Angela yang merasa bosan beberapa hari terkurung di dalam kamar mencoba segala cara dengan berteriak berulang kali kepada Roy agar mengizinkannya keluar kamar, setidaknya membiarkan dirinya untuk menghirup udara segar di halaman. Roy sempat mengabaikan keinginannya namun baik Roy dan para maid bahkan bodyguard pun merasa terganggu dengan teriakan serta gedoran pintu yang dilakukan oleh wanita itu, sehingga mau tidak mau Roy membiarkan Angela keluar dari kamar.
Meskipun kamar yang ditempatinya sangat luas, tetap saja Angela ingin merasakan udara setelah berhari-hari terkurung di dalam kamar. Angela yang begitu senang pun akhirnya memilih halaman belakang yang sangat luas, halaman tersebut terdapat kolam renang. Karena angin yang begitu kencang pada saat itu hingga membuat syal yang ia kenakan tertiup oleh angin, dan menyangkut di dahan pohon yang berada di halaman.
Mencari akal untuk mengambil syal miliknya, Angela meraih sebuah kursi untuk mengambil syal yang berada di dahan pohon namun dirinya kehilangan keseimbangan hingga akhirnya terjatuh dan ditangkap oleh Zayn.
Zayn yang terpaku sejenak, menatap manik mata Angela. Sebelum kemudian menjauhkan tubuhnya dari wanita itu. Sama seperti Zayn, Angela tak dapat memungkiri jika Zayn memiliki wajah yang tampan sehingga dirinya selalu terpesona tanpa disadari.
"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau berada di dalam kamar?" Zayn berucap dengan sinis sehingga membuat Angela tersentak kaget.
Angela yang melihat tatapan tajam Zayn, seketika tubuhnya menjadi merinding ketakutan. "A-aku bosan berada di dalam kamar jadi Roy mengizinkan ku keluar. A-aku tidak bermaksud kabur. La-lagi pula, aku masih berada di sekitar mansion."
Karena tatapan Zayn yang seolah dapat menelannya hidup-hidup, membuat ucapan wanita itu terbata-bata, telapak kanannya memegangi jantungnya yang berdetak cepat, bahkan wanita itu menundukkan pandangannya agar pandangannya tak bertemu dengan tatapan mata Zayn yang menakutkan.
Apa dia akan membunuhku hanya karena aku keluar dari kamar?
Angela menggigit bibir bawahnya, entah kenapa aura pria itu selalu saja menyeramkan dimatanya.
Zayn berdecak, tatapan tajamnya tak menyurut. "Roy!" Zayn memanggil nama Roy dengan berteriak.
Roy yang mendengar teriakan Zayn, segera menghampiri dengan tergesa-gesa. "Ada apa? Kenapa berteriak?"
"Kenapa membiarkan dia keluar?" Zayn menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah Angela.
Angela menjadi gelisah seketika, apa yang akan Zayn lakukan padanya jika Roy mengadukan bahwa dirinya membuat keributan di dalam kamar.
Roy menatap wajah Angela yang menatap ke arahnya dengan memohon penuh. "Aku membiarkan Nona Angela keluar untuk menghirup udara segar. Lagi pula ada banyak bodyguard disini. Dia tidak mungkin bisa kabur," ucapnya menjelaskan. Ia memang tidak berniat memberitahukan pada Zayn perihal Angela yang sempat membuat keributan.
Mendengar penjelasan Roy, Zayn tak menjawabnya. Melirik kilas ke arah Angela yang tertunduk itu, dan melenggang pergi menuju kamarnya.
Angela memberanikan diri untuk mendongakkan wajahnya, menatap punggung tegap Zayn yang tengah berjalan menaiki tangga.
"Kau tidak perlu khawatir Nona. Dia selalu seperti itu. Lebih baik Nona segera kembali ke kamar," ucap Roy.
"I-iya."
Setelah Angela mengiyakan perkataannya, Roy pun berlalu meninggalkan Angela.
Angela menghela napas lega sembari mengusap keningnya. "Aku harus kembali ke kamar, sebelum dia melihatku masih berada disini." Melangkah dengan cepat menuju kamarnya.
Setibanya di dalam kamar Angela langsung menutup pintu kamarnya, kali ini tidak seperti biasanya Roy tidak mengunci pintunya dan dirinya pun tidak akan keluar kamar jika Zayn berada di mansion.
Angela berbaring di atas ranjang. Ia begitu merindukan kedua orang tuanya, yang sudah dapat dipastikan sangat mencemaskan dirinya yang menghilang begitu saja. Ia tengah berpikir sesuatu bagaimana caranya dapat menghubungi kedua orang tuanya karena ponselnya tidak berada dengannya sejak ia tiba di mansion itu. Angela menduga jika ponselnya disembunyikan oleh Zayn.
