Ammar berdiri dan mengajak Ameera, Aqila dan Ashraf untuk pulang.
"Ayo kita pulang sudah malam."
Ammar berjalan di depan Mereka tanpa sepatah kata pun, pikirannya masih melayang Dia tidak menyangka ternyata Riri selama ini menyimpan perasaan kepadanya. Tetapi sekarang ini merupakan sebuah masalah bagi Dia satu sisi dia menganggap Riri sebagai adiknya namun dia juga harus bisa mempertahankan persahabatan mereka sesuai amanah orang tua Mereka.
Ammar selalu bersikap sama kepada semua adik-adiknya, mungkin disalahartikan oleh Riri jika Ammar memberi perhatian kepadanya.
Di satu sisi lagi yang menahan rasa kepada Annisa yang belum juga bisa Iya jelaskan apakah itu cinta atau hanya mengagumi.
Bagi Ammar persahabatan mereka jauh lebih penting daripada urusan pribadi, jadi Dia harus bisa mengambil keputusan yang tepat tanpa mengorbankan yang lainnya.
Sepanjang perjalanan hanya diam di antara mereka berempat tak ada percakapan apapun. Hanya Aqila yang melakukan komunikasi dengan Rendi menanyakan bagaimana keadaan diri.
Pesan dari Rendi mengatakan jika Riri baik-baik saja dia sudah mengantarnya pulang namun sepanjang perjalanan Riri hanya diam diajak bicara pun tidak menjawab.
Ammar sendiri menangkap sinyal dari Rendi Jika dia menaruh rasa kepada Riri tetapi tanpa Dia sangka Riri malah menaruh hati kepadanya. Mungkin Ammar yang selama ini tidak pernah merasakan tanda-tanda ataupun perhatian yang diberikan diri kepadanya.
"Bang, Aku lebih setuju Abang sama Annisa." ucap Ashraf memecah keheningan mereka di dalam mobil.
"Setuju." ucap Ameera dan memberikan jempol ke arah adik sepupunya itu.
"Jangan pikirkan itu tapi kita harus cari solusi gimana kebersamaan kita akan tetap berlangsung hingga nanti."
Ammar sebisa mungkin menggunakan logikanya untuk memikirkan hal yang jauh lebih penting daripada urusan pribadinya dulu.
"Abang nggak takut Annisa diambil sama orang."
"Kalau jodoh tak kemana." jawaban Ammar membuat Ameera dan Aqila tersenyum sendiri.
"Benerkan tebakan aku Abang itu suka sama Annisa." ucap Ameera.
"Abang nggak bilang seperti itu."
"Walaupun Abang tidak bilang langsung suka sama Annisa tapi dari jawaban Abang Meera itu yakin kalau Abang suka sama Annisa malah sudah mengharapkan berjodoh pula."
"Iya Bang, apa nggak takut nanti Annisa diambil orang." tambah Aqila.
"Abang akan fokus dengan studi dulu."
"Suka gaya Abang." bela Ashraf.
"Apa kamu anak kecil, sudah ganti berapa pacar kamu." ledek Ammar.
"Enak aja Abang, kayak gini tipe setia aku."
"Ha ha ha .. Setiap tikungan ada." ledek Aqila.
"Kak Qila kayak nggak pernah ganti aja."
"Limited Edition Bro."
"Ha ha ha.. apaan." ledek Ashraf. Ammar dan Ameera hanya tersenyum melihat tingkah kedua sepupunya.
"Bang, Riri kebangetan menurut Meera."
"Udah nggak usah bela diri Kamu. Kamu juga egois."
"Egois kenapa Bang, Meera benarkan ngomong gitu. Dia itu kemakan cemburu sama Annisa."
"Sekarang Kamu pikir jika memang Riri marah sama kamu gara-gara dia cemburu sama Annisa siapa yang akan kena dampaknya Annisa kan. Kamu seharusnya berpikir sampai sana Annisa yang akan menjadi sasarannya Riri, nggak mungkin Kamu."
Ucapan Ammar membuat Meera, Aqila dan Ashraf hanya diam di dalam pikiran mereka ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Ammar.
"Kamu nggak mikir kan sampai sana, Kalau Kamu berani melawan Riri tapi Annisa Dia hanya akan merasa bersalah telah masuk di dalam lingkungan kita."
"Maafkan Meera Bang, sekarang harus bagaimana aku kasihan sama Annisa."
"Itu yang Abang pikirkan."
Tak terasa mobil yang dikendarai Ammar telah terparkir di halaman rumah Aunty nya.
"Makasih ya Kak." ucap Aqila dan Ashraf seraya turun dari mobil Ammar.
"Iya, salam buat Mama dan Papa ya, maaf Abang dan Kak Amel langsung pulang dan ingat kalian jangan cerita sama Mama dan Papa dulu tentang kejadian hari ini, biar Abang pikirkan solusinya terlebih dahulu."
"Iya Bang, hati-hati ya Bang, Kak Amel Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam."
Ammar mengendarai mobilnya kembali menuju ke rumah.
"Bang, sekarang harus bagaimana."
"Abang belum bisa mikir, tapi Abang minta kamu bicara sama Annisa jika Riri melakukan apapun terhadapnya suruh cerita sama kamu."
"Iya Bang. Sepertinya Annisa juga sudah mengetahui jika Riri suka sama Abang, soalnya kalau di kampus Riri selalu menanyakan Abang sama Meera dan itu di hadapan Annisa."
"Huffttt.. anak ini benar - benar bikin pusing. Kenapa sih wanita selalu berpikir hanya mengikuti perasaan Mereka saja."
"Namanya juga wanita Bang selalu baper."
"Kamu juga."
"Meera lagi Bang yang salah."
"Iya, Coba saja tadi kamu bisa menahan diri pasti nggak akan seperti ini."
"Meera sudah nggak bisa nahan diri Bang."
"Sudah pusing Abang."
Ameera merasa ponselnya bergetar yang berada di dalam tas dan mengambilnya, ternyata Aqila yang menghubunginya.
" Assalamualaikum, Ada apa Aqila ada yang ketinggalan."
" Waalaikumsalam Kak. Coba kakak lihat di grup deh Riri keluar dari semua grup kita di chat."
Meera langsung mengecek group chat mereka dan benar saja Riri telah meninggalkan semua grup chat.
"Apa - apaan ini."
"Kenapa Dik."
"Riri Bang leave group semuanya."
"Hisssttt.. benar - benar ini anak." Ammar geram dan masih berdiam di dalam mobil yang sudah terparkir di garasi.
"Bang.."
"Kamu turun nanti di cari Mami."
"Iya Bang."
#######
hari ini sudah double up ya 😊😊😊😊
jangan Lupa LIKE DAN VOTE
KOMEN juga boleh 😁😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
riri,baper nghabosa memposisi kan diri nya wkwkwkwk anak nya farida
2021-02-02
1
Naila Putri
kok Riri begitu
2021-02-01
1
Dhika Chawla
riri kok gitu....ckckckck...cinta itu ga bisa dipaksakan loh....
2021-02-01
1