Panik Livia lari. Nafasnya berdegup kencang.
BRRRMMM! Mobil itu melaju ke arah Livia.
Cepat Livia berlari ke arah pinggir jalan. Mobil pun dengan cepat melaju makin dekat ke arahnya. Bunyi derum dan raung mesin mobil membuat jantung Livia berdetak sangat kencang. Dalam hitungan detik mobil itu akan menghantam tubuhnya. Bisa membuatnya luka parah atau kehilangan nyawa.
Livia kebingungan. Di depannya ada parit yang cukup dalam dan lebar. Airnya hitam dan bau. Tak tahan livia melihat dekilnya air got itu dan baunya yang menyengat. Tapi tak ada pilihan lain. Agar selamat Livia hanya bisa berlindung masuk ke dalam parit itu.
Mobil melaju ganas ke arah Livia. Siap menyeruduk tubuhnya. Dalam hitungan detik Livia harus menyelamatkan diri.
SRRTTT! Livia melompat ke dalam parit. BYYUURR! Livia tercebur. Rambut, baju dan tubuhnya kotor kena air parit. Air itu hitam dan sangat bau. Nyaris muntah Livia mencium baunya.
BRRRRMMM! Mobil melaju dan tepat berhenti di depan parit. Meli keluar dari dalam mobil. Mendekati Livia yang sudah hitam bau di dalam got. Matanya geram dan wajahnya jengkel karena tak berhasil menabrak Livia.
“Lo kira kalo sudah di dalam got lo selamat?!” Meli mencari-cari kayu di dekatnya. Ia menemukan sebuah kayu agak panjang.
Livia mundur ketakutan.
BAATT! BEETT! Dari pinggir got Meli menyabetkan kayu ke arah Livia.
Livia mundur semakin jauh ke dalam got agar hantaman kayu itu tak mengenai tubuhnya.
Got itu tak hanya kotor dan bau, namun juga berlumpur. Kaki livia tertahan di lumpur. Membuat Livia susah bergerak mundur. SRRTTT! Livia kehilangan keseimbangan. Tubuhnya jatuh kejebur sepenuhnya ke dalam got.
“Ha ha ha…! Rasain lo!” Tak urung Meli merasa geli melihat penampilan Livia yang bau dan menyedihkan. Terjerembab tak berdaya di air pekat yang hitam dan bau. “Cewek miskin kayak lo memang pantas di dalam got bau kayak gini.
BRRRRRMM! Sebuah motor datang mednekat.
Meli menoleh ke arah suara motor. Livia juga menatap motor yang datang.
Ternyata Norman yang muncul. Sigap ia menghentikan motornya di dekat mobil Meli.
“Apa-apaan ini?!” Norman kaget melihat Livia hitam dan bau di dalam got sementara Meli berkacak pinggang dengan angkuh di pinggir got.
“Cewek miskin kayak dia pantas ada di dalam got!” kata Meli angkuh. “Karena dia sudah ngerebut lo dari gue!”
“Haaahh??!” Norman kaget mendengar ucapan Meli.
Livia juga kaget. “Siapa yang ngerebut Norman dari lo?!”
“Gak ngaku lo! Ada yang lihat kalian mesra-mesraan!” Suara Meli sengit. “Lo suka sama Norman kan?”
Livia bingung mau menjawab apa.
“Kok lo malah nyalahin Livia?” Norman geleng-geleng kepala. ”Heh. Kalo lo mau tau ya.” Norman mendekati Meli. “Gue yang suka sama Livia. Bukan dia yang suka sama gue!”
DEEGG! Livia kaget mendengar itu.
Meli lebih kaget lagi.
“Lo suka sama dia? Cewek miskin ini?!” Suara Meli antara marah dan heran. Meli nyaris gak percaya dengan apa yang Norman katakan.
“Dia gak miskin. Gue juga sama kayak dia!” Sahut Norman. “Kami orang biasa aja. Tapi emang jauh dibandingkan lo yang kaya raya.”
