Dengan santai Alvero menikmati semua makanan yang disajikan untuknya, ditemani oleh Deanda yang beberapa kali meneguk jus yang diberikan oleh nyonya Rose, yang bercampur dengan parutan kulit lemon dan daun mint. Deanda meneguk minumannya perlahan-lahan sambil melihat ke arah Alvero yang sudah membersihkan bibirnya dari sisa makanan dengan gerakan elegannya.
Beberapa kali Alvero melirik ke arah Deanda, dan sikap istrinya yang duduk sambil menopang kepalanya dengan telapak tangannya, sambil terus memandang ke arahnya, membuat Alvero beberapa kali menyunggingkan senyuman di bibirnya. Menikmati makan malam dengan keberadaan Deanda di sisinya, sungguh membuat semua makanan yang tersaji di depannya saat ini terasa nikmat.
Entah kenapa, Deanda begitu menyukai sikap Alvero di meja makan. Cara Alvero menikmati makanan, gerakan tubuhnya saat mengambil ataupun menyuapkan makanan di mulutnya benar-benar terlihat begitu elegan. Siapapun yang melihatnya akan bisa langsung menilai bahwa laki-laki itu bukanlah laki-laki biasa. Laki-laki yang sungguh berkelas dan menunjukkan bahwa dia merupakan orang dari kalangan atas yang dididik dengan baik untuk masalah tata krama di meja makan.
"Kenapa kamu terus memandangiku? Apa kamu masih lapar? Mau aku menyuapimu sweety? " Alvero bertanya sambil tersenyum memandang ke arah Deanda yang tampak tidak mengalihkan pandangan matanya sedetikpun dari Alvero sejak awal menikmati makan malamnya.
"Tidak, aku sudah kenyang." Deanda langsung menolak karena dia sendiri walaupun tadi hanya makan sedikit, tapi saat ini dia tidak memiliki nafsu makan.
"Atau jangan-jangan kamu sebenarnya ingin memakanku? Aku jadi merasa ngeri melihat caramu memandangiku seperti itu. Hih...." Alvero berkata pelan sambil menggedikkan kedua bahunya, dengan nada menggodanya, membuat Deanda langsung meringis geli.
"Memangnya ada yang salah dengan caraku memandangmu?" Deanda bertanya sambil kembali meminum jusnya.
"Caramu memandangku seperti kamu berniat melakukan sesuatu padaku. Apa benar kamu sedang merencanakan sesuatu terhadapku? Jangan membuat bulu kudukku berdiri." Alvero berbisik pelan ke telinga Deanda yang langsung tersenyum mendengar kata-kata suaminya yang sengaja menggodanya, berbisik dengan lembut sambil menempelkan hidung mancungnya ke telinga Deanda, membuat Deanda sedikit bergidik karena geli, sekaligus merasakan getaran-getaran halus pada dadanya karena tindakan mesra Alvero barusan.
Begitu Alvero menyelesaikan makannya, para pelayan segera membereskan meja makan, sedang nyonya Rose langsung berjalan mendekat ke arah Deanda yang terlihat beberapa kali tampak mulai memijit kepalanya karena mulai merasakan sesuatu yang terasa tidak nyaman di kepalanya.
"Maaf Yang Mulia, saya perhatikan sepertinya permaisuri tidak sehat, lebih baik Yang Mulia segera membawa permaisuri untuk kembali ke kamar agar bisa segera beristirahat." Mendengar perkataan nyonya Rose, Alvero langsung menoleh ke arah Deanda yang wajahnya terlihat sedikit memerah dan memijat kepalanya.
"Kenapa denganmu sweety? Apa kamu sakit?" Alvero bertanya sambil mengamati wajah Deanda yang sedikit mengernyitkan dahinya, merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya, ada rasa panas yang tiba-tiba terasa di dadanya dan matanya terasa sedikit tidak fokus, sehingga dia harus menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengembalikan kesadarannya.
"Tidak tahu Yang Mulia. Lebih baik aku ke kamar untuk beristirahat." Deanda berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata menyipit.
"Mungkin permaisuri terlalu lelah karena sepanjang hari sudah sibuk di dapur." Nyonya Rose berkata sambil menatap ke arah Alvero yang terlihat cemas melihat kondisi Deanda.
