"Aneh Di, ini aneh. Mata kita nggak salah lihat kan?" Yuda masih tak percaya apa yang baru saja di lihatnya.
"Mata gue juga masih sehat Da." sahutku.
Jika puluhan ekor kucing itu di ajak masuk oleh tuannya, bagaimana mungkin dalam sekejap menghilang begitu saja. Tanda tanya besar menggantung di otakku.
"Udahlah, yuk kita ke rumah ibu kost gue aja. Jangan di pikirin lagi Da." ajakku.
Kami pun beranjak menuju rumah Nek Iyah, tak kupikirkan lagi soal puluhan ekor kucing yang menghilang dalam sekejap. Ah sial, kenapa banyak sekali hal-hal aneh akhir ini. Mulai dari papasan dengan kakek aneh yang tiba-tiba menghilang, suara tangis bayi tiap jam tiga malam, Bagas yang pergi entah kemana, dan kali ini kucing. Apa ini?
"Assalamualaikum Nek Iyah," aku mengetuk pintu rumah Nek Iyah.
Seperti biasa, tak ada jawaban.
"Assalamualaikuuumm." kali ini suaraku lebih keras.
Lagi, tak ada jawaban.
"Buka aja pintunya Di! Kali aja ibu kost lo lagi di belakang." suruh Yuda.
"Ah nggak sopan ah."
"Assalamualaikuuumm. Nek, Nek Iyaaahh." panggilku.
Dan masih tak ada jawaban.
Aku melihat-lihat sekitar teras, ada jendela kaca tertutup tirai berwarna coklat tua. Aku mendekat ke jendela, ada celah dari tirai yang tak tertutup rapat. Aku mengintip.
Astaga, aku terperanjat bukan main. Begitu kuintip dari celah tirai, wajah seorang wanita dengan wajah tirus dengan kulit pucat dan rambut terurai panjang terlihat. Aku sampai jatuh terduduk. Yuda pun terkaget melihatku jatuh.
"Di, lo kenapa Di?" Yuda membantuku bangun.
"Nggak apa-apa Da."
"Lo lihat apa Di?" tanya Yuda.
"Ada cewek di dalam. Mukanya serem Da." ucapku berbisik ke Yuda.
"Hah, yang bener Di? Lo lihat setan?" tanya Yuda.
"Kayaknya bukan deh. Bentar, gue lihat lagi." aku pun kembali mendekati jendela, ingin kulihat lagi sosok wanita berambut panjang dari celah tirai.
"Heii, ngapain kalian?" teriak seseorang.
Seorang lelaki pendek, mengenakan kaus bergambar logo partai dan celana jeans lusuh berdiri di depan teras rumah Nek Iyah. Dari mana datangnya lelaki ini?
"Eh, eng, enggak ngapa-ngapain kok mas." jawabku gagap.
"Iya mas, kita mau ketemu ibu kost aja kok." tambah Yuda.
"Mau ketemu ibu kost, tapi kok ngintip-ngintip?" tanya si lelaki.
"Saya dari tadi salam, cuma nggak ada yang jawab mas." jawabku seraya menjauh dari jendela.
"Kalau nggak di jawab, jangan ngintip-ngintip!" ucap si lelaki dengan ketus.
"Ada perlu apa?" tanyanya kembali.
"Gini mas, saya mau ketemu Nek Iyah. Saya yang kost di kamar 11b." ucapku.
"Ooh kamu Adi ya?" tanya si lelaki.
"Iya betul mas."
"Kamu yang kemarin bilang ke Nek Iyah saya bikin kotor kamar kamu kan?" tanyanya kembali.
"Eh, em, iya mas." jawabku tak enak.
Oh ternyata lelaki ini yang bernama Ujang. Tukang bantu-bantu yang bekerja di rumah Nek Iyah.
"Tunggu sebentar saya panggilkan Nek Iyah. Duduk saja dulu." suruh Ujang.
Aku pun duduk bersama Yuda menunggu Nek Iyah datang. Tak berapa lama, Nek Iyah keluar di ikuti Ujang di belakangnya.
"Mau ambil kunci ya dek?" tanya Nek Iyah.
"Iya nek, sekalian ada yang mau saya tanyain ke Nek Iyah." jawabku.
"Oh iya sebentar saya ambil kunci dulu." Nek Iyah pun kembali masuk ke dalam.
Ujang duduk di depan kami. Kulitnya sawo matang, kumis tipis menghias di atas bibirnya. Rambutnya ikal berombak, nampak sedikit berantakan. Umurnya sekitar tiga puluhan tahun.
"Mas, maaf mas. Kemarin saya lapor ke Nek Iyah soal kamar saya yang kotor karena jejak kaki." aku meminta maaf ke Ujang.
"Nggak apa-apa, awalnya saya kesel di tuduh bikin kotor kamar penghuni kost. Tapi, Nek Iyah sudah tahu kerja saya dari dulu kok. Nggak bakal mungkin saya berbuat seperti itu." jawabnya.
"Tapi bukan Mas Ujang yang bikin kotor kamar saya?" tanyaku kembali. Yuda hanya diam memperhatikan.
"Ya bukan atuh dek. Selesai saya betulin kran air, lantai kamar adek saya lap lagi. Karena saya udah mondar-mandir, takutnya kotor."
"Apalagi sampai ninggalin jejak kaki penuh lumpur, seperti yang adek bilang." sambungnya.
"Lah, terus itu jejak kaki siapa ya?" aku terheran.
"Memang jejak kakinya gede?" tanya Ujang.
Aku berpikir sejenak.
"Nggak terlalu gede sih." jawabku.
Ujang bangun dari duduknya, membuka kran air di depan rumah Nek Iyah, kemudian membasahi kakinya. Lalu membuat jejak tapak kaki di depan teras rumah Nek Iyah.
"Sebesar ini bukan?" tunjuknya ke bekas tapak kaki.
"Eh, bukan segitu sih mas. Lebih kecil, lebih mirip tapak kaki cewek menurut saya. Karena ukurannya kecil." jelasku.
"Berarti bukan saya dek."
Otakku makin berjejal tanda tanya. Di tambah lagi, jejak kaki berlumpur di kamarku tempo hari. Ada apa ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
IG: _anipri
oalaah, Ujang toh
2023-02-01
0
IG: _anipri
udahlah. semuanya itu hantu mnkin
2023-02-01
0
Berdo'a saja
misteri lagi nih
2022-11-04
0