Setelah beberapa obrolan singkat, kami pun tertidur. Aku tidur di kasur, sementara Bagas tidur di lantai beralaskan selimut. Lampu ruang tengah kumatikan, tak bisa tidur jika lampu menyala.
Pukul 03:00
Aku terbangun, kembali kudengar suara tangis bayi malam ini. Sangat menggangguku seperti kemarin malam. Ah sial, gangguan apa lagi ini. Aku terduduk di kasur, kulihat Bagas tidur dengan pulasnya.
Aku beranjak dari kasur, menuju ruang depan kamarku. Kusingkap gordyn dan mengintip sekitar. Sepi, gelap, tak ada makhluk hidup. Jika di amati, seram juga sepertinya suasana kost-ku.
Suara tangis bayi masih terdengar jelas dan keras. Kubuka pintu kamar, kulihat ke kamar sebelah. Heran, apa mereka tak mendengar tangisan bayi? Nyenyak sekali mereka tidur. Kututup kembali pintu kamarku.
Baru saja hendak kulanjutkan tidur, Bagas mengagetkanku. Ia berdiri mematung dengan mata terpejam. Hampir saja jantungku lompat keluar dari tubuh.
"Gas, Bagas. Woi!" aku mencolek pipinya. Ia tak bergeming. Matanya pun masih terpejam.
"Woii, Bagas! Bangun Gas!" kali ini kutepuk pipinya. Dan Bagas masih tak bergerak.
Kusambar tangannya, kutarik-tarik dengan lebih kuat.
"Bagas! Sial bikin gue takut aja lo. Bagas!"
Matanya perlahan terbuka. Kemudian ia menguap, membuka lebar mulutnya.
"Apaan sih Di? Ganggu orang tidur aja lo." ucapnya.
"Heh, lo nyadar nggak?" tanyaku yang masih menggoyang tubuhnya.
"Nyadar apa Di? Iya iya gue bangun. Kenapa si?" tanya Bagas yang kini sudah sepenuhnya bangun dari tidur.
"Eh, lo tidur sambil berdiri Gas. Lo nyadar nggak?" tanyaku.
"Eh, eh kok gue berdiri sih?" Bagas terheran.
"Dih, aneh lo. Ini kebiasaan lo ya?" tanyaku.
"Ah nggak pernah gue tidur berdiri. Kok gue bisa berdiri ya Di?"
"Yee ni anak, lo tanya gue terus gue tanya siapa? Lo mimpi apa Gas, sampe tidur berdiri gini?"
Bagas lalu merebahkan badannya di atas selimut. Aku pun kembali ke kasurku.
"Mimpi gue aneh banget Di. Aneh banget."
"Mimpi apaan lo?" tanyaku.
"Gue liat kakek-kakek di kelilingin sama cewek-cewek. Terus gue liat bayi baru lahir, masih merah, masih berlumuran darah di angkat sama cewek. Aneh kan?" cerita Bagas.
"Mimpi apaan tuh? Nggak jelas." ungkapku.
"Makanya gue bilang aneh. Nah, lo kenapa bangun Di? Jam berapa nih?" tanya Bagas.
"Gue kebangun gara-gara dengar bayi nangis." jawabku.
"Hah, bayi nangis. Dimana? Mana? Gue nggak denger tuh." ujar Bagas. Dan memang, tangis bayi sudah tak terdengar lagi.
"Nggak tahu Gas. Udah dua malam nih gue denger bayi nangis tiap jam tiga." lanjutku.
"Tetangga sekitar kali yang baru lahiran, bayi kan biasa kebangun malam Di." sahut Bagas.
"Eh tapi kok bayi ya? Gue mimpi bayi, lo denger bayi nangis. Aneh nggak sih Di?" lanjutnya.
"Yang aneh itu lo Gas!" sahutku.
"Gue? Gue aneh kenapa?"
"Tidur sambil berdiri. Hahahahaha." ledekku.
"Sial lo. Udah ah, gue mau tidur lagi. Masih ngantuk nih." Bagas melanjutkan tidurnya.
Aku masih tak bisa melanjutkan tidurku. Mataku hanya menerawang langit-langit kamar. Sarang laba-laba, atap yang retak, cat yang sudah pudar, hingga lampu kamar berbentuk spiral, semua kuperhatikan.
Bagas sudah larut dalam tidurnya. Mulutnya sedikit menganga. Nyaman sekali dia, bisa tidur secepat itu. Macam-macam posisi tidur silih berganti, namun mataku tak dapat terpejam.
Kulihat jam di ponselku, 03:35. Setengah jam lagi masuk waktu subuh, dan aku masih tak bisa tidur. Sial.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
IG: _anipri
tidur berjalan?
2023-01-30
0
Berdo'a saja
harusnya sholat Di
2022-11-03
0
Noer Farida
makin tegang nih
2022-04-18
0