~.Ameera PoV.~
"Aku harus bagaimana."
Ku pandangi Annisa yang pergi melepaskan pelukan Ku, rasanya Aku ingin mengejarnya tapi ku urungkan niat ku.
"Bang Ammar.. Iya aku harus telepon Bang Ammar Riri sudah tidak bisa dibiarkan lagi."
Aku tekan nomor ponsel Bang Ammar, Ku hubungi agar dia segera bertindak karena Riri sudah kelewatan.
" Assalamualaikum Dek."
" Waalaikumsalam, Abang ada dimana."
"Masih di kampus sedang mendaftarkan sidang ada apa."
"Bang Ammar harus segera bertindak Riri menyakiti Annisa Bang."
"Menyakiti Bagaimana maksud kamu."
"Riri selalu menyalahkan Annisa Bang, kalau dia penyebab persahabatan kita menjadi retak seperti ini dan sekarang Annisa nggak mau berteman sama aku lagi dia pergi Bang, hiks...hiks... Anisa merasa dia yang patut disalahkan makanya dia memilih pergi daripada persahabatan kita rusak."
"Benar - benar Riri, Abang akan temui Dia."
"Iya Bang."
"Sekarang Kamu dimana, kuliah kamu sudah selesai belum."
"Sudah Bang cuma satu hari ini."
"Oke, Abang akan hubungi Riri untuk mengajak ketemu kamu pulang dulu sama Aqila ya."
"Iya Bang."
Aku merasa lega Bang Ammar akan segera bertindak, ini semua tidak bisa di biarkan berlarut-larut.
Aqila menghampiri Ku setelah berbicara dengan Riri, Dia menenangkan Ku.
"Kak, udah ya jangan nangis. Riri sudah aku peringatkan."
"Kamu ngomong apa sama dia."
"Aku bilang Bang Ammar hanya menganggap kita semua ini sebagai adiknya begitu pula dengan dirinya, jadi nggak mungkin jika dia harus memaksakan cintanya untuk bang Ammar."
"Terus Dia dengerin Kamu."
"Tadi sih kelihatan memahami Dia, tetapi nggak tahu apa yang ada dipikirannya aku langsung tinggal pergi aja."
"Aku sudah telepon Bang Ammar dan dia akan ngajak ketemuan Riri untuk bicara."
"Ya sudah bagus, Annisa mana."
"Dia pergi Qila, dia nggak mau bersahabat sama kita lagi dia memilih pergi karena dia merasa dia penyebab semua ini."
"Kelewatan Si Riri."
"Kita ke rumah Nisa yuk, Dia pasti pulang nggak mungkin dia main kemana-mana."
"Tapi kalau Dia ngusir Kita gimana."
"Nggak mungkin, Nisa nggak seperti itu. Sekarang biar Bang Ammar yang memberi pengertian sama Riri kita membujuk Annisa biar bisa bersama kita lagi."
"Iya Qila, Aku sudah tahu rumahnya, sudah pernah mengantarkannya pulang sama Bang Ammar."
"Bang Ammar sudah pernah mengantarnya pulang."
"Iya waktu itu sama Aku, setelah menjenguk kamu itu Nisa mampir ke rumah dan waktu mau pulang mendung banget, jadi Mami minta Bang Ammar nemenin aku nganterin Annisa pulang."
"Wah, kayaknya Bang Ammar benar suka sama Nisa deh."
"Aku rasa begitu, tapi kamu tahu kan Bang Ammar orangnya gimana dia itu lebih mementingkan persahabatan ini daripada perasaannya sendiri.
" Iya Sih, Kak. Ya udah ayo ke rumah Nisa."
Aku dan Qila menuju ke rumah Annisa dengan menggunakan taksi online, Kita akan menjelaskan semuanya kepada Annisa Biarlah urusan Riri Bang Ammar yang selesaikan.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
~. Ammar PoV.~
Aku rasa Riri memang sudah kelewatan sampai Dia berani menyakiti Annisa. Apa coba salah Annisa, padahal Riri sendiri yang menjadi korban rasa cemburunya yang tak beralasan itu.
Memangnya Aku akan menerima cinta dia Jika dia berbuat seperti ini, malah membuat Ku semakin menganggapnya anak kecil cuma main perasaan.
Aku harus segera menemuinya dan bicara padanya.
Ku hubungi nomor ponselnya, satu kali nggak di jawab, Aku hubungi lagi dan akhirnya ada jawaban.
Aku langsung to the point' sama dia untuk mengajaknya ketemuan di cafe biasanya, Dia menyanggupinya dan segera Aku menuju kesana setelah urusan ku selesai.
Aku harus selesaikan semuanya sebelum semuanya berlarut-larut dan menjadikan hubungan yang tidak mengenakkan antara orang tua kita.
