"Pakai mobil Abang aja."
Ammar datang membuka alarm mobilnya dan masuk kedalam.
Ameera dan Annisa mengikutinya, Mereka membuka pintu belakang.
Ammar melihat ke arah Adiknya dengan tatapan tajam.
"Emang Abang sopir, depan Dik."
"Hi hi hi.. Oke Bang."
Ameera dengan muka tanpa salah pindah ke samping kakaknya.
Setelah melihat Ameera mengenakan sabuk pengaman, Ammar siap melajukan mobilnya menuju ke rumah Annisa.
"Rumahnya dimana Dik." tanya Ammar kepada Ameera.
"Nggak tau Bang, Meera belum pernah ke sana."
"Jalan xxxxx di perumahan Indah, Bang." kata Annisa.
"Oke."
"Abang tau dimana itu." tanya Meera.
"Tau, itu perumahan teman Abang."
"Oohhh... " Ameera mengangguk-anggukan kepalanya.
"Nisa, di rumah sama Mama dan Papa aja Kamu." tanya Meera.
"Iya Ra, Kakak Aku di kota kemarin kita tinggal karena dapat istri di sana dan tugasnya di sana."
"Kakak Kamu Dokter apa Nis." tanya Meera.
"Spesialis Jantung."
"Wahh.. hebat dong."
Ammar hanya mendengarkan obrolan Mereka sambil fokus menyetir.
"Kamu nggak ambil Dokter juga, kan Mama, Papa dan Kakak Kamu semua Dokter."
"Aku takut Ra sama darah, apalagi melihat orang kesakitan nggak tega rasanya."
"Iya sih, Dokter harus berani ya. Terus kenapa memilih belajar pemrograman."
"Suka aja, seru menantang."
"Kamu kayaknya pendiam gitu suka tantangan."
"Tantangan pemikiran Dik, jadi ada rasa harus menyelesaikan sesuatu dengan benar dan tepat waktu." Ammar mulai nimbrung dalam obrolan Mereka.
"Ciee.. Abang satu pemikiran dengan Annisa." kelakar Ameera membuat Annisa tersenyum malu.
"Benar kata Bang Ammar, ada tantangan tersendiri yang harus diselesaikan apalagi kalau ada kesalahan atau debug bikin greget aja harus bisa menyelesaikannya."
"Itu pemikiran itu maju, nggak kayak Kamu paling nyusahin Mami."
ledek Ammar.
"Mami hebat Bang, Dia programmer handal lho, hingga bisa meluluhkan hati Papi."
"Mami kamu programmer Meera."
Annisa belum mengetahui, yang ia tahu justru Papanya Aqila karena mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang TI.
"Iya dulu, tapi setelah menikah dengan Papi, Mami memutuskan untuk mengurus keluarganya saja, Suami dan anak - anaknya menjadi prioritas utama bagi Mami."
"Hebat Mami Kamu, memang seorang wanita kodratnya mengurus Suami dan anak-anaknya apapun itu cita-citanya sebisa mungkin dia akan meraihnya sebelum menikah. Karena setelah itu Dia harus berbakti kepada Suaminya."
"Apa kamu nanti mau seperti itu." tanya Meera.
"Iya Meera, tapi jika Suamiku nanti mengijinkan masih untuk berkarir itu bonus."
Ammar sesekali melirik Annisa dari spion, "Gadis yang cukup dewasa dari usianya." batin Ammar.
"Rumah Kamu nomor berapa." tanya Ammar.
"Nomor 7, Bang itu yang pagar hitam."
"Oke."
"Meera, Abang mampir dulu. Ini juga sudah gerimis." Annisa memberikan tawaran untuk mampir ke rumahnya.
"Ooo..." belum selesai Ameera bicara sudah dipotong Ammar.
"Makasih Nisa, mungkin lain kali aja takut ditunggu Mami." ucap Ammar yang memberhentikan mobilnya di depan gerbang rumah Annisa.
"Baiklah Bang, Meera makasih ya sudah mau repot-repot mengantar saya pulang. "
"Sama sekali tidak merepotkan Nisa. Justru aku yang makasih sudah dibantu mengerjakan tugas tadi di rumah."
"Sama - sama Meera. Aku turun ya makasih Bang Ammar maaf merepotkan. Assalamualaikum kalian hati-hati ya." Annisa membuka pintu mobil dan turun.
" Waalaikumsalam."
"Bye.. Nisa maaf ya lain kali aku mampir deh." Ameera melambaikan tangannya.
"Aku tunggu Meera."
Annisa melambaikan tangannya ke arah mobil dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Setelah Annisa masuk ke dalam rumahnya, Ammar melajukan mobilnya kembali menuju ke rumah.
Sepanjang perjalanan gerimis semakin deras apa yang dikawatirkan oleh Mami Syakila benar untung Ameera ditemani oleh Ammar.
