Pukul 15:00 perkuliahan hari ini selesai. Badanku terasa amat lelah, jelas karena efek kurang tidur tadi malam. Ah, ingin rasanya pulang ke kost dan merebahkan badan di ruang depan. Namun tak bisa, Yuda dan Bagas mengajakku membuat makalah untuk presentasi kelompok kami esok hari.
"Gas, Di, bikinnya di perpus aja sih. Kan enak ada AC, dingin cuy!" ajak Yuda.
"Nggak! Sekali gue bilang enggak ya enggak." tukas Bagas.
Aku hanya diam lesu tak menanggapi Yuda.
"Emang kenapa sih Gas?" Bagas tak menjawab.
"Di, emang kenapa sih Di?" tanya Yuda.
"Petugasnya jutek Da, kemaren gue sama Bagas di usir. Males gue ke perpus." jawabku sekenanya.
"Hah, di usir? Beneran lo? Siapa nama petugasnya? Biar gue laporin ke bokap gue." sergah Yuda.
Astaga, aku salah memberi alasan. Aku lupa, Yuda adalah anak dari Pembantu Rektor di kampus ini. Jabatan ayahnya sangat berpengaruh.
"Bukan di usir sih, lebih tepatnya di tegur." jawabku lagi.
"Siapa nama petugasnya Di? Udah bosen kerja tuh orang!" Yuda sungut-sungut.
"Udah udah, nggak usah di permasalahin. Gas, enaknya bikin makalah di mana nih?" aku buka suara.
Bagas diam sembari berpikir.
"Di rumah lo aja sih Da!" ucap Bagas.
"Ah nggak bebas kalo di rumah gue Gas." jawab Yuda.
"Mau di kost gue aja?" aku menawarkan.
"Naaahhhh!" Bagas teriak, sontak aku dan Yuda terkaget.
"Apaan sih lo? Bikin kaget aja." Yuda menonjok lengan Bagas.
"Itu. Itu ide brilian. Yuk, bikin makalahnya di kost Adi aja. Setuju gue!" suara Bagas menggema di lorong lantai lima.
"Yaudah kalo kalian mau di kost gue, ayo aja." ucapku.
Kami bertiga pun memutuskan untuk membuat makalah di kost-ku. Bagas menumpang tidur lagi malam ini di kost-ku, tapi sore ini ia pulang dulu ke rumah untuk mengambil baju kemudian setelah magrib ia berjanji sudah sampai di kost-ku.
Aku menumpang di mobil Yuda. Jelas kalau kemana-mana ia mengendarai mobil, anak pembantu rektor atau lebih akrab di sapa PUREK. Mobil Yuda parkir di samping rumah mungil si mbak. Ya, rumah si mbak yang tadi malam hadir di mimpi Bagas.
"Yuk masuk Da." ajakku ke Yuda setelah membuka gerbang.
"Busyet Di, kost lo enak banget suasananya."
Yuda berjalan sembari melihat sekeliling halaman rumah Nek Iyah yang penuh dengan tanaman hias dan pohon.
"Gue baru tahu nih ada kost-an enak begini suasananya." sambung Yuda.
"Asik ya?" aku bertanya.
"Sa'ik coy! Eh, lo mau kemana Di?"
"Bentar, gue minta izin dulu ke ibu kost, sekalian ambil kunci." jawabku. Yuda hanya mengangguk sembari terus melihat sekeliling dengan takjub.
Nek Iyah mengizinkan dengan syarat, tidak bolah berisik dan tidak boleh pulang lewat jam 12 malam. Aku mengiyakan.
Aku pun mengajak Yuda menuju kamar, kami berjalan melewati garasi.
"Eh Di, sebentar sebentar!" ucap Yuda begitu melihat sedan tua terparkir di garasi.
"Kenapa Da?" tanyaku.
"Gilaaa, ini mercy lama nih. Keren nih." ujar Yuda sembari mengintip ke dalam mobil melalui kaca yang penuh debu.
"Lo tahu mobil ini Da?" tanyaku.
"Waaah, ini sih kalau di beresin terus di jual, harganya bisa selangit nih Di. Mobil antik nih!" Yuda makin antusias.
"Di jual nggak ya?" tanya Yuda.
"Nggak tau sih." jawabku singkat.
"Coba tanyain ke ibu kost lo Di. Kalau di jual, gue bayarin deh." sergah Yuda.
"Iya nanti gue tanyain. Yuk ah, capek gue pengen rebahan." ajakku.
Yuda pun berlalu, tapi pandangannya tak bisa lepas dari sedan berdebu di garasi.
Aku membuka pintu kamar, dan masuk. Yuda pun masuk.
Eh, apa ini?
Ada jejak kaki di ruang tengah. Jejaknya berwarna hitam seperti lumpur. Ku ikuti jejak kaki itu berasal. Dari pintu belakang. Pintu yang berada tepat dekat pintu kamar mandi, dari awal aku pindah ke kost ini, belum pernah ku coba buka pintu ini.
Kutarik pintu ini. Ah sial, keras. Kuperhatikan pintu ini. Sial, pantas saja keras dan tak terbuka, pintu ini di paku.
Lalu, ini jejak kaki siapa? Kulihat dengan seksama, jejak kakinya hanya sampai ruang tengah. Ya tepat di tengah-tengah. Tepat di atas lantai agak landai ini.
Aku bergegas memeriksa barang-barangku. Celengan ayam jago, adalah barang paling berharga. Alhamdulillah, ia masih duduk manis di dalam lemari.
"Di, lo ngapain Di?" teriak Yuda dari ruang depan.
"Bentar Da, gue mau pel lantai. Kotor nih,"
Ah, jangan-jangan ini ulah Ujang. Pekerja yang di bilang Nek Iyah tadi pagi. Lihat saja nanti, bakal kulaporkan ke Nek Iyah.
Kubersihkan lantai dengan lap pel. Yuda duduk di teras depan kost, tak hentinya menatap mobil sedan di garasi sambil sesekali menghisap rokoknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
IG: _anipri
si paling sultan ternyata ngrokok yak
2023-01-30
0
IG: _anipri
gas lah kalau mahal, kita jual bareng Da. wkwkwk
2023-01-30
0
IG: _anipri
si paling sultan Yuda. enak nih kayaknya punya teman sultan. wkwkwk
2023-01-30
0