Sesampainya di sana sudah ku lihat dia ada disana menunggu ku, dengan ekspresi biasa saja aku mendekati dia.
" Assalamualaikum Ri, sudah lama menunggu."
" Waalaikumsalam Bang, baru saja kok Bang Riri sampai."
"Sudah pesan Kamu."
"Belum Bang, nunggu Abang sekalian."
"Oke."
Aku panggil pelayan di sana dan aku memesan jus alpukat saja sedangkan Riri memilih memesan coklat dingin.
Sambil menunggu pesanan datang aku mengajak ngobrol basa-basi, Dia kelihatan tidak seperti kemarin yang menggebu-gebu dia lebih banyak menundukkan kepalanya tidak berani menatap Ku.
Pesanan kami datang aku mempersilahkannya untuk minum terlebih dahulu sebelum Aku berbicara serius dengannya.
"Ri, boleh Abang bicara."
"Iya Bang, Riri tahu pasti Abang akan membahas masalah kemarin kan."
"Iya benar Ri, Apa benar kamu menyukai saya dan Kamu ribut dengan Ameera karena kamu cemburu dengan Annisa."
Dia hanya diam menundukkan kepalanya, kenapa dia berubah seperti itu kemarin saja dia berani berbicara keras.
"Ri, jawab pertanyaan Abang."
"Maafkan Riri Bang, Riri nggak bisa menahan rasa ini sama Abang, Riri suka sama Abang."
Dia menatapku seperti memohon agar aku menerimanya.
"Ri, maafkan Abang sebelumnya. Tetapi Abang menganggap kalian semua itu sebagai Abang tak terkecuali kamu."
Dia mulai sedih dan terlihat menyeka air matanya sambil menunduk.
"Ri, rasa Abang sama Kamu cuma sebagai Kakak dan Adik tidak lebih. Maafkan Abang tidak bisa menerima rasa kamu selain hanya rasa sayang sebagai kakak kepada adiknya. Bukankah itu akan jauh lebih baik daripada kita punya hubungan suatu saat akan putus dan menjadi benci."
"Riri tahu Bang, Abang tidak mencintai Riri karena sikap Abang berbeda kepada Riri dan kepada Annisa."
"Kenapa Kamu bawa - bawa Annisa dalam masalah ini, Dia nggak ada sangkut pautnya dalam masalah Kita."
"Ada Bang, Riri cemburu sama Annisa Bang, karena Abang lebih perhatian sama dia. Abang suka kan sama Annisa."
"Itu urusan pribadi saya dan kamu nggak perlu ikut campur, Saya mau suka sama Annisa atau yang lainnya yang penting persahabatan kita masih sama seperti apa yang diharapkan oleh orang tua kita."
"Tapi Annisa juga ada di lingkungan kita Bang kita berempat bersama Bang di kampus, kenapa Abang tidak suka cewek yang lainnya saja yang Riri nggak kenal. Itu semua pasti rencana Ameera kan untuk deketin Abang sama Annisa."
Aku bersabar untuk menghadapi Riri yang benar-benar terbakar rasa cemburu Dia dan tidak bisa berpikir harus mementingkan persahabatan kita.
"Ri, itu urusan pribadi Abang, jadi kamu nggak perlu mengatur dengan siapa aku akan jatuh cinta dan termasuk Ameera dia juga tidak akan bisa mengatur masalah pribadi Abang. Di sini Abang cuma minta sama kamu kita baik lagi seperti dulu, Maafkan Abang yang tidak bisa menerima perasaan mu yang lebih karena Abang cuma menganggap mu sebagai adik."
Dia menangis dan menundukkan kepalanya aku jadi merasa seperti memutuskan seorang perempuan di tempat umum.
"Ri, Abang sayang sama Kamu tetapi hanya rasa sayang sebagai seorang Kakak."
"Maafkan Riri Bang, Riri akan berusaha menghilangkan rasa ini."
"Abang yakin kamu akan menemukan sosok yang akan menerima dan mencintai mu dengan tulus, percaya dengan Abang Kamu cewek baik dan jangan membuat diri mu dikuasai oleh amarah mu, istighfar Ri."
" Astaghfirullahaladzim, Maafkan Riri Bang."
"Sekarang Kamu masuk lagi ke group ya, Abang akan masukkan tetapi jangan pernah leave lagi, Jadikan semua ini sebagai pelajaran."
"Iya Bang.."
###########
Titip Bang Ammar dulu ya,
Nanti kalau udah rame Othor balik lagi 😁😁😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
lanjut thor
2021-02-04
1
Hasna Nabilah
lanjut kak semangat ❤✊
2021-02-04
1
Tutie Alwi R
lagi dong
2021-02-04
1