“Hah? Apa maksud semua perkataanmu itu? Apa dari wajah dan sikapku terlihat bahwa aku ini wanita penggoda?” Deanda bertanya kepada Alvero dengan wajah memberengut, karena kata-kata Alvero sebelumnya seolah-olah ditujukan untuk wanita gampangan yang sedang ingin menggoda seorang pria.
Mendengar protes dari Deanda, jujur saja Alvero harus berpikir keras untuk mencari alasan yang paling masuk akal kenapa dia meminta Deanda melakukan itu di depan Evan, yang sampai sampai ini merupakan laki-laki yang masih membuat Alvero tersulut rasa cemburu. Dan sepertinya bukan hanya Evan, jika Alvero teringat tentang nama Lionel dan Dion, kedua nama laki-laki itu juga cukup membuat dadanya terasa bergemuruh dan tidak tenang karena dia tahu para laki-laki itu pernah atau bahkan masih menyukai istrinya.
Walaupun jelas-jelas alasan terbesarnya karena cemburu, sebagai keluarga kerajaan yang sejak kecil terbiasa dipuja dan dipatuhi oleh orang lain, tentu saja sulit untuk Alvero mengungkapkan alasan yang sebenarnya karena egonya. Sebelum menjawab pertanyaan Deanda, Alvero memandang dalam-dalam ke wajah cantik istrinya.
"Aku tidak mau sampai terjadi gosip murahan kalau sampai orang tahu kamu dekat dengan laki-laki lain." Alvero menjawab sambil menjauhkan pandangan matanya dari wajah Deanda yang justru mengernyitkan dahinya mendengar jawaban tidak masuk akal dari Alvero.
"Yang benar saja. Alasanmu sangat aneh. Apa...?"
"Sweety... bagaimana dengan yang aku minta kamu lakukan bersama Alea kemarin malam?" Alvero langsung memotong perkataan Deanda dan mengalihkan pembicaraan mereka.
Mendengar pertanyaan dari Alvero, Deanda langsung menoleh ke arah tas yang dia geletakkan di atas meja tadi ketika dia datang.
"Barangnya ada di situ. Memangnya apa yang salah dari sup itu?" Mendengar pertanyaan Deanda, Alvero langsung tersenyum, merasa senang sudah berhasil mengalihkan perhatian Deanda.
"Ada banyak hal yang diceritakan papa kemarin malam kepadaku. Tapi aku belum bisa menceritakan semuanya kepadamu. Intinya, sebenarnya papa sudah sejak lama curiga dengan Eliana, tapi dia sengaja membuat seolah-olah tidak pernah mendukungku dan selalu mendukung Eliana, agar Eliana tidak curiga bahwa papa sudah mencurigainya. Papa menunggu waktu yang tepat saat aku sudah mendapatkan posisiku sebagai raja, karena dengan kelemahan fisiknya, papa tahu dia tidak cukup mumpuni untuk melawan Eliana yang licik." Alvero berkata sambil saling menautkan kedua tangannya di atas pahanya dengan tubuh sedikit membungkuk.
"Tidak semuanya bisa aku ceritakan kepadamu sweety, karena bagiku sendiri mendengar tentang apa yang sudah dikatakan papa kepadaku sebenarnya cukup berat untukku. Jika saatnya tiba, dan aku juga sudah menemukan titik terang, aku pasti akan memberitahukannya kepadamu." Alvero berkata lirih sambil pikirannya melayang kepada ingatannya semalam, dimana Vincent menceritakan kepadanya banyak hal yang begitu tidak diduganya tentang sepak terjang Eliana di belakang mereka yang Vincent pun baru mengetahuinya akhir-akhir ini.
"Pengangkatanku sebagai raja di pesta pernikahan kita merupakan pukulan telak buat Eliana yang berpikir untuk merebut posisi putra mahkota untuk Dion. Papa tahu bahwa jika tidak secepatnya papa mundur dan memberikan tahta untukku, Eliana akan bertindak lebih jauh dan kejam. Karena itu secara sembunyi-sembunyi papa memang sudah menyiapkan skenario penyerahan tahta pada hari itu. Dimana ada begitu banyak tamu undangan orang penting baik dari dalam negeri ataupun luar negeri, sehingga Eliana tidak memiliki kesempatan untuk bertindak dan menggagalkannya." Alvero berkata sambil memejamkan matanya, menunjukkan bahwa begitu banyak hal yang sedang dia pikirkan saat ini.
Kondisi kesehatan Vincent, penyerahan tanggung jawab kerajaan karena status barunya sebagai raja, rencana untuk mencari bukti kejahatan Eliana, termasuk menemukan orang-orang yang menjadi antek-anteknya selama ini, yang ikut serta dalam menggerogoti keuangan maupun sistem kerajaan, mata-mata yang dia sebarkan di berbagai tempat yang ada, membuat Alvero mau tidak mau harus mulai berpikir keras menyelesaikan satu persatu masalah yang ada.
Melihat itu, Deanda menahan nafasnya sebentar, lalu dengan perlahan, diarahkannya tangan kirinya kepada dua tangan Alvero yang saling menggenggam.
