvero, membuat Alvero bisa merasakan hangatnya dada Deanda yang tadi sudah melepas sebagian kancing bajunya. Belum lagi Alvero berhasil mengendalikan dadanya yang bergejolak hebat, Deanda berjinjit dan tiba-tiba saja Deanda mencium bibir Alvero dengan mesra dan entah mendapat keberanian darimana, Deanda mencium bibir Alvero yang masih tersentak kaget dengan penuh hasrat untuk waktu yang tidak sebentar, walaupun dengan kepolosannya, ciuman Deanda benar-benar terlihat sebagai ciuman dari seorang gadis yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Namun cukup untuk membuat Alvero pada akhirnya tidak sanggup menolak, untuk tidak membalas ciuman Deanda dengan tidak kalah mesranya sambil memeluk tubuh Deanda dengan erat.
Pada akhirnya, ciuman mereka semakin dalam sampai tanpa sadar salah satu tangan Alvero bergerak ke tengkuk Deanda dan mendekatkan kepala Deanda kepadanya, sehingga ciuman mereka semakin dalam dan panas. Alvero tidak lagi bisa menahan hasratnya untuk menikmati rasa manis dan menggairahkan dari bibir istrinya yang tampak pasrah dalam pelukannya dengan mata terpejam, menikmati irama ciuman yang sudah diambil alih oleh Alvero. Dengan rasa cinta dan hasrat yang membuncah di dadanya, Alvero membiarkan dirinya menguasai bibir Deanda, dengan gerakan lembut tapi pasti Alvero memaksa Deanda membuka bibirnya agar dia bisa mengeksplore bagian dalam bibir istrinya, sampai tidak ada satu celahpun terlewat oleh bibir dan lidahnya.
Semakin lama ciuman mereka semakin panas, dengan perasaan cinta sekaligus hasratnya, Alvero mencium, me.. lu...mat bahkan sesekali menggigit pelan bibir Deanda yang baginya sungguh membuatnya lupa diri, bahkan hampir membuat Deanda kehabisan nafas. Saat melihat Deanda yang mulai kehabisan nafas, Alvero sedikit menjauhkan bibirnya dari bibir Deanda, memberikan kesempatan kepada Deanda untuk bernafas.
"Yang Mulia... apa kamu tidak tahu aku begitu mengagumimu, aku... begitu mencintaimu. Aku rela melakukan apapun untukmu. Adalah sebuah kebohongan saat aku berkata suatu ketika saat kamu mencapai impianmu, kita akan berpisah... Aku... tidak mau berpisah darimu. Aku sungguh mencintaimu Yang Mulia." Deanda berkata lirih dengan bibir mereka yang masih saling menempel walaupun mereka menghentikan ciuman mereka untuk sementara waktu sambil mengambil nafas dalam-dalam.
"Aku juga mencintaimu sweety, sangat-sangat mencintaimu, lebih dari yang bisa kamu bayangkan. Dan aku tidak akan pernah membiarkanmu menghilang dari kehidupanku." Alvero membalas pernyataan cinta istrinya sambil bibirnya bergerak ke arah leher jenjang Deanda dan memberikan tanda kepemilikannya di sana sambil mengelus lembut bagian belakang tubuh Deanda, mulai dari punggung, pinggang, sampai ke paha belakangnya, membuat Deanda melenguh pelan dan mau tidak mau bibirnya mulai mendesah merasakan sensasi dari perlakuan mesra suaminya, membuat Alvero tidak bisa lagi mengontrol dirinya lagi.
"Buktikan bahwa kamu hanya mencintaiku... jadikan aku milikmu seutuhnya." Deanda berbisik pelan ke telinga Alvero yang langsung membeliakkan matanya mendengar permintaan Deanda yang diucapkannya dengan suara desahan lembut di telinga Alvero, membuat hasrat dan gairah Alvero tidak bisa lagi dibendungnya. Membuat otot-otot di tubuh Alvero menegang dan sesuatu dari dalam dirinya begitu menginginkan Deanda, lebih dari sekedar ciuman panas yang sudah mereka lalukan barusan.
