Melihat mata Deanda sedang terfokus pada sesuatu, Alvero menolehkan kepalanya, mencoba melihat apa yang sedang dilihat oleh Deanda. Bertepatan dengan Alvero menoleh, Alaya masuk ke dalam cafe, dan beberapa pengunjung yang ikut masuk bersamanya sambil bersenda gurau tanpa sengaja menabrak tubuh Alaya dengan keras sehingga tubuhnya hampir saja terjatuh, namun dengan sigap Alaya mencari pegangan di depannya, yang merupakan kursi yang sedang diduduki oleh Alvero, bersamaan dengan tangan Alvero yang tanpa sengaja bergerak ke arah Alaya dan memegang pergelangan tangan Alaya, menahannya agar tidak jatuh.
"Ma... maaf Yang Mulia..." Baik Alaya dan beberapa orang yang tadi menyebabkan Alaya hampir terjatuh langsung meminta maaf kepada Alvero yang langsung melepaskan tangannya dari Alaya, dan kejadian itu tidak lepas dari pengamatan nyonya Rose yang merasa begitu kaget karena ternyata sentuhan Alvero ke pergelangan tangan Alaya tidak menimbulkan alergi pada Alvero.
Entah kenapa, tidak seperti biasanya, jika itu berhubungan dengan wanita selama ini Alvero benar-benar berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyentuh mereka, namun melihat sosok Alaya selalu membuat Alvero merasakan sesuatu perasaan berbeda, antara iba, terharu, sedih namun juga senang... Entahlah, bahkan Alvero tidak bisa menggambarkannya. Namun ada satu hal, tanpa sadar keberadaan Alaya membuatnya cukup penasaran dan tertarik untuk mengetahui tentang siapa gadis itu sebenarnya.
"Tidak masalah. Lain kali lebih hati-hatilah." Alvero berkata sambil memandang sekumpulan orang muda yang tadi menabrak Alaya yang langsung mengangguk-anggukan kepala mereka sambil membungkukkan tubuh mereka, setelah itu Alvero menoleh ke arah Alaya yang tampak sudah kembali berdiri tegak.
"Apa kamu baik-baik saja Nona?"
"Eh, iya Yang Mulia... saya baik-baik saja. Terimakasih." Alaya berkata sambil tersenyum ke arah Alvero, lalu memandang ke arah Deanda, tersenyum ke arah Deanda sambil sedikit membungkukkan tubuhnya dan menganggukkan kepalanya, membuat mau tidak mau Deanda membalas senyuman dan anggukan kepala dari Alaya.
"Sebuah kejutan bertemu denganmu di sini. Apa kamu mendapatkan panggilan dari perusahaan Adalvino?" Mendengar pertanyaan Alvero, Alaya kembali mengangguk dengan wajah telihat begitu senang.
"Benar Yang Mulia, saya baru saja melakukan interviw lanjutan dan saya sudah dinyatakan lolos, dua hari lagi saya akan bekerja di perusahaan Adalvino." Alaya berkata dengan matanya terlihat jelas kilatan rasa bangga sekaligus bahagia bisa bergabung di perusahaan Adalvino, yang merupakan perusahaan terbesar di Gracetian, di bawah kepemimpinan Alvero langsung.
"Selamat untukmu Nona." Alvero berkata sambil tersenyum, sedang nyonya Rose yang semenjak tadi hanya mengamati apa yang terjadi melirik ke arah Deanda yang tampak ikut tersenyum namun dari pandangan matanya terlihat tidak nyaman.
"Terimakasih Yang Mulia. Saya pamit dulu, selamat sore Yang Mulia, Permaisuri." Alaya berkata sambil memberikan tanda penghormatannya sebelum meninggalkan meja tempat Alvero dan Deanda berada.
Untuk beberapa saat suasana di meja mereka tampak hening. Alvero yang sedang memikirkan apa yang sudah dibicarakannya dengan Evan, Deanda yang masih cukup terkejut dengan kejadian barusan dimana Alvero untuk kedua kalinya bersentuhan dengan Alaya dan tidak menimbulkan alergi, dan nyonya Rose yang cukup terganggu menyadari bahwa ada gadis lain yang tidak menyebabkan alergi terhadap Alvero.