🌷🌷🌷🌷🌷
" Assalamualaikum." ucap Annisa masuk ke dalam rumah.
" Waalaikumsalam Sayang, baru pulang." Mama menyambutnya.
"Iya Ma." Annisa meraih tangan Mamanya dan menciumnya.
"Du antar siapa tadi Sayang."
"Sama Meera Ma, yang telepon Mama tadi."
"Terus Dia nggak mampir, hujan - hujan gini langsung pulang."
"Iya Ma, tadi Annisa sudah menawarkan untuk mampir tapi Meera sama Abangnya jadi langsung pulang karena sudah ditunggu sama Maminya."
"Oh.. gitu Sayang, Ya sudah kamu istirahat ya."
"Iya Ma."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sesampainya di rumah Ammar dan Ameera langsung masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam.
Ternyata ada tamu Aunty Rima dan Om Azzam datang bersama Aqila dan Ashraf.
" Assalamualaikum." ucap Ammar dan Ameera.
" Waalaikumsalam."
"Aunty dan Om kapan datang." tanya Ameera sambil menyalami mereka dan mencium tangannya di ikuti oleh Ammar.
"Baru aja, Darimana kalian."
"Nganter Annisa."
jawab Ameera yang langsung duduk disebelah sepupunya setelah bersalaman dengan Mami dan Omanya sedangkan Ammar duduk di sebelah Maminya.
"Annisa kesini tadi." tanya Aqila.
"Iya, tadi aku suruh mampir dia sekalian minta ajarin ngerjain tugas."
"Kamu ngantar Annisa sama Bang Ammar."
"Heem... " Ameera sambil memberikan kode kepada Aqila.
"Ada kemajuan." Mereka berbisik.
"Dikit, Si Abang kaku si cewek terlalu lembut." bisik Ameera.
"Gibah ya Kak." Ashraf yang datang dari belakang dengan membawa camilan langsung duduk diantara kedua kakaknya.
"Eee.. ini malah duduk di sini."
" Mencegah Gibah itu lebih baik daripada membiarkan mereka bergibah." ucap Ashraf membuat Mereka tertawa tentu yang tersinggung Ameera dan Aqila.
"Iye.. Pak ustadz. Kita ke kamar yuk Aqila." ajak Ameera.
"Jangan dilanjutkan gibahnya." ucap Ammar.
"Iyee.. gurunya Pak Ustadz.."
Dua gadis itu berlalu menuju ke kamar Ameera, Mereka berhenti bersalaman dengan Papinya yang baru saja pulang dari kantor.
"Mau kemana kalian, kan lagi kumpul."
"Ke kamar Pi, di situ ada dua Pak ustadz bikin panas." kata Ameera di tertawakan Ibra.
Kemudian Mami Syakila mengambil tas yang dibawa oleh Papi Ibra dan menuju ke kamar untuk menyegarkan badan diri terlebih dahulu. Sedangkan Aunty Rima dan Om Azzam sedang bercanda dengan Oma Septi bersama Ammar.
Di kamar dua gadis itu sudah pasti bercerita tentang cowok.
"Kak, Kakak yakin mau jodohin Annisa sama Bang Ammar."
"Iya, Mereka kelihatannya cocok cuman masih sama-sama jaim saja. Kamu tahu kan gimana tipikal dari Bang Ammar. Lha Annisa itu cocok banget, Kamu tau nggak tadi di mobil Aku sering lihat lho Bang Ammar suka melirik Annisa dari spion, sepertinya Dia ada rasa cuman belum saling kenal aja."
"Kamu tahu kan Kak kalau Riri itu suka sama Bang Ammar."
"Iya, tapi Kamu tahu kan Bang Ammar itu menganggap kita semua itu adiknya termasuk Riri. Lagian Riri kayak gitu pecicilan mana mau Abang."
"Ya Aku takutin, Persahabatan Kita yang akan jadi korbannya."
"Kalau menurut aku sih ya Qila, tergantung orangnya kalau saling memahami semua akan baik - baik saja."
"Iya Sih, tapi Kamu tahu Riri seperti apa kan Dia nekat Kak."
"Biarin dulu ah, Aku mau fokus mendekatkan Bang Ammar ke Annisa."
#######
Akankah berhasil 😁😁😁😁
Selalu bahagia ya biar imunitas naik 😊😊😊😊😊..
Jaga selalu kesehatan dan patuhi protokol kesehatan ya 😊😊😊
Makasih atas dukungannya,
jangan lupa kasih LIKE, KOMEN dan VOTE 😁😁😁😁😁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
smoga berjodoh anida sama ammar
2021-01-30
1
Naila Putri
smg amaar Ama Anissa Rendi Ama riri
2021-01-30
1