Dengan cepat Alvero bergerak, diangkatnya tubuh Deanda yang masih memeluk lehernya dalam gendongannya. Dan tanpa meminta pesetujuan dari Deanda, Alvero meletakkan tubuh gadis cantik itu di atas tempat tidur dan mulai mencumbunya dengan intens, meninggalkan jejak hampir di seluruh kulit putih mulus istrinya, sambil tangannya bergerak menyingkirkan setiap kain yang menghalangi mereka berdua. Gerakan Alvero yang terasa begitu mesra dan lembut, baik elusan, pijatan maupun ciuman Alvero yang meninggalkan jejak kepemilikan padanya, tanpa sadar membuat Deanda begitu menikmatinya sehingga tanpa sadar mereka berdua berada dalam posisi tanpa sehelai benangpun.
Bahkan bukan hanya Alvero, tanpa sadar Deanda berusaha mengimbangi apa yang dilakukan Alvero dengan mengelus dan menciumi tubuh suaminya, sampai Alvero tidak lagi bisa lagi menahan dirinya sehingga menggerakkan sesuatu yang ada pada dirinya ke arah Deanda untuk melakukan penyatuan dengan tubuh Deanda, untuk menjadikan Deanda miliknya seutuhnya.
"Akhh..." Sebuah jeritan dari bibir Deanda membuat Alvero menghentikan gerakan tubuhnya, namun tangan Deanda tiba-tiba saja terulur ke arah leher Alvero, menarik kepala Alvero mendekat ke dadanya, lalu berbisik lembut.
"Lakukanlah... aku mencintaimu Yang Mulia... aku menginginkannya... jadikan aku milikmu seutuhnya." Deanda berbisik pelan sambil memeluk erat tubuh Alvero sebelum akhirnya Alvero bergerak kembali untuk melakukan penyatuan tubuh mereka.
Deanda menggigit bibirnya dengan tangan yang sambil terkepal memeluk erat tubuh Alvero untuk menahan rasa sakit yang dialaminya, airmata tampak menetes dari ujung mata Deanda, walaupun di sisi lain, Deanda juga merasa begitu menikmatinya. Hal itu cukup membuat Alvero khawatir, namun melihat senyum bahagia sekaligus malu-malu tersungging di bibir Deanda, Alvero merasa lega dan sengaja langsung menjatuhkan dirinya di samping tubuh Deanda, menarik selimut tebal mereka untuk kemudian menutupkannya di tubuh mereka yang masih polos sampai sebatas leher.
"I Love you sweety... thank you for your love tonight." Alvero berbisik pelan sebelum akhirnya memeluk tubuh istrinya dalam balik selimut, yang kepalanya bersandar di dadanya, sambil mengelus pelan perut rata istrinya, berharap ke depannya segera hadir bukti cinta mereka di sana.
Malam ini Alvero merasa begitu bahagia pada akhirnya bisa menjadikan Deanda miliknya seutuhnya, apalagi bahwa Deanda adalah yang pertama baginya, begitu juga dia adalah yang pertama bagi Deanda, dan lagi Alvero tadi sempat melihat bercak berwarna merah diantara paha Deanda yang dilihatnya ketika Alvero menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.
Walaupun setelah merasakannya untuk pertama kalinya, Alvero masih ingin mengulang apa yang terjadi barusan, tapi Alvero berusaha menahan dirinya, apalagi untuk yang kedua kalinya, Alvero ingin melakukannya dengan kondisi Deanda tidak mabuk seperti hari ini. Alvero ingin merasakan lagi penyatuan mereka saat Deanda dalam kondisi sadar sehingga mereka bisa bersama-sama saling menikmati penyatuan mereka. Di samping itu Alvero sempat membaca artikel, ada baiknya memulihkan kondisi wanita yang mengalami kesakitan karena luka akibat rusaknya selaput dara di malam pertama agar hal itu tidak menimbulkan trauma bagi wanitanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
🤭💘💘🤭💘💘🤭🤭💘💘
2022-11-23
0
Susanti
👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏🍊
2022-08-26
0
Nailott
wow. berhasil nyonyarose selamat nyonya mrreka bahagia
2022-05-25
0