Masih dongkol rasanya hati ini, geram di buatnya. Bisa-bisanya Ujang masuk kamarku dengan kaki kotor penuh lumpur hitam dan meninggalkan jejak kaki hingga ruang tengah. Sudah aku kurang tidur, badanku capek kuliah sampai sore, sampai kamar harus bersih-bersih pula. Tak kumaafkan perbuatan Ujang.
"Lo kenapa sih Di? Dari tadi gue liat cemberuuutt aja." tanya Yuda.
"Kesel gue sama tukang yang kerja di sini. Dia betulin kran air di kamar mandi, tapi masuk ke dalam kamar kakinya kotor. Udah gitu, nggak di bersihin lagi." sungutku.
"Yaaahh namanya juga tukang Di, mungkin lagi banyak kerjaan terus dia buru-buru." Yuda menenangkan.
"Eh Di, beneran deh, gue jatuh cinta sama mobil itu tuh. Lo mau bantuin gue nggak?" Yuda masih saja membahas soal mobil tua itu.
"Bantuin gimana Da?"
"Coba lo rayu ibu kost biar mau jual mobilnya ke gue. Nanti ada deh bagian buat lo. Yaa cukup buat bayar kost dua bulan lah." Yuda memberi angin surga.
Bayar kost dua bulan aman? Wah, tak terpikirkan sih kalau sampai benar kejadian. Sangat menarik tawaran dari Yuda.
"Beneran nih?" aku memastikan.
"Yaelah Di, bayarin sewa kost dua bulan mah nggak ada apa-apanya buat gue. Yang penting itu mobil bisa jadi milik gue. Deal nggak nih?" Yuda menjulurkan tangannya.
Aku berpikir sejenak.
"Deal!!" suaraku lantang, lalu kami bersalaman.
Brrrmmm brrrmmm
Suara motor terdengar masuk ke halaman kost, lalu parkir di depan kamar paling ujung, kamar 11e. Lelaki dengan jaket hitam dan celana jeans, wajahnya tertutup helm rapat. Ia sempat menengok begitu melewati depan kamarku.
"Siapa Di?" tanya Yuda.
"Nggak tau deh. Dua hari tinggal di sini, gue baru liat orang itu." jawabku.
Lelaki itu membuka pintu kamar 11e, kemudian masuk tanpa melepas helm-nya.
Langit mulai gelap, jemari Yuda masih asik menari di atas keyboard laptop. Batang demi batang rokok tak putus ia hisap. Sudah jadi kesepakatan kami, Yuda bertugas mengetik makalah, sedangkan aku dan Bagas bertugas membuat isi makalah.
"Da, magriban dulu. Nanti lanjutin lagi. Yuk!" ajakku.
"Iya, lo duluan aja. Eh Di, di sini nggak ada dispenser air ya?" tanya Yuda.
"Nggak ada. Emang mau apa lo?"
"Pengen ngopi gue. Beli dispenser yuk!" ajak Yuda.
"Yaelah Da, kalau pengen ngopi ya beli kopi lah. Masa beli dispenser." sergahku.
"Yeee, ini contoh anak muda yang nggak berpikiran jauh ke depan nih. Kalau kita beli dispenser, lo bisa ngopi berpuluh-puluh gelas Di. Paham?" jelas Yuda.
"Oh iya ya. Bulan depan deh gue beli dispenser." jawabku.
"Bulan depan? Terus gue harus nunggu ngopi bulan depan gitu?" tanya Yuda.
"Ya kalau sekarang gue belum ada uang Da. Ada sih, cuma di dalam celengan ayam noh!" tunjukku ke celengan ayam di dalam lemari.
"Haduh, repot deh. Udah ayo beli, pakai uang gue dulu. Bulan depan lo ganti. Yuk!" ajak Yuda.
"Sabar Da, gue shalat dulu. Lo pengen ngopi kayak pengen boker sih. Tunggu bentar."
Setelah melaksanakan shalat, aku dan Yuda pergi ke toko elektronik membeli dispenser air. Sempat berhenti di sebuah toko kelontong membeli gelas, piring, sendok, dan beberapa peralatan. Tak lupa Yuda membeli serenceng kopi sachet kesukaannya. Dan semua, Yuda yang bayar. Aku hanya di suruh diam dan tenang.
"Da, lo belanja banyak banget. Nanti gue bingung ganti uang lo." ucapku.
"Nggak usah di ganti, lo ganti pakai mobil antik punya ibu kost aja. Ah, akhirnya sampai juga. Ngopi kita." ucap Yuda setelah memarkir mobilnya di samping rumah mungil si mbak.
Aku membuka gerbang, kulihat Yuda mengamati rumah mungil di depan gerbang.
"Di, itu yang punya rumah liat kesini terus. Lo kenal Di?" tanya Yuda.
"Siapa Da? Mana sih?"
"Itu tuh di rumah situ, di lantai atas tuh!" tunjuk Yuda.
"Mana? Gue nggak liat." jawabku.
"Yeee ni anak harus pakai kaca mata kayaknya. Itu cewek di lantai atas, di balkonnya lagi duduk. Masa lo nggak liat?" Yuda bersikeras.
"Nggak ada apa-apa Da. Gue nggak liat cewek." aku meyakinkan.
Yuda kemudian senyum ke arah rumah di depan gerbang.
"Ngapain lo senyum-senyum? Yuk masuk!"
"Parah lo Di, tadi dia senyum ramah ke kita. Lo cuek aja, akhirnya gue bales senyum ke cewek itu." ucap Yuda.
"Apaan sih? Udah yuk, katanya mau ngopi." ajakku.
Terlebih dulu aku ingin bertemu Nek Iyah, akan kulaporkan kelakuan Si Ujang di kamarku tadi sore. Dalam hati masih mangkel rasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
IG: _anipri
haduh, Yuda bakal jadi korban ke tiga nih dari Mbak Kunti
2023-01-31
0
IG: _anipri
ya kalau sultan sih bebas. tapi Adi kan beda Da
2023-01-31
0
IG: _anipri
rezeki di depan mata Di, gaskeun
2023-01-31
0