Riri telah kembali bersama Mereka dan obrolan di grup chat mereka sudah seperti biasa.
Namun memang mereka belum mengadakan acara kembali untuk berkumpul bersama, Ammar sedang sibuk mempersiapkan sidang skripsinya yang tinggal tiga hari lagi.
"Abang.." panggil Mami Syakila yang menghampiri putranya ke dalam kamar.
"Mami, ada apa Mi."
"Abang sedang apa, waktunya makan malam kok belum keluar sudah ditunggu Papi."
"Maaf Mi, Ammar sampai keasyikan menyiapkan Dokumen untuk sidang ini Mi."
"Abang, kamu juga butuh energi jangan diforsir badannya nanti jatuh sakit gimana."
"Iya Mi, Abang keluar makan."
"Ayo Kita makan."
Ammar menggandeng Maminya yang berjalan bersama menuju ke meja makan karena sudah ditunggu Papi dan juga adiknya untuk makan malam bersama.
"Abang, sibuk banget." tanya Papi Ibra.
"Nggak Pi, hanya mempersiapkan beberapa dokumen saja Pi."
"Sudah Ayo kita makan ngobrolnya nanti lagi." pinta Mami Syakila yang sedang melayani suaminya.
Mereka semua makan malam bersama dengan nikmat karena menu yang dihidangkan oleh Mami Syakila selalu membuat mereka ketagihan.
Selesai makan malam Mereka berkumpul bersama di ruang keluarga, karena itu kesempatan untuk mereka bercerita tentang rutinitas mereka seharian.
"Abang, gimana sudah selesai masalahnya dengan Riri dan Annisa." tanya Papi.
"Dengan Riri saja Pi bukan dengan Annisa. Alhamdulillah sudah selesai Pi sekarang sudah baik-baik saja semuanya."
"Alhamdulillah." ucap Mami dan Papi.
"Urusan dengan Riri selesai Pi tapi dengan Annisa nya yang belum selesai." celetuk Meera membuat Ammar menatap tajam adiknya itu.
"Urusan apa." Papi pura - pura tidak paham sedangkan Mami hanya tersenyum dan mengusap kepala putrinya.
"Kamu jangan suka mancing Abang mu marah, jahil sekali sih kamu dek."
nasehat Mami Syakila.
"Biar Abang itu semangat Mi mengejar cintanya."
"Oh.. Jadi urusan perasaan. Emang Abang udah siap untuk menikah, menghidupi anak orang." goda Papi Ibra.
"Papi apaan sih, Abang mau studi dulu ini mau sidang skripsi aja pusing mikirin nikah." Ammar menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
"Laki - laki itu harus tegas Bang, kasihan perempuan cuma dipacari dibawa ke sana kemari digandeng tapi nggak diberi kepastian."
"Iya Pi. Ammar suka nggak mau kopi pacaran maunya langsung nikah."
"What..!!! Jadi Abang mau ngelamar Nisa nih."
Bantal sofa sudah berada di tangan Ammar dan siap melayang kalau tidak dihalangi oleh Mami Syakila sudah kena itu kepala Ameera.
"Bercanda Abang, Adiknya."
Mami Syakila menghalangi putranya.
" Adik itu Mi ngeselin banget."
"Adik udah dong, jangan ledekin Abangnya terus, Doain Abang nya lancar sidang skripsi setelah itu studi keluar negeri baru deh mikirin nikah." nasehat Mami Syakila kepada Ameera.
"Itu dengerin Mami. Kamu sana duluan kalau mau nikah Abang Ikhlas."
"Mau nikah sama siapa Bang pacar aja nggak punya."
"Nggak perlu punya pacar untuk menikah yang penting ada yang mau ngajak nikah kamu. ha ha ha.." tawa Ammar.
Mami dan Papi hanya tersenyum melihat kedua anaknya bercanda.
"Itu Mi, Abang kan yang jahil."
