"Emang ada apa sebenernya Di?" Yuda terus menanyaiku.
"Nanti deh, kita tunggu Bagas datang. Biar lebih enak ceritanya. Oke." sahutku.
"Yaa elaah, tinggal cerita aja pake tunggu Bagas segala sih Di. Udah buruan cerita!" Yuda memaksa.
"Oke oke. Sambil ngetik aja Da!" suruhku.
"Nggak ah, nanti gue nggak fokus dengar cerita lo. Buruan cerita, gue udah pasang posisi fokus nih." Yuda membetulkan posisi duduknya, ia sedikit mendekat ke arahku.
Aku pun bercerita dari awal, dari aku dan Bagas membuat makalah, aku menaruh buku-buku di rak ujung, hingga kejadian paling menakutkan di tangga darurat.
Yuda hanya diam menyimak, tak berkata sedikit pun.
"Begitu ceritanya Da, itu yang bikin Bagas kapok balik kesorean di gedung fakultas." jelasku.
"Menurut lo itu suara apa?" tanyaku ke Yuda.
"Emm, begini Di. Banyak yang bilang juga sih kalau gedung di fakultas kita itu rada angker. Menurut cerita bokap gue, pas pembangunan gedung itu ada tiga orang pekerja yang mati misterius gitu." Yuda membuka cerita.
"Mati misterius? Emang matinya gimana Da?"
"Ada yang bilang, satu orang pekerja mati masuk ke dalam adonan semen di mobil molen. Dan nggak ada yang tahu. Yang lain baru tahu, pas semen di tuang ke wadahnya dan ditemuin mayatnya." cerita Yuda.
Aku menyimak cerita Yuda.
"Terus, seminggu kemudian satu pekerja lagi mati dengan luka bakar ekstrim. Sampai gosong kulitnya."
"Dan seminggu kemudian ada lagi pekerja yang mati. Matinya ya di tangga darurat lantai tujuh. Lo mau tahu itu pekerja matinya gimana?" Yuda bertanya.
Aku hanya mengangguk.
"Pekerja itu mati sambil duduk di tangga darurat. Badannya kaku, matanya melotot, mulutnya mangap. Dokter yang periksa mayatnya sampai bingung sebab kematian si pekerja yang terakhir."
"Akhirnya di adain tahlilan di depan gedung, sekaligus minta izin lah sama penghuni situ. Sampai-sampai kontraktornya kasih sajen, biar nggak ada korban lagi. Nah, sejak ada sajen itu udah nggak ada lagi yang mati." jelas Yuda.
"Kata bokap gue, cuma gedung fakultas kita yang bermasalah selama pembangunan."
"Serem juga ya. Jadi menurut lo, kejadian yang gue alamin sama Bagas kemarin itu, ada hubungannya sama pekerja yang mati di tangga darurat. Gitu Da?" tanyaku.
"Wah, gue sih nggak tahu pastinya. Gue kan anak Purek Di, bukan anak dukun. Hahahahaha" jawab Yuda.
"Hahahahaha, iya juga sih."
Tiba-tiba, Bagas datang dengan wajah sumringah.
"Wooiii, ngobrolin apa kalian?" teriak Bagas.
"Apaan sih lo, dateng-dateng teriak." sahut Yuda.
"Lagi seneng gue Da. Eh, ini nih gue beliin martabak manis. Lumayan buat ganjel perut." Bagas memberikan kresek bening berisi sekotak martabak.
"Eh, kok ada dispenser? Punya siapa Di?" tanya Bagas.
"Si Yuda beli, cuma di titip di sini." jawabku.
Bagas melepas sepatu, kemudian masuk dan bergabung bersama kami di ruang depan.
"Muka lo cerah banget Gas. Kenapa? Dikasih duit lebih ya sama ortu?" tanya Yuda.
"Bukan bukan. Duit sih emang lebih terus. Hahahaha. Lagi seneng aja gue Da."
"Seneng kenapa Gas?" tanyaku.
"Tadi gue ketemu si mbak di rumah depan Di. Hehehehe." ucap Bagas.
"Wuuuiihh, cewek mana nih? Ada temennya nggak Gas?" Yuda bertanya.
"Lo ketemu lagi? Kok bisa? Gue aja belum pernah lihat orangnya Gas." aku berujar.
"Bagas Adi Winata gitu lhooo." imbuh Bagas sembari menepuk-nepuk dadanya yang membusung.
"Tadi pas gue lewat, tiba-tiba ada yang panggil nama gue. Eh ternyata si mbak di rumah itu. Cuma dia duduk di balkon lantai atas sambil uncang-uncang kaki kayak kemaren Di." jelasnya.
"Mbak mana sih?" tanya Yuda.
"Itu lho, mbak-mbak di rumah depan Da. Yang tadi lo lihat." jelasku ke Yuda.
"Ooh mbak di rumah depan itu. Kok bisa kenal sama lo Gas?" tanya Yuda.
"Eh, eh iya ya. Kok dia bisa tahu nama gue? Tahu dari mana ya?" Bagas terheran sendiri.
"Lo yang kasih tahu ya Di?"
"Hah, gue? Gue ketemu aja belum pernah, gimana mau kasih tahu." ucapku.
"Bingung gue, dia tahu nama gue dari mana ya?" Bagas masih terheran.
"Aaahh daripada bingung mending makan martabak deh." Yuda berkoar sembari mengeluarkan sekotak martabak dari dalam kresek.
"Iya deh, ada yang lagi bingung soalnya Da. Mending kita makan martabak aja." aku menimpali Yuda, kemudian mencomot sepotong martabak manis.
Nikmat. Ada martabak dan kopi panas malam ini. Serta dua kawanku. Bagas dan Yuda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Tri Handayani
serem
2023-02-27
0
IG: _anipri
Purek apaan?
2023-01-31
0
IG: _anipri
ngerii
2023-01-31
0