Jika aku tidak bertindak, aku takut hubungan yang mulia dan permaisuri benar-benar akan terganggu.
Nyonya Rose berkata dalam hati sambil melirik ke arah Alaya yang tampak baru saja bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah toilet.
"Yang Mulia, saya permisi sebentar." Tiba-tiba saja nyonya Rose bangkit dari duduknya, meminta ijin untuk ke toilet, berencana menyusul Alaya.
"Baiklah nyonya Rose. Kami akan menunggumu." Mendengar ijin dari Alvero, nyonya Rose langsung berjalan ke arah toilet wanita, dimana Alaya baru saja masuk di dalamnya.
Untuk beberapa saat nyonya Rose sengaja masuk ke dalam ruangan toilet dimana terdapat wastafel dan meja marmer tempat orang memperbaiki riasan ataupun mencuci tangan setelah keluar dari kamar mandi yang terlihat berjajar rapi di belakang meja marmer dengan wastafel itu. Begitu mendengar suara kunci pintu kamar mandi dibuka dari dalam, nyonya Rose berjalan mendekat ke arah pintu itu, berdiri di samping pintu dengan kaki terarah ke pintu yang baru saja dibuka dengan posisi kaki seperti orang siap menjegal lawannya.
Alaya yang baru saja keluar dari mandi dan melangkah keluar terlihat dengan sigap menghindari kaki nyonya Rose, membuat nyonya Rose tiba-tiba kembali berdiri tegak, namun tangannya bergerak dengan cepat menyilang ke depan wajahnya, menyerang Alaya yang dengan sigap menahan serangan nyonya Rose dengan lengan tangannya bagian bawah.
Hah, ternyata ilmu beladiri gadis ini cukup baik, tidak heran tabrakan tadi tidak membuatnya terjatuh dan sebenarnya bantuan yang mulia Alvero tadi tidak diperlukan. **S**epertinya gadis ini tidak bisa dianggap remeh. Kehadirannya bisa berbahaya bagi hubungan yang mulia Alvero dan permaisuri Deanda.
Nyonya Rose yang sejak mudanya dulu juga menguasai ilmu beladiri dengan baik, berkata dalam hati sambil mengamati gerakan Alaya yang menangkis serangannya.
"Nyonya... kenapa tiba-tiba menyerangku? Apa kita pernah berselisih paham?" Alaya berkata sambil menatap ke arah wajah nyonya Rose dengan tatapan tidak mengerti, apalagi tadi Alaya sempat melihat bahwa nyonya itu duduk dalam satu meja dengan Alvero dan Deanda.
"Tidak ada Nona, aku hanya sedang memastikan sesuatu. Maaf sudah mengganggu Nona. Tolong ke depannya Nona lebih berhati-hati, dan tidak perlu membuat orang lain membantu Nona jika Nona sanggup mengatasi masalah Nona sendiri." Nyonya Rose berkata sambil melangkah ke arah pintu keluar toilet.
"Eh... Nyonya... Tunggu dulu..." Tanpa memperdulikan teriakan dari Alaya, nyonya Rose bergegas keluar dan kembali ke tempatnya semula, meninggalkan Alaya yang akhirnya hanya bisa menyunggingkan senyumnya begitu tersadar apa maksud nyonya Rose tadi.
Maksud nyonya tua itu pasti karena kejadian tadi menyebabkan yang mulia Alvero membantuku? Aku kan tidak meminta yang mulia membantuku? Sepertinya nyonya tua itu bahkan jauh lebih galak dari istri yang mulia Alvero sendiri. Tapi sebenarnya siapa nyonya tua itu? Sepertinya dia bukan pegawai biasa bagi yang mulia Alvero.
Alaya berkata dalam hati sambil menahan senyum geli di bibirnya, sebelum akhirnya mencuci tangannya di wastafel dan mengeringkannya dengan mesin pengering tangan otomatis sebelum meninggalkan lokasi toilet wanita.
# # # # # # #
"Kenapa denganmu Nyonya Rose?" Alvero langsung bertanya begitu melihat wajah nyonya Rose yang terlihat tidak tenang setelah kembali dari toilet.