"Kamu pasti bisa melakukan semuanya dengan baik. Kamu seorang raja yang hebat. Apa kamu tahu? Dalam sejarah kerajaan Gracetian yang pernah aku pelajari.... Kamu diakui oleh banyak orang sebagai putra mahkota yang kehebatannya terukir dalam sejarah. Bahkan, dalam kurun waktu lebih dari 100 tahun ini, kamu diperkirakan akan menjadi raja Gracetian yang paling hebat jauh melebihi para pendahulumu." Deanda berkata sambil mengelus lembut kedua tangan Alvero yang saling menggenggam, membuat Alvero langsung tersenyum dan memandang ke arah Deanda, yang selalu saja berhasil membangkitkan semangatnya.
Dengan gerakan pelan pelan, Alvero melepaskan tangannya dari genggaman tangan Deanda dan mengulurkan tangannya ke arah pipi Deanda, lalu mengelus pipi dengan lembut sambil tersenyum.
"Karena aku memiliki seorang wanita yang juga hebat di sisiku." Alvero menggerakkan wajahnya ke wajah Deanda, berbisik pelan sambil mengarahkan hidungnya ke pipi Deanda, mencium pipi Deanda dengan hidungnya, setelah itu Alvero menggerakkan hidung mancungnya ke telinga, lalu ke leher Deanda. Untuk beberapa saat hidung mancung Alvero berkutat disana, sibuk menciumi leher Deanda sambil menarik nafas dalam-dalam, menikmati keharuman tubuh dan rambut Deanda sambil memejamkan matanya.
Sedang salah satu tangan Alvero memegang sisi lain leher Deanda sambil mengelusnya lembut, seolah sengaja melakukan itu agar Deanda tidak menjauhkan kepalanya dari hidung mancungnya, lari menghindari ciumannya, walaupun sebenarnya tidak ada niat bagi Deanda untuk menghindar lagi dari Alvero.
Merasakan apa yang dilakukan Alvero, mau tidak mau dada Deanda mulai berdetak dengan cepat, otot-otot ditubuhnya merasa lemas dengan tubuhnya merasakan adanya getaran-getaran kecil seperti aliran listrik di permukaan kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Deanda harus mengakui bahwa perlakuan lembut dan mesra dari Alvero selalu berhasil membuatnya terlena dan sulit untuk tidak terlarut dan ikut menikmatinya.
Sebuah suara bunyi bel dari arah pintu penthousenya membuat Alvero menghentikan tindakannya, walaupun hidungnya masih menempel di leher Deanda yang hampir saja menoleh ke arah pintu, namun tangan Alvero menahannya. Entah sejak kapan, setiap kali berada di dekat Deanda Alvero selalu ingin menciumi pipi, telinga dan leher Deanda dengan hidung mancungnya. Baginya tindakannya itu sungguh membuatnya merasa begitu nyaman, dan rasanya begitu sulit bagi Alvero untuk berada di dekat Deanda tanpa membiarkan hidungnya menciumi wajah dan leher istrinya.
Hah, aku hampir saja lupa bahwa aku memiliki janji pertemuan penting dengan duke Evan. Kamu benar-benar membuatku lupa diri sweety. Kehadiranmu seperti minuman memabukkan untukku.
Alvero berkata dalam hati sambil membuka mata hazelnya, untuk kemudian mengecup leher Deanda dengan mesra sekali lagi dan kali ini dia lakukan dengan bibirnya, meninggalkan sedikit tanda merah di leher Deanda. Setelah itu baru Alvero menjauhkan wajahnya dari leher Deanda dengan senyum puas di wajahnya melihat bagaimana dia dengan sengaja berhasil meninggalkan tanda merah di leher istrinya barusan.
"Mereka pasti sudah datang. Sweety... tolong simpan sisa sup itu ke atas meja yang ada di sana." Alvero berkata kepada Deanda sambil menunjuk ke arah meja yang dia maksud dan bangkit dari duduknya, sengaja memberikan perintah kepada Deanda untuk memindahkan sample sup yang akan dia kirimkan ke lab untuk diselidiki karena Alvero tidak ingin Deanda ikut menyambut kedatangan Evan di depan pintu. Alvero benar-benar ingin membatasi kontak antara Evan dan Deanda walaupun itu mungkin hanya sekedar sebuah basa-basi untuk menunjukkan sopan santun.
Deanda sendiri segera melakukan apa yang diminta Alvero kepadanya tanpa sadar bahwa itu sengaja dilakukan Alvero untuk membuatnya tidak terlalu banyak obrolan dengan Evan, yang bahkan sampai detik inipun, Deanda tidak mengetahui kebenaran bahwa Evan adalah laki-laki yang mencintainya dan pernah meminta ijin Alvero untuk menjalin hubungan serius dengan Deanda.
NB : Untuk pembaca setia, maaf ya hari ini hanya up 1 eps, masih mau istirahat sejenak sebelum tangan keriting lagi. Jangan lupa untuk vote, like, komen dan tambahkan ke favorit ya, dan kalo gak keberatan kasih rate 5 biar author tambah semangat up episode baru tiap harinya. Authornya lagi manja, hehehe. 😁😁😁😁 Lope lope dah buat para pembaca yang gal bosen2 dukung author🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
dasar alvero mau ninggalin jejak.biar d lihat sama evan
2022-11-23
0
Susanti
💞💞💞😍😍❤️😍
2022-08-25
0
Nailott
wah2ug mulia....nsnti duke evsn ngiri deh. lihat tanda merah kepemilikan yg mulia dileher deanda
2022-05-25
0