Pak Salman, bapak tiri Livia, tertawa puas melihat gadis itu tak sadarkan diri.
“Ha ha ha ha ha. Anak yang cantik. Masih peraw*n pula. Aku bisa dapat uang banyak dengan menjualmu ke sindikat perdagangan wanita di luar negeri.” Seringai jahat membingkai wajah culasnya.
Lantas lelaki itu merapikan seat belt di tubuh Livia. Dirapikannya juga posisi duduk Livia seolah gadis itu nyaman bersandar ke bangