"Sejak siang kamu sudah membuatku menghadapi keluarga kerajaan yang lain di meja makan. Aku sungguh merasa tidak nyaman. Kamu tahu ada banyak hal yang aku belum mengerti tentang tata cara di istana. Itu benar-benar membuatku frustasi." Deanda berkata sambil mengingat tentang makan siang tadi dimana dia memilih lebih banyak diam tanpa berniat mengikuti pembicaraan ringan di meja makan, walaupun sebenarnya ada Tira yang sejak dia masuk ke ruang makan sengaja selalu berada di dekatnya, tidak membiarkan Dion mengambil kesempatan untuk mendekati Deanda saat Alvero tidak ada bersamanya.
Selain karena Deanda tidak ingin melakukan kesalahan saat tidak ada Alvero di sampingnya, hatinya juga masih merasa tidak nyaman karena kejadian tadi pagi di kantor R&D yang bagi Deanda sampai saat ini masih menimbulkan banyak pertanyaan besar di hatinya. Kenapa mejanya ditempati oleh Alaya dan kenapa Alvero menyusulnya ke ruang R&D bukan ke penthouse, sedang Alvero sendiri mengatakan bahwa nyonya Rose sudah memberinya info bahwa dia ke gedung perkantoran Adalvino karena ada barangnya yang tertinggal di penthouse.
Disamping itu, Deanda begitu penasaran dan ingin tahu apa sebenarnya yang sedang dibicarakan oleh Alvero dengan Robert. Namun, untuk memulai menanyakan itu, rasanya Deanda masih merasa begitu tidak nyaman karena sampai sekarang status Alvero sebagai raja Gracetian membuatnya merasa memiliki jarak dengan Alvero, membuatnya merasa tidak bisa bertindak seenaknya sendiri.
"Aku akan melakukan apapun asal kamu yang memintanya. Tapi bisakah aku meminta satu hal? Sweety... katakan kamu mencintaiku. Sangat mencintaiku." Alvero berkata sambil mata hazelnya menatap Deanda dengan tatapan menggodanya, sedang bibirnya menyungingkan senyum dengan wajah penuh harap.
"Ah.... aku harus kembali... ke dapur sebentar sebelum makan malam dimulai. Aku sudah berjanji... kepada nyonya Rose untuk membantu mengecek persiapan… makan malam hari ini." Deanda berkata sambil bangkit dari duduknya, menjauh dari jangkauan Alvero yang membuat dadanya kembali bergetar dan membuatnya begitu gugup.
Alvero sengaja tetap duduk di tempatnya sambil memandang Deanda dengan wajah geli melihat bagaimana gugupnya Deanda karena permintaannya barusan.
Andai saja urusanku dengan Evan sudah selesai, aku pastikan kita akan menghabiskan banyak waktu berdua. Hah, aku harus segera menyelesaikannya bersama Evan agar beberapa hari ke depan, aku benar-benar bisa menikmati bulan maduku bersamamu. Kita bisa melakukan banyak hal berdua.
Alvero berkata dalam hati sambil bangkit dari duduknya dan berjalan kembali ke meja kerjanya.
"Baiklah, kamu bisa menemui nyonya Rose sekarang. Nanti kita bertemu di meja makan sweety. Aku akan segera selesaikan pekerjaanku, semoga sebelum makan malam berlangsung, kami sudah selesai menyelesaikan semuanya, agar aku bisa secepatnya menghabiskan waktu bersamamu." Alvero berkata sambil kembali ke meja kerjanya, berkutat dengan laptop dan handphonenya, memanggil Ernest dan Erich kembali untuk bekerja kembali bersamanya.
# # # # # # #
Deanda melirik ke arah arah pintu ruang makan istana sambil sedikit menghela nafasnya. Jam untuk makan malam sudah hampir dimulai dalam waktu kurang dari satu menit, namun sosok Alvero belum juga muncul di ruang makan istana. Sekilas Deanda melirik ke arah kursi di meja makan yang dikhususkan untuk Alvero sebagai raja Gracetian yang sekarang. Kursi yang dulunya diduduki oleh Vincent.
Mereka semua sudah bersiap dengan piringnya masing-masing di depan mereka, semua pelayan sudah mundur menjauh karena makan malam akan segera dimulai ketika Deanda mendengar langkah-langkah kaki mendekat, membuatnya dengan hati melonjak kaget karena senang, sontak menoleh ke arah pintu ruang makan. Namun yang terlihat justru sosok Enzo yang langsung mendekat ke arahnya, dan langsung membungkukkan tubuhnya, tepat di samping Deanda duduk.
"Permaisuri, yang mulia Alvero menitipkan pesan agar permaisuri memimpin makan malam hari ini karena masih ada yang harus diselesaikan oleh yang mulia Alvero, dan tidak bisa ditunda." Mendengar perkataan pelan dari Enzo, Deanda hanya bisa menahan nafasnya, merasa sedikit kecewa sekaligus tidak nyaman karena dia harus memimpin makan malam hari ini.
Makan siang tadi dia sudah dengan terpaksa memimpin karena tidak ada Alvero di sampingnya. Namun tekanan yang dialami Deanda tidaklah sebesar malam ini. Saat makan siang keluarga kerajaan yang sebagian besar memiliki kesibukan dengan pekerjaan mereka jarang mengikuti acara makan siang bersama di istana. Namun, acara makan malam di istana merupakan sebuah kewajiban yang harus diikuti jika memang tidak ada acara penting yang harus mereka hadiri, sehingga boleh dibilang, saat makan malam hampir seluruh kursi di meja makan selalu penuh terisi.