"Apa kamu demam sweety?" Alvero mengulurkan tangannya ke arah kening Deanda karena dilihatnya wajah Deanda yang terlihat sedikit memerah, dan Alvero sedikit menarik nafas lega begitu menyadari suhu tubuh Deanda normal-normal saja.
"Sebaiknya Permasuri segera ke kamar untuk beristirahat." Nyonya Rose berkata sambil melirik ke arah gelas jus yang terlihat kosong karena Deanda sudah meminum semuanya.
Mendengar perkataan nyonya Rose, Deanda langsung bangkit berdiri, diikuti oleh Alvero.
Saat Deanda berniat melangkahkan kakinya, Alvero langsung memegang lengan Deanda yang terlihat sedikit sempoyongan dan menahan tubuh Deanda agar tidak terjatuh.
"Ah, aku tidak apa-apa Yang Mulia, hanya sedikit pusing." Deanda berkata sambil memegang lengan bawah tangan Alvero.
"Apa yang terjadi denganmu sweety? Nyonya Rose, apa mungkin permaisuri ada masalah alergi dengan menu makan malam hari ini?" Alvero berkata sambil memapah tubuh Deanda yang berjalan ke arah kamar.
"Ah, itu tidak mungkin Yang Mulia. Sepanjang hari ini permaisuri berada di dapur, permaisuri tahu pasti menu apa saja yang dimasak oleh para pelayan untuk makan siang dan makan malam di istana. Jika permaisuri alergi terhadap makanan tertentu, permasuri pasti sudah memberitahukan kepada kami. Dan jika saja makanan yang disuguhkan beracun atau bermasalah, pasti saat ini sudah ada keluarga kerajaan lainnya yang melapor, karena mereka makan makanan yang sama dengan permaisuri Deanda. Ini sudah berlalu lebih dari satu jam dari acara makan malam selesai, dan tidak ada masalah." Nyonya Rose berusaha mengalihkan perhatian Alvero agar tidak curiga bahwa seseorang berusaha meracuni Deanda.
"Mungkin permaisuri hanya butuh istirahat saja Yang Mulia." Nyonya Rose berusaha menenangkan Alvero yang wajahnya terlihat begitu khawatir melihat kondisi Deanda yang aneh.
"Baiklah Nyonya Rose. Aku akan menemani permaisuri beristirahat, pastikan malam ini tidak ada yang mengganggu istirahat permaisuri. Jika ada yang membutuhkan aku atau permaisuri, kamu bantu menanganinya, jika itu sesuatu yang betul-betul urgent, hubungi Ernest atau Erich sebagai perwakilanku." Alvero berkata kepada nyonya Rose sambil menunggu pengawal membukakan pintu kamar untuknya dan Deanda yang memilih diam karena merasa tubuhnya semakin tidak nyaman.
"Baik Yang Mulia. Malam ini biarkan semua urusan istana kami yang menanganinya dengan baik. Yang Mulia hanya perlu menemani permaisuri dan memastikan kondisinya baik-baik saja." Tanpa memperdulikan kata-kata nyonya Rose karena begitu mengkhawatirkan Deanda, Alvero langsung melangkah masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan para pengawal menutup rapat kembali pintu kamarnya.
Deanda yang sudah berada di dalam kamar, langsung melangkah ke arah sofa dan duduk di sana, sedang Alvero langsung berjalan ke arah salah satu sudut kamarnya di mana terdapat ruangan berisi kulkas dan rak maupun meja marmer dimana di sana terletak juga dispenser air untuk mengambil air panas maupun dingin.
Kenapa kondisi Deanda mendadak berubah seperti itu, seperti orang mabuk? Apa ada seseorang yang sudah mencampurkan alkohol ke makanan Deanda? Hah, siapa yang sudah berani-beraninya melakukan itu? Apa orang itu tidak tahu kalau Deanda tidak memiliki ketahanan terhadap alkohol?
Alvero berkata dalam hati sambil melirik ke arah Deanda yang duduk di sofa, lalu mengambil gelas, mencampur antara air biasa dan panas agar menjadi minuman hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Susanti
😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁🌹🌹🌹🌹
2022-08-26
0
Nailott
itu pekerjaan jahil nyonya rose yg mulia untuk mencetak calonraja .gk tau. aja.m
2022-05-25
0
rudy adji
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-02-26
0