"Ah, tidak ada apa-apa Yang Mulia. Yang Mulia, apakah harus ke kota Renhill malam ini?" Nyonya Rose bertanya sambil melirik ke arah Deanda yang sejak kehadiran Alaya tadi sengaja lebih banyak berdiam diri, karena baru kali ini dia merasakan suatu perasaan tidak nyaman melihat seorang gadis berada di dekat Alvero.
Deanda menarik nafas panjang, apa yang dia rasakan saat ini, Deanda tidak tahu apa itu dan kenapa dia merasakan hal seperti itu. Sesuatu yang baru pertama kalinya dia alami, tapi yang pasti membuatnya merasa tidak nyaman dan tiba-tiba saja kehilangan moodnya hari ini.
"Ada banyak hal yang harus aku selesaikan di kota Renhill malam ini. Apakah ada sesuatu yang penting nyonya Rose?" Sebelum menjawab pertanyaan Alvero, nyonya Rose memandang ke arah Alvero dalam-dalam.
Wah, percuma saja mengharapkan yang mulia Alvero yang belum pernah menjalin hubungan asmara serius dengan gadis manapun bisa mengerti bagaimana perasaan permaisuri Deanda melihat yang mulia menolong gadis itu barusan. Harusnya yang mulia berusaha untuk menenangkan hati permaisuri dengan memberikan penjelasan bahwa yang mulia hanya sekedar menolongnya tanpa ada maksud apa-apa. Seorang wanita tetap butuh penjelasan secara lisan untuk menenangkan hatinya.
Nyonya Rose hanya bisa berkata dalam hati sambil menahan nafasnya. Walaupun dia tidak pernah menikah, tapi dia pernah begitu mencintai seseorang dan bahkan mereka hampir menikah, namun sebuah kecelakaan maut yang telah merenggut nyawa pria yang begitu dicintainya membuatnya memutuskan untuk tidak menikah dan menjadi pelayan Larena yang sebenarnya dulunya adalah anak dari tetangganya, yang sejak kecil dianggap seperti adiknya sendiri dan sering bermain di tempat kediaman orangtua nyonya Rose.
Sejak nyonya Rose kehilangan calon suami, keluarga nyonya Rose yang sebenarnya adalah keturunan seorang viscount, sempat memaksanya menikah dengan seorang viscount yang merupakan anak dari sahabat ayahnya, namun nyonya Rose memilih untuk mengikuti Larena masuk ke istana sebagai pelayan karena ingin melupakan masa lalunya, bahkan tidak lagi memakai gelar keluarganya dan meminta orang dalam istana memanggilnya dengan sebutan nyonya Rose. Karena latar belakangnya yang sebenarnya berkedudukan tinggi itu juga yang membuat para penghuni istana begitu menghormati nyonya Rose.
Karena latar belakang keluarga nyonya Rose yang sebenarnya merupakan keturunan bangsawan kelas menengah ke atas juga yang membuat nyonya Rose diberikan kepercayaan tertinggi untuk mengatur seluruh urusan rumah tangga istana sekaligus pelatihan bagi para putri dan pangeran.
Kalau aku tidak segera ikut turun tangan, sepertinya yang mulia dan permaisuri yang sama-sama polos tidak akan mengalami kemajuan dalam hubungan mereka berdua. Dan untuk gadis itu, aku akan meminta Ernest dan Erich menyelidikinya dengan baik. Selama permaisuri Eliana belum disingkirkan dari istana, aku harus bersikap waspada terhadap siapapun orang di sekitar yang mulia Alvero dan permaisuri Deanda.
Nyonya Rose kembali berkata dalam hati sambil meraih sisa kopinya di gelasnya dan langsung meminumnya hingga tandas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
ria aja
bgus nyonya ros
2022-11-23
0
Nailott
iya dong nyonya rose bantu deanda sgar cepar itu itu...
mengerti. kan nyonya...
2022-05-25
0
Hasya Anindya Nadhifa
Akhirnya ada yg buat Deanda cemburu juga😁 walau sebenernya Alaya itu adek kandung Putra Mahkota
2022-03-24
0