Lamunanku terpecah oleh suara motor yang datang dari arah garasi. Lelaki yang tinggal di kamar 11e. Ia membunyikan klakson motornya, seolah menyapaku, aku hanya menganggukkan kepala.
Motornya di parkir tepat di depan kamar 11e. Ia membuka helm, lalu menggantungkannya di spion motor.
"Sendirian bang?" teriaknya kepadaku.
"Iya nih. Baru pulang bang?" aku membalas.
Si lelaki hanya senyum. Ia berjalan menuju ke arahku.
"Tumben sendirian bang? Biasanya ada temen." tanya lelaki 11e, lalu duduk tak jauh dariku.
"Iya bang, kemaren abis ngerjain tugas. Jadi pada nginep di sini." jawabku.
"Oh anak kampus. Fakultas apa?" tanyanya kembali.
"Ekonomi bang, jurusan Ekonomi Syariah."
"Pulang gawe bang?" tanyaku.
"Iya bang, gawe-gawean. Hahahaha" ia tertawa.
"Gawe-gawean? Emang ada? Hahahaha." tanggapku.
"Hahahaha. Ada aja bang. Ngomong-ngomong lo ngopi nggak?" tanyanya.
"Ngopi bang. Anak muda harus ngopi-lah. Hehehehe." jawabku.
"Cakep. Bentar ya, gue bikin kopi dulu." belum sempat kujawab, ia pun melesat menuju kamarnya, 11e.
Tak berapa lama, lelaki 11e datang membawa dua cangkir kopi hitam. Aroma kopinya kuat dan harum. Aah, wangi kopi memang bisa membuatku tenang.
"Nih kopinya bang." ia menyodorkan cangkir kecil bening. Lalu duduk di seberangku.
"Makasih bang." tuturku.
"Santai bang. Minum bang kopinya. Seneng nih gue, akhirnya di sini ada temen ngobrol. Hahahaha." ujar lelaki 11e.
Lelaki ini ramah dan cepat akrab, perawakannya agak kurus. Rambutnya lurus. Hidungnya mancung. Alis mata lebat.
"Emang selama ini nggak ada temen ngobrol bang?" tanyaku.
"Disini dulu kost khusus cewek bang. Belum lama akhirnya terima cowok cewek." jelasnya.
"Dulu? Emang lo udah berapa lama kost di sini?" tanyaku.
"Hahahahaha, ketauan deh umur gue tua. Intinya udah lama deh bang." jawabnya.
"Jangan panggil gue abang-lah, lo kan lebih tua. Gue Adi bang." ujarku.
"Gue Oji. Emang lo lahir tahun berapa Di?" tanya Bang Oji.
"93 bang." jawabku.
"Anjrit! Jauh ya." ucapnya.
"Lo emang tahun berapa?" tanyaku.
"Nggak ah. Hahahahaha. Ya pokoknya tua deh. Lo harus panggil gue Bang Oji berarti."
Malam ini aku mengobrol dengan Bang Oji sampai larut. Ia cerita banyak soal Kost Pak Thamrin. Bang Oji sudah kost sudah sepuluh tahun di sini. Karena masih ada hubungan saudara dengan almarhum Pak Thamrin, jadi Bang Oji di izinkan kost di sini.
Pak Thamrin meninggal sepuluh tahun lalu, tepat hari pertama Bang Oji menginjakkan kaki di kost ini. Menurut cerita Bang Oji, almarhum meninggal akibat penyakit yang tak kunjung sembuh. Bahkan ada yang bilang, almarhum kena guna-guna.
"Mau nambah nggak kopinya?" Bang Oji menawarkan.
"Aduh nggak usah bang. Nggak deh. Cukup. Nanti gue begadang, bisa repot." aku menolak.
"Oke deh. Udah jam sebelas nih, besok kita lanjut lagi ya ngobrolnya." ucap Bang Oji.
"Siap bang. Kopi lo enak banget bang. Makasih ya." tanggapku.
"Sama-sama. Gue cabut ya." Bang Oji kembali ke kamarnya. Aku pun masuk ke kamar.
Kukunci pintu kamar. Kurebahkan badanku di atas kasur. Kuhela napas panjang. Syukurlah, sejenak bisa kulupakan masalah Bagas dan tapak kaki.
Tring!
Pesan dari Mas Gun? Tumben sekali malam-malam dia chat.
-*Sehat lo?-
-Sehat mas. Sampeyan piye? Sehat*?- kubalas.
-*Sehat tenan. Kapan gue bisa nginep? Wkwk-
-Monggo mas. Bebas*-
-......-
Mas Gun tak membalas lagi.
Mataku berat. Badanku letih. Dan, aku pun tertidur.
Eh, apa ini? Tiba-tiba semua jadi gelap. Aku tak bisa melihat. Aku teriak kencang. Astaga, aku tak bisa mendengar suaraku. Kucoba teriak, tetap tak terdengar apa pun. Aku bangun, tanganku meraba-raba, berharap menemukan sesuatu. Kosong. Tak ada apa pun.
Aku berjalan pelan, sambil tetap meraba-raba sekitar. Aku terus teriak, tapi tetap tak terdengar apa-apa. Tiba-tiba aku mendengar suara kucing mengeong. Samar namun jelas. Dari mana asal suara kucing itu? Aku berjalan mengikuti asal suara. Makin lama makin terdengar bising. Terdengar seperti puluhan ekor kucing mengeong saling bersahutan.
Aku menutup telinga rapat, namun suara puluhan ekor kucing tetap terdengar. Makin banyak dan makin bising. Semuanya masih terlihat gelap. Aku sudah tak tahan lagi. Gendang telingaku serasa mau pecah. Aku teriak amat kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Aeyma Rahma
Adi lahir '93🤔, ini novel lama atau cerita novelnya yg mengambil waktu puluhan tahun yg lalu? Kan masih mahasiswa ceritanya
2023-05-31
0
IG: _anipri
kucingnya Mbak Kunti itu Di
2023-02-02
0
IG: _anipri
93 lebih muda satu tahun dari kakakku nih.
2023-02-02
0