Lelaki berkaca mata itu menatap mereka bertiga. Ia kelihatan marah kepada Meli.
“Pak Bagus?” Meli mundur menjauh dari Livia.
Meli, Norman dan Livia tau lelaki itu. Bagus Ardiyanto adalah seorang dosen muda di Fakultas Ekonomi. Semua mahasiswa Fakultas ekonomi, apalagi jurusan Bisnis dan Marketing, pernah mengambil mata kuliahnya. Karena Bagus Ardiyanto adalah dosen mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Sebuah mata kuliah wajib yang sangat penting.
“Livia, kemari.” Lelaki itu memerintahkan.
Segera Livia mendekat ke lelaki itu.
“Kenapa kamu dihajar mereka?! Jawab yang jujur!” Bagus Ardiyanto menatap Livia.
Livia gak enak hati. Ia menatap Meli dan Norman. Sikapnya enggak enak mau bercerita.
Meli menatap geram ke Livia. Norman menggertakkan gigi tak suka dan siap ngamuk kalau Livia berani cerita. Mata Norman melotot galak.
Keder juga Livia menatap sikap kedua orang itu. Dari dulu kedua seniornya ini terkenal sangar. Dan kini keduanya tengah menunjukkan taringnya.
Sikap Livia menunjukkan ia gak berani cerita. Pak Bagus paham.
“Saya sudah tau apa yang terjadi.” Ia menatap jengkel ke Meli dan Norman. “Tadi di kantin saya dengar Mbak Mulan dan pelayan lain cerita kalian berdua melakukan perbuatan gak pantas di kampus!”
Muka Meli dan Norman memerah. Mereka seperti tertangkap basah dilihat perbuatannya langsung oleh si dosen.
“Sekarang kalian semua masuk ke ruangan dekan! Dekan fakultas ekonomi akan menyidang kalian!”
Meli dan Norman mati kutu. Mereka berubah dari pasangan galak menjadi pasangan ayam sayur, kehilangan nyali.
“Saya …. Saya juga ikut ke ruangan dosen?” Livia terbata. Ia menatap Bagus Ardiyanto.
“Iya. Saya tau kamu segan menceritakan apa yang terjadi. Nanti katakan semua apa yang terjadi di depan dekan dengan jujur! Biarkan dekan yang menilai! Mereka ini bisa dikeluarkan dari kampus karena sudah melakukan perbuatan tercela!”
JREEENGG! Meli dan Norman semakin gelisah.
*
Ruangan dekan Fakultas Ekonomi tampak rapi dan sejuk. Di ruang yang cukup lebar dan ada kursi tamunya itu, Meli dan Norman menunduk. Di depannya ada Pak Bagus dan Livia. Di samping mereka ada Pak Fadillah, dekan Fakultas Ekonomi, seorang lelaki setengah baya yang tampan dan agak gemuk tubuhnya.
“Memalukan!” Pak Fadillah yang biasanya tenang dan kalem tiba-tiba berkata dengan geram. “Kalian berdua sudah mencoreng nama Fakultas Ekonomi! Sepantasnya nama kalian dicoret sebagai mahasiswa Universitas Megajaya!” Ia melotot ke Meli dan Norman.
“Jangan, Pak!” Norman dan Meli menjawab serempak.
“Saya sekarang semester 8, Pak. Sebentar lagi lulus. Masa Bapak tega memecat kami sebagai mahasiswa disini?” Meli menghiba.
“Iya, Pak.” Norman juga bicara. “Orang tua saya di kampung sangat mengharapkan saya lulus! Tolong, Pak. Tolong. Saya jangan dikeluarkan dari universitas ini.”
“Tapi perbuatan kalian bikin malu! Tidak senonoh! Semua orang di universitas ini sudah tau apa yang kalian lakukan!”
“Ini karena si Livia mulutnya bocor, Pak. Dia yang menceritakan itu ke semua orang.” Meli geram. Masih menyalahkan Livia.
“Enggak, Pak. Saya enggak cerita.” Livia membela diri.
“Livia benar, Pak.” Pak Bagus membela Livia di hadapan dekan. Tadi ia sempat menginterogasi Livia dan gadis itu menceritakan secara jujur kronologi kejadiannya. “Sehabis kejadian itu ada beberapa mahasiswa muncul. Bisa jadi salah satu dari mereka yang cerita ke mahasiswa lain sehingga berita ini menyebar. Dan esensi masalahnya, bukan siapa yang menceritakan. Tapi perbuatan Meli dan Norman ini yang sudah membuat cemar nama fakultas Ekonomi!” .
Pak Fadillah mengangguk setuju. “Iya, Pak Bagus. Esensinya tetap Meli dan Norman ini yang bersalah! Livia hanya muncul di tempat dan waktu yang enggak tepat. Jadi Meli dan Norman harus dihukum!” Suara sang dekan tegas.
“Please, Pak. Jangan dipecat saya, Pak. Orang tua saya pasti malu dan kecewa kalau saya dipecat.” Meli menatap penuh harap ke Pak Dekan. Orang tua Meli adalah seorang pengusaha yang cukup kaya. “Papa saya galak! Saya bisa dibunuh Papa saya kalau saya sudah semester 8 tinggal nunggu tamat kuliah malah bapak tendang dari sini!”
