"Gas buruan Gas, perpus udah mau tutup nih!" ucapku ke Bagas yang sedang asik menulis.
"Iya sebentar. Satu paragraf lagi kelar kok." ucap Bagas.
Perpustakaan sudah sepi, tinggal aku dan Bagas. Beberapa kali petugas perpustakaan menegur kami.
"Ayo, perpus sudah mau tutup. Bisa di lanjutin besok." ungkap petugas.
"Iya pak, satu paragraf lagi nih. Sebentar ya pak." ucap Bagas.
"Di, daripada bengong nungguin gue. Mending lo balikin buku-buku ini ke rak asalnya," suruh Bagas.
"Oke deh." jawabku. Aku membawa setumpuk buku menuju rak. Satu per satu kuletakkan buku menurut temanya. Sampailah aku di rak terakhir, di ujung perpustakaan.
Ini Si Bagas cari buku sampai ke ujung-ujung gini sih, aku membatin.
Eh siapa itu?
Seperti ada seseorang yang mengintip ku dari balik rak buku di seberang. Kupicingkan mataku.
Set.
Sekelebatan sosok kulihat menjauh dari rak buku di seberang.
"Gas. Lo ngapain Gas?" panggilku.
"Emang ada buku yang lupa gue bawa?" tanyaku.
Set. Set.
Eh, apa-apaan sih Bagas. Ngajak main petak umpet di perpustakaan, nggak ada kerjaan.
"Gas! Lo ngapain sih Gas" panggilku. Kuhampiri rak buku di seberang perlahan.
"Naaahh!" aku sedikit teriak, niat mengagetkan Bagas.
Hah? Tidak ada.
Aku pun kembali ke meja tempat Bagas mencatat materi presentasi.
"Lo ngapain sih tadi Gas?" tanyaku.
Bagas memandangku dengan tatapan heran, tanpa berkata. Lalu melanjutkan tulisannya.
"Udah kelar belum?" tanyaku.
"Aaahh, kelar juga akhirnya." Bagas berkata sembari meregangkan badannya. Aku membereskan buku dan memasukkannya ke dalam tas.
"Tadi lo bilang apaan sih Di?"
"Lo mau isengin gue ya tadi?" tanyaku sembari menunjuk wajah Bagas.
"Iseng apaan?" Bagas balik bertanya.
"Aah jangan bohong lo Gas. Tadi lo mau ngagetin gue kan di rak ujung sana," sergahku.
"Ah enggak kok. Kan lo tahu sendiri, dari tadi gue nulis presentasi di sini." ucap Bagas.
"Beneran?"
"Ngapain gue bohong. Nggak dapet duit Di."
"Lah, terus tadi siapa yang ngintip-ngintip gue di rak ujung?"
"Nah lhooo, siapa tuh?" ledek Bagas.
"Setan penunggu perpus kali Di." sambungnya.
"Ya kali setan udah keluar jam segini" ucapku.
"Hoii kalian! Sudah selesai belum? Perpusnya sudah harus tutup nih." panggil petugas dari mejanya.
"Sudah pak!" teriak Bagas sembari mengacungkan jempolnya.
Kami pun keluar dari perpustakaan, menuju lift. Jam dinding di atas lift menunjukkan pukul 17:05. Ah, gara-gara ke perpus aku harus pulang sore. Harusnya dari siang aku bisa leha-leha di kamar.
"Yaah lift-nya udah di matiin Di. Sial banget deh, emangnya nggak tahu ya kalau masih ada mahasiswa." Bagas bersungut.
"Yaudah, mau nggak mau lewat tangga darurat Gas. Yuk!"
Karena gedung kampus hanya punya dua akses untuk naik ke lantai atas, lift dan tangga darurat. Dengan amat terpaksa kami pun lewat tangga darurat.
"Ini lantai tujuh lho! Kita capek habis menimba ilmu, masa mau pulang harus turun tangga jugaaa!" teriak Bagas.
Pelan kami menuruni tiap anak tangga.
"Santai Gas, pelan-pelan aja. Nanti juga sampai kok." aku menenangkan Bagas.
"Ini kampus apa siiihh? Tangga darurat aja gelap begini. Emang yang design gedung nggak mikir ya! Di kasih kaca atau lampu kek, biar nggak gelap gini." lanjut Bagas.
Tap tap tap..
Aku mendengar langkah kaki menuruni tangga.
"Gas, ada dosen ikut turun tuh Gas di atas. Hayoo lho, tadi lo teriak-teriak dia pasti denger tuh!" aku menakuti.
"Ah bodo amat. Biar dia denger sekalian." Bagas masih dongkol.
Tap tap tap tap tap
Suara langkah kakinya makin mendekat. Terdengar seperti suara berlari menuruni anak tangga. Makin cepat dan makin cepat. Aku dan Bagas menghentikan langkah.
Suara langkahnya makin mendekat, persis di atas kami.
"Pak, pak!" panggil Bagas. Kemudian suara langkah itu berhenti.
Tak ada jawaban. Bagas menaikkan pundaknya, lalu kami lanjut turun. Baru sekitar empat atau lima anak tangga kami lalui, suara langkah kaki di atas kami kembali terdengar.
Dug dug dug
Namun kali ini suaranya lebih keras dan menggema. Seperti suara dentuman lebih tepatnya.
"Ah, itu apaan sih!" sungut Bagas.
"Pak! Woii pak!" panggil Bagas. Dan suara langkah itu pun kembali hilang.
"Woii, siapa sih? Becanda aja, lagi capek nih!" teriak Bagas. Kami masih berada di tangga darurat lantai lima.
"Udah Gas, yuk turun yuk!" ajakku.
"Bentar Di. Ini orang cari masalah nih sama gue! Biar, gue samperin!" Bagas makin menjadi.
"Gas Gas, udah Gas. Nggak usah di ladenin." aku menahan Bagas.
"Woii, sini lo!" teriak Bagas keras.
*Ggrrrrhhh..
Ggrrrrhhh*..
Suara apa itu? Kami saling menatap. Seketika bulu kudukku merinding.
"Gas cabut Gas! Buruan Gas!" aku mendorong tubuh Bagas.
"Apaan itu Di?" tanya Bagas, kini wajahnya berubah pucat.
Kami turun dengan berlari, lantai demi lantai kami lewati. Suara dentuman itu terus mengikuti kami. Tepat di atas kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
IG: _anipri
sabar aja Gas
2023-01-30
0
Berdo'a saja
gendruwo yang ngintipin Adi tadi tuh, Adi punya Indra ke 6 rupanya Tapi tidak sadar
2022-11-03
0
사랑의 여신 ^^
Gw malah kesel sm si bagasnya.. kebanyakan gaya sih lo ah.. 🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤣🤣
2022-10-22
1