Wanita itu hanya dapat menangis diam-diam. Ia tidak mungkin dapat melawan mereka, karena tidak mengetahui siapa pria yang ia hadapi saat ini, sehingga dirinya tidak ingin mengambil resiko dengan berusaha kabur dari tempat itu, bisa saja pria itu justru akan melakukan hal yang buruk padanya.
***
Malam harinya dengan bintang bertaburan di atas langit. Malam itu terlihat sangat cerah, namun tidak dengan Zayn yang raut wajahnya nampak suram, pria itu berdiri di balkon dengan kedua lengan yang bertumpu pada dinding balkon. Tangan kiri menggenggam gelas wine, meneguknya secara perlahan seraya menikmati udara yang sejuk di malam itu. Ia teringat akan manik mata yang terlihat indah dan mampu menghipnotis sejenak dirinya. Meskipun ia pernah mengagumi manik mata yang serupa yaitu manik mata milik Elleana.
Drrt Drrtt
Suara dering ponsel menyentakkan telinga Zayn. Dengan malas berjalan masuk dan meraih ponselnya yang berada di atas ranjang.
"Ada apa?"
"Master, apa kau lupa kalau malam ini kita akan bersenang-senang di club malam?" Seseorang yang menghubunginya adalah Jeff. Seperti ucapan Jeff tadi siang, pria itu mengumpulkan teman-temannya untuk bersenang-senang di club malam setelah melakukan misi mereka.
"Aku sedang malas," sahut Zayn.
"Wow, tidak seperti dirimu yang biasanya master. Apa karena wanita itu?"
"Tutup mulutmu!" hardik Zayn kesal. Namun tidak membuat Jeff merasa takut. Justru Jeff terkekeh kecil.
"Baik master. Lalu bagaimana? apa kau akan datang ke club?"
"Ya, aku akan datang untuk menutup mulutmu selamanya!"
Setelah mengatakan hal itu, Zayn memutuskan sambungan teleponnya dengan kesal. Meneguk habis minumannya dan meletakkan gelas di atas meja. Ia bersiap-siap untuk datang ke Club.
"Roy!" Zayn berteriak memanggil Roy seraya menuruni tangga.
Roy yang sudah terbiasa jika Zayn memanggil dirinya dengan berteriak hanya berdecak kesal. "Kenapa kau selalu berteriak?"
Zayn mengabaikan keluhan Roy. "Ikut aku ke club."
Roy mendesah pelan. "Baiklah. Tapi bukankah kau tidak ingin datang kesana?" tanyanya, menyusul Zayn yang sudah lebih dulu keluar dari mansion.
"Jeff akan terus mengganggu kalau aku tidak datang!" Zayn masuk ke dalam mobil diikuti oleh Roy.
Roy mengangguk mengerti. Jeff memang selalu seperti itu, akan selalu mengganggu jika mereka belum menunjukkan batang hidungnya.
Angela memperhatikan Zayn dan Roy yang baru saja meninggalkan pelataran mansion melalui jendela yang tirainya terbuka sebagian. "Dia selalu pergi malam hari dan akan kembali pagi hari? Apa pria itu tidak memiliki pekerjaan selain bermain-main?" gumamnya. Perhatiannya masih berpusat pada mobil Zayn yang semakin menjauh.
Tik
Tik
Tik
Detak jarum jam memenuhi ruangan dengan pencahayaan yang redup. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam namun Angela tidak dapat memejamkan kedua matanya. Pikirannya tengah gelisah, ia ingin menghubungi kedua orang tuanya, agar dapat mendengar penjelasan dari sang Daddy karena telah menyembunyikan hal yang sebenarnya terjadi kepada dirinya.
Suara deru mobil yang baru saja tiba di pelataran mansion membuyarkan lamunannya. Angela menduga jika itu adalah mobil Zayn, mereka baru saja tiba pukul 2 dini hari. Karena begitu lelah dengan pikirannya sendiri, akhirnya wanita itu terlelap dalam mimpinya.
***
Keesokan paginya. Zayn berada di ruangan latihan. Pria itu tengah berolah raga dengan Roy. Meskipun kepalanya masih sedikit terasa berat dan pusing akibat terlalu banyak minum semalaman.
"Apa kau yakin dengan rencana mu itu, Zayn?" tanya Roy. Salah satu tangannya tengah mengangkat barble untuk membentuk otot-ototnya.
"Wilson tidak akan bisa membayar hutangnya! Dia akan membayarnya dengan apa? Menjual perusahaan? Ck, Perusahaan Wilson hanya mampu membayar hutang-hutangnya yang menumpuk di luar sana," jawab Zayn dengan napas yang terengah-engah karena pria itu tengah berlari-lari di atas treadmill.
Mereka memang mengetahui bahwa Rolando Wilson tidak hanya berhutang pada satu atau dua orang. Yang mereka ketahui bahwa pria tua itu sudah ditipu oleh rekan bisnis yang berdampak pada Perusahaan Wilson.