“Orang tua saya di kampung miskin, Pak.” Norman bicara rada emosi. “Saya gak mau bikin mereka kecewa karena anaknya yang diharap jadi sarjana dipecat dari kampus ini. Tolong, Pak. Saya jangan dipecat.”
Kasihan juga rupanya Pak Dekan kepada Meli dan Norman. Ia terdiam. Berpikir.
Livia tadinya jengkel sekali ke Meli dan Norman. Namun kala mendengar ucapan keduanya, terbayang di benak Livia. Bagaimana kalau ia yang berada dalam posisi Meli dan Norman? Apakah dia sanggup mengecewakan orang tua yang tentu sudah mengharapkan anaknya segera wisuda. Tapi kenyataannya mereka akan dipecat dari universitas.
“Maaf, Pak Dekan.” Livia tak tau dari mana keberaniannya bicara tiba-tiba muncul. “Saya pikir, Meli dan Norman benar. Mereka memang melakukan hal yang gak pantas. Tapi saya harap mereka gak dipecat! Kasihan orang tua mereka kalau mengharap mereka tinggal wisuda tapi malah dihentikan sebagai mahasiswa!”
Pak Bagus dan Pak Dekan mendengarkan. Demikian juga Meli dan Norman. Ekspresi meli dan Norman setengah takjub melihat Livia membela mereka.
Sambil menekan mulutnya dengan telunjuk Pak Dekan berpikir. “Benar juga. Saya bisa membayangkan betapa kecewanya orang tua kalian kalau kalian berdua sampai dipecat! Dan perbuatan ini untungnya bukan berupa video yang semua orang bisa melihatnya.”
Lantas Pak Dekan menatap Meli dan Norman. “Saya kurangi hukuman kalian! Kalian berdua akan diskors satu semester! Jadi kalian harus mengulang semua mata kuliah semester terakhir ini.”
Meli dan Norman terdiam. Meli kembali mau bicara. Namun urung. Ia terdiam pasrah.
“Kalian juga harus mengganti laptop Livia!” Tambah Pak Bagus. “Laptop Livia terjatuh dan rusak saat kejadian itu!”
Livia menatap Bagus Ardiyanto. Si dosen tersenyum padanya. “Tanpa laptop kamu bisa apa? Semua tugas kuliah butuh laptop. Mereka harus mengganti laptop kamu yang rusak!”
“Ya. Kalian harus ganti laptop Livia yang rusak.” Tandas Pak Dekan.
Norman mengangguk. “Iya, Pak. Kami akan mengganti laptop Livia yang rusak!”
Livia melihat Norman menatap padanya sambil mengangguk. Sementara Meli diam saja. Wajah Meli masih kesal.
*
“Terima kasih Pak Bagus sudah menolong saya.” Kata Livia.
Ia bersama Pak Bagus keluar dari ruang dekan. Berjalan bareng di koridor gedung A.
“Sama-sama. Saya harus menyelamatkan kamu dari kelakuan gak bener si Meli dan Norman.”
“Sekali lagi makasih, Pak. Tapi kok bapak tadi bilang ke mereka kalau saya calon istri Bapak?” Wajah Livia bersemu merah kala menanyakan hal itu.
Bagus Ardiyanto tersenyum. “Saya keceplosan waktu bilang gitu! Tapi sejujurnya itu yang terlintas di pikiran saya. Saya merasa kamu ini memang calon istri saya.”
Wajah Livia memerah.
Dosen itu menatap Livia. “Kamu tau kan kalau saya suka kamu? Masa kamu gak pernah merasa kalau saya selama ini perhatian ke kamu?”
Mendengar ucapan itu Livia menunduk. Ia tau memang Pak Bagus sering memberikan perhatian lebih kepadanya. Bahkan Kiki dan beberapa mahasiswi yang akrab dengan Livia sering menyebut Livia pacar Pak Bagus.
“Sekarang umur saya sudah 31 tahun lho. Saya serius sedang mencari calon istri.” Pak Bagus menatap Livia. “Kalau kamu gak keberatan, saya akan tunggu kamu tamat kuliah. Kamu sudah semester 6 kan? Insya Allah setahun lagi saya siap melamar kamu jadi istri saya. Gimana? Kamu setuju?”
DEEGG! Livia kaget.
Ditatapnya lelaki berkaca mata itu. Terlihat jelas Pak Bagus menunggu jawaban dari Livia.
BERSAMBUNG…..
Seperti apa jawaban Livia? Kalau berkenan dengan cerita ini silakan kasih LIKE, VOTE dan KOMEN.
Sambil menunggu up selanjutnya, reader juga bisa membaca karya Fresh Nazar di aplikasi Noveltoon Mangatoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS (tamat\, ceritanya super seru dan lucu)
2. ISTRI YANG TERSIKSA (tamat\, ceritanya bikin baper dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE (yang ini ceritanya seru dan gila\, lucu pake banget)
Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
😀😄😁😆😅😂🤣😊😇🙂😉🙃😌😍😘
2023-02-04
0
Ufika
semangat kak author ceritanya seru salam dari antara cinta dan rasa🥰
2022-06-13
0
CebReT SeMeDi
duhh dilamar oak dosen bikin keder wkkw
2021-04-18
0