"Sudah kalian berdua itu sama, sama- sama jahil kadang bikin kepala Mami pusing ini."
"Sini Mami,sama Papi aja, nanti kalau pusing Papi pijitin."
"Bahaya dipijitin Papi ada maunya."
"Mi, Pi, please deh.. jangan bermesraan di sini nggak tahu apa anaknya ini jomblo." celetuk Meera sambil cemberut ke Papinya.
"Ini contoh Sayang, besok jika kalian sudah menikah harus selalu mesra seperti Papi dan Mami ini." Papi mencium tangan Mami Syakila di depan kedua anaknya, Ameera mulai iri dengan Papinya sedangkan Ammar hanya tersenyum.
"Abang kenapa tersenyum. Hayooo.. bayangin ya." kelakar Ameera.
"Bayangin apaan."
"Bayangin sama Annisa ha ha ha ha...."
Bukkkk...
Bantal sofa melayang dan Ameer sudah siap menghindar jadi tidak mengenainya.
"Wekk . nggak kena ha ha ha.. Mi, Pi, Adik masuk ya ada yang anarkis."
"Good night Sayang."
"Abang suka banget lempar adiknya bantal." tegur Mami.
"Jahil banget itu Meera Mi."
"Ha ha ha.. kenapa Kamu kesal setiap diledekin sama adik Kamu jangan - jangan Kamu beneran ya suka sama Annisa." ledek Papi Ibra.
"Papi ada aja, iseng banget itu si Adik."
"Suka beneran juga nggak papa, iyakan Mi. Tapi seperti apa sih Annisa itu Mi." Papi Ibra penasaran karena belum pernah melihat sosok Annisa.
"Cantik Pi, baik lagi, halus anaknya jilbabnya panjang juga." jelas Mami Syakila.
"Hmmmm... kayak Mami dong." Papi mencubit dagu Mami.
"Persis Mami Pi, tapi ini versi Ammar ya." celetuk Ammar.
"Cieee... sudah bisa memilih wanita ini putra Kita Mi." ledek Papi.
"Persis Papi seleranya. Cantik dan anggun kayak Mami." Ammar berani jujur kepada kedua orang tuanya jika tidak ada Ameera.
"Bagus Bang, cari calon istri itu kayak Mami Kamu, baik, cantik, sholehah lagi dan yang pasti selalu bikin kamu di mana Cepet pulang ke rumah."
Ammar senang jika melihat kemesraan kedua orang tuanya, seperti menginspirasi dirinya untuk seperti itu kelak jika sudah menikah.
Hari semakin malam Ammar masuk ke dalam kamarnya begitu pula dengan Mami dan Papinya.
Di dalam kamar Ammar belum bisa memejamkan matanya dia menatap langit-langit kamarnya, dan tersenyum sendiri.
"Baru kali ini aku merasakan jantungku berdetak ketika dekat dengan seorang wanita. Padahal Gina juga cantik tapi nggak ada getaran dalam dadaku ketika dekat dengan dia." gumamnya sendiri.
Gina teman kampusnya yang selalu mendekat kepada Ammar tetapi ida menganggapnya sebagai teman dan tak lebih. Dia juga cantik, berjilbab, pintar juga ilmu bisnis tapi bagi Ammar dia hanya teman.
"Jika memang jodoh jaga Dia untuk Ku Ya Allah, jika sudah saatnya akan aku jemput untuk melengkapi separuh agama Ku."
Ammar terlelap sendiri ke dalam alam mimpi setelah pikirannya berbunga - bunga jatuh cinta.
########
Sudah double Up hari ini
Mana jempolnya ini 😁😁😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Tutie Alwi R
aah pgn cepet2 deh Ammar ma Anisa jadian nikah deh..😍😍
2021-02-05
1
Naila Putri
semangat up Thor smg Ammar Ama anissa
2021-02-05
1
AiNun Kha
lanjut thor👍
2021-02-05
1