Akhirnya mau tidak mau Deanda dengan terpaksa memimpin makan malam hari ini. Sekilas diliriknya beberapa wajah tampak memperhatikan dengan cermat apa yang dia lakukan saat mengeluarkan kata-kata untuk membuka makan malam hari ini, beberapa terlihat tidak perduli, karena Deanda tahu beberapa dari mereka tetap menganggapnya sebagai gadis kampungan sehingga saat tidak ada Alvero di dekatnya mereka terlihat jelas menatap Deanda dengan pandangan meremehkan. Di sisi lain, Desya masih tetap memandang Deanda dengan tatapan sinis, sedang Dion dengan tatapan yang terlihat jelas begitu ingin mendapatkan kesempatan untuk mendekat ke arahnya.
# # # # # # #
Mereka semua sudah menyelesaikan makannya dan mulai meninggalkan meja makan, termasuk Tira dan Enzo. Namun. Deanda memilih untuk tetap duduk di tempatnya sambil memandangi layar handphonenya, membalas pesan dari Abella yang menanyakan kenapa dia tadi ke kantor Adalvino tanpa menyapanya. Dan di kesempatan itu Deanda menanyakan kepada Abella apa yang sudah terjadi dengan meja kerjanya sehingga diserahkan kepada Alaya Stein.
Aku tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi menurut selentingan berita yang aku dengar, saat kamu kembali bekerja setelah bulan madumu, kantormu akan dipindahkan. Tapi bagiku itu masuk akal sekali. Sebagai permaisuri Gracetian, pasti kamu akan mendapatkan kantor yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ah, kamu mungkin belum tahu, gadis yang menggantikanmu bernama Alaya Stein, dia gadis yang sangat cantik dan ramah, tidak sombong walaupun pandai. Dia gadis yang menyenangkan, kamu pasti juga akan menyukainya.
Deanda menarik nafas panjang membaca pesan dari Abella. Mata Deanda masih terpaku ke layar handphone di atas meja makan dengan pikiran sedikit melayang sehingga tidak menyadari saat Alvero berdiri di belakang kursinya dan membungkukkan tubuhnya, sehingga kepalanya berada di samping wajah Deanda, yang begitu menyadari ada seseorang di dekatnya langsung tersentak kaget.
"Kenapa kamu melamun sendirian di meja makan? Pekerjaanku baru saja selesai. Maukah menemaniku makan malam di sini sebentar?" Alvero berkata sambil tersenyum dan menegakkan kembali tubuhnya, membuat Deanda harus mendongakkan kepalanya agar bisa melihat wajah Alvero, yang karena posisinya begitu dekat bau segar perfum dari tubuh Alvero langsung menyapa hidungnya, apalagi sepertinya Alvero baru saja selesai mandi, menambah bau segar parfumnya bercampur dengan bau segar sabunnya, membuat Deanda dengan sengaja menarik nafas dalam-dalam untuk menikmati bau harum dari tubuh suaminya sekaligus menikmati kehadiran sosok laki-laki tampan itu.
Tanpa menunggu jawaban dari Deanda, Alvero segera duduk di kursi kosong yang ada di samping Deanda, bukan kursi kebesarannya sebagai raja Gracetian. Deanda sendiri walaupun tidak menjawab permintaan Alvero, dia tetap duduk di tempatnya semula, menunjukkan bahwa dia bersedia menemani Alvero menikmati makan malamnya yang terlambat.
Tidak beberapa lama kemudian nyonya Rose datang bersama dengan beberapa pelayan, menyuguhkan beberapa macam masakan baru dan masih panas di hadapan Alvero, juga segelas jus buah untuk Deanda.
"Aku sudah makan malam nyonya Rose." Deanda berkata sambil menyorongkan gelas berisi jus buah yang ada di hadapannya, jujur saja, nafsu makannya hari ini begitu buruk karena moodnya yang buruk hari ini.
"Hanya segelas jus buah permaisuri. Anda bisa meminumnya sambil menemani yang mulia Alvero menghabiskan makan malamnya. Jus buah bagus untuk kesehatan pencernaan dan kulit Anda." Nyonya Rose kembali menyorongkan gelas piala berisi jus buah itu kepada Deanda yang pada akhirnya mengalah dan meraih gelas itu.
Nyonya Rose yang menunggu Alvero menyelesaikan makan malamnya, berdiri di belakang kursi Alvero yang sedang menikmati makan malamnya dan Deanda yang terlihat dengan ogah-ogahan meminum jusnya. Melihat pada akhirnya Deanda mau meminum jus buah buatannya, nyonya Rose langsung menyungingkan senyum puas di bibirnya, berharap Deanda segera menghabiskan jus buah itu sampai tetes terakhir.
Deanda sendiri, walaupun merasakan ada sedikit rasa yang aneh dari jus buah itu, memilih untuk tetap meminumnya tanpa rasa curiga sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
aq juga kyak hilang moodx
2022-11-23
0
Alexandra Juliana
Aku jadi curiga jgn² Nyonya Rose memasukan ramuannya ke dalam jus itu 🤭🤭
2022-10-08
0
Nailott
wah nyonya rose pinter .ceoat bertindak . bakal seru. ni.kayaknya
2022-05-25
0