MeIi senyum merasa menang. “Kalo lo tau gue kaya, lo balik sama gue. Lupain cewek gembel ini!”
Norman malah ketawa. “Kita kan emang gak pernah pacaran. Ngapain gue balik sama lo?!”
Jengkel Meli mendengarnya. “Lo bilang kita gak pacaran? Jadi selama ini perhatian gue sama lo gak lo anggap sama sekali?”
“Lah. Emang pernah gue ngomong cinta sama lo?! Gak pernah kan!” Suara Norman tegas. “Kita emang cuma temenan! Gue gak pernah punya perasaan lebih ke lo. Kecuali gue berterima kasih karena lo ngasih gue duit tiap kali lo em el sama gue.”
JREEENGG! Livia melongo mendengar omongan kedua orang ini.
“Setan lo!” Meli memaki. Ia mendekati Norman. Lalu tangan Meli mendarat keras ke wajah Norman.
PLAAKKK! Norman kena tampar.
Lelaki itu kesakitan karena Meli menamparnya dengan pedas dan keras. Tapi bukannya marah, Norman malah ketawa. ”Sudahlah. Gue gak mau ribut. Lo juga tau kita cuma berteman. Lo aja yang lebay nganggep gue pacar lo.”
Amarah Meli makin menjadi. “Tega lo ngomong gitu ke gue!” Ditariknya tubuh Norman dengan kuat sambil mendengus geram. “Hhhuuuhhh….!!” Lalu didorongnya tubuh Norman ke got.
BRRRUUUKK! Norman terjatuh. Masuk ke got. Agak jauh dari Livia yang masih di dalam got.
“Kalian berdua sampah!” Meli bicara sambil menahan tangis. “Mati aja lo berdua jadi ****** di dalam got!”
Lantas Meli masuk ke dalam mobil. Menyalakan kembali mesin mobil. BRRRMM! Beberapa detik kemudian mobil Meli sudah melaju kencang meninggalkan jalan itu.
Entah kenapa Livia kasihan menatap Norman yang kotor dan hitam kena air got. Lucunya Norman juga berpendapat yang sama.
Norman mendekati gadis itu dan membantu Livia berdiri. Tangannya kotor namun hangat kala menyentuh tangan Livia.
“Biar gue naik duluan.” Norman menaiki pinggiran got dengan mudah. Lantas tangannya diulurkan ke arah Livia yang masih di bawah.
HUUUPP! Livia naik dibantu tarikan tangan Norman.
“Kita benar-benar sampah di mata Meli.” Lelaki itu berkata pelan sambil ketawa kecil. “Gue gak bisa suka sama Meli karena dia terlalu bangga dengan kekayaan orang tuanya. Dan dia suka menghina gue karena gue sering gak punya duit….”
Livia diam mendengarkan curhatan Norman.
“Terus kita gimana? Baju, celana kotor semua gini?” Livia menatap dirinya dan juga Norman yang sama-sama kotor.
Beberapa orang lewat di jalan. Menatap mereka dengan aneh dan jijik.
“Gue numpang mandi di kosan lo aja.” Kata Norman.
“Jangan! Jangan ke tempat kos gue…!” Buru-buru Livia menyergah. “Bapak sama ibu kos dan teman gue pasti bawel nanya kenapa kita kotor. Apalagi teman kos gue si Mimi sama Susi tukang gosip. Kita mendingan bersihin diri di masjid atau toilet umum.”
Norman berpikir sejenak. “Kalo gitu kita ke rumah kontrakan gue aja. Cuma lima belas menit naik motor dari sini.”
*
BRRRMMM.
Motor yang dinaiki Norman melaju menuju sebuah jalan kecil. Berbelok ke jalan yang lebih kecil dan menuju sebuah rumah mungil agak di sudut jalan.
“Gue tinggal disini.”Norman menunjuk rumah itu.
Livia turun dari motor. Menatap sebuah rumah mungil namun asri. Meski mungil namun rumah itu punya halaman yang asri dengan tanaman yang terawat segar dan indah. Bahkan ada beberapa pot bonsai yang kelihatan tumbuh bagus dan keren.