"Ya kau benar. Tuan Wilson memang tidak akan mampu membayar. Tapi aku tidak yakin dengan rencanamu? Wanita itu pasti akan menolak mentah-mentah."
Ucapan Roy tak membuat Zayn bergeming. Pria itu menambah kecepatan penuh dengan senyum yang menyeringai. "Di saat keluarganya akan kehilangan segalanya, apa dia punya pilihan untuk menolaknya?!"
Roy sempat terdiam namun tak lama kemudian, menarik kedua sudut bibirnya. Ia berharap rencana Zayn akan membuat pria itu melupakan cinta pertamanya yang sudah bahagia dengan suaminya. "Aku setuju! Lakukan apapun yang membuatmu senang!"
Mendengar perkataan Roy, membuat Zyan menghentikan aktivitasnya. Zayn menoleh ke arah Roy. Sebelum kemudian mengambil bathrobe hitam untuk menutupi tubuhnya yang dipenuhi keringat karena dirinya hanya mengenakan boxer.
"Aku melakukannya bukan karena senang. Aku sulit melupakannya Roy. Rasanya aku hampir mati jika harus melupakannya." Zayn menatap dirinya di pantulan cermin. Ruangan yang minim pencahayaan itu, menampakkan wajah Zayn yang memerah karena menahan amarah.
Beberapa tahun hidup dalam bayang-bayang wanita yang begitu ia cintai. Meskipun tak ada cinta yang terbalaskan dari wanita itu, Zayn tetap mencintainya hingga saat ini. Roy melihat perubahan raut wajah Zayn menjadi khawatir seketika. Roy berjalan menghampiri Zayn.
"Calm down. Jangan emosi. Ingat! kau belum sembuh benar!" Roy menepuk-nepuk bahu tegap Zayn. Memperingati pria yang sudah ia anggap adiknya itu untuk tidak terbawa emosi karena penyakitnya akan kambuh.
Sejak remaja Zyan mengalami depresi akibat pembunuhan kedua orangtuanya dan penyiksaan yang dilakukan oleh Frank pada Zayn. Terlebih lagi, kehilangan cinta pertamanya membuat pria itu semakin frustasi. Namun Zayn selalu dapat menutupi dan bersandiwara bahwa dirinya baik-baik saja.
"Ck, kau tenang saja. Aku belum sampai mencapai tahap gila, Roy!" ucap Zayn dengan terkekeh kecil. Ia tau bahwa Roy akan selalu mencemaskan kondisinya.
"Aku tidak akan membiarkan kau menjadi gila!" Roy berucap yakin. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Karena itu, ia selalu memantau Zayn dimana pun pria itu berada.
Mengabaikan Roy, Zayn keluar dari ruangan latihan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Langkahnya harus terhenti karena dirinya berpapasan dengan Angela.
Kedua mata Angela membulat karena melihat dada bidang Zayn yang tak tertutup bathrobe sepenuhnya. Keringat memenuhi kening dan sebagian wajah pria itu.
"Apa kau baru pertama kali melihat pria sehabis berolahraga?" ucap Zayn datar, tidak ada keramahan disana.
Mendengar ucapan Zayn, membuat Angela tersadar. "Tidak ada. Aku akan kembali ke kamarku!" Angela lebih memilih melarikan diri sebelum pria itu marah padanya karena masih berkeliaran di mansion mewahnya itu setelah sarapan.
Kepergian Angela membuat Zayn menarik kedua sudut bibirnya. Benar-benar wanita yang sangat menggemaskan. Sepertinya wanita itu cukup pintar karena dapat membaca pikirannya. Itulah yang dipikirkan Zayn.
"Bagaimana aku bisa kabur dari sini. Lihatlah, tubuhnya yang besar itu, aku bisa saja langsung mati kalau tangannya yang besar itu mencekik leherku!" Kedua tangan Angela menyentuh lehernya, ia sudah membayangkan jika lehernya tercekik pasti akan terasa sakit. Seraya menggerutu, Angela masuk ke dalam kamar. Ia harus bertahan di mansion itu hingga Zayn melepaskan dirinya.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
Hai hai author kembali setelah 2 hari tidak up hehe
Jangan lupa ya like, komentar kalian dan vote kalau berkenan. Follow juga yang belum follow.. terima kasih banyak yang masih setia membaca bang Zayn🤗
Jangan lupa bahagia 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Ainun Dunggio
mulai tertarik ni ..
2022-06-02
0
Maia Mayong
🤣🤣🤣 tenang Angela . tgn kekar Zayn TDK akn mencekik mu ..
2022-03-10
0
NADIRAH
babng zayen...moga cepet muvon sama elleana ...degan hadirnya angela
2022-01-08
0