“Lo ngontrak rumah ini? Sendirian” Livia menatap Norman.
“Tadinya berdua. Sama orang kampung gue. Dia kakak tingkat dua tahun di atas kita. Tapi sudah tamat dan kerja. Sekarang dia pindah kos di dekat kantornya.”
“Terus siapa yang ngurusin tanaman ini?” Livia heran. Karena tanaman itu segar dan terawat.
“Ya siapa lagi? Gue lah.” Norman senyum. “Gue suka ngurusin tanaman kalo lagi senggang. Gue juga suka bonsai. Maklum, bokap gue petani di kampung.”
Livia senyum. “Gak nyangka aja cowok sesangar lo suka tanaman.”
Norman senyum. “Masuk yuk. Ini baju dan badan gue sudah kelewat lengket dan bau.”
Livia rada enggan masuk rumah itu. “Apa tetangga lo gak curiga kalo ada cewek masuk ke dalam rumah? Kan gue harus bersihin diri di kamar mandi lo?”
Tadi sempat Livia melirik sekilas. Ada bapak tetangga di sebelah rumah menatap curiga ke dirinya dan Norman.
“Ya emang bisa dicurigain sih.” Norman mikir sejenak. “Gini aja. Kita mandinya gantian. Lo mandi duluan. Gue nunggu di teras, jadi tetangga sini tau lo kesini beneran numpang mandi.”
“Oke.” Livia setuju.
Mereka masuk ke dalam rumah. Bagian dalam rumah ternyata rapi dan bersih. Ada dua kamar tidur yang tak terlalu besar.
“Itu kamar mandinya.” Kata Norman menunjuk ruangan kecil di ujung dapur. “Lo bersihin diri aja. Gue nunggu di depan sambil merokok di teras.”
Lantas Norman keluar lagi. Duduk santai di teras.
Kamar mandi itu kecil namun bersih. Air di bak juga jernih dan segar. Livia melihat ada handuk tergantung di balik pintu. Tentu handuk Norman. Diperhatikannya handuk itu. Bersih. Dan baunya wangi.
Tadinya Livia hanya membersihkan tubuh dengan cara mencuci wajah dan tangannya. Tapi mendadak ia sadar rambutnya kotor dan lengket.
Karena tau Norman ada di luar rumah, Livia memutuskan untuk mandi. Gadis itu pun membuka seluruh pakaiannya. Tubuhnya yang indah terlihat polos tanpa sehelai benang.
Bunyi kecipak air di kamar mandi membuat Livia tak sadar bahwa di luar turun hujan.
Derai hujan turun semakin deras sehingga Norman yang tadinya merokok di teras kecipratan air hujan. Segera Norman mematikan rokoknya. Buru-buru masuk ke dalam rumah.
Di kamar mandi Livia sedang membersihkan tubuhnya pakai sabun....
BERSAMBUNG….
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Sebuah kejadian yang akan mengubah hidup Norman dan Livia selamanya….
Baca terus HOT MAN ON CAMPUS. Karena ceritanya akan semakin seru. Silakan kasih LIKE, VOTE dan KOMEN untuk mendukung cerita ini.
Sambil menunggu up episode baru, Reader juga bisa mampir membaca buku Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS
(tamat, ceritanya super seru dan lucu)
2. ISTRI YANG TERSIKSA
(tamat, novel yang banyak adegan dewasa dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE
(tamat, ceritanya seru dan gila, lucu pake banget)
4. PEMBALASAN SANG CEO
(cerita panas dan seru, lanjutan novel Terpaksa Menikahi Big Boss)
Happy reading. Semoga sehat, bahagia dan berlimpah rejeki buat pembaca karya Fresh Nazar semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
cerita yg seru persis seperti didunia nyata
2023-02-04
0
Bagus Effendik
yes pak aku sepam like z
2021-05-12
0
CebReT SeMeDi
si melon sering bgt maen tangan parah gilak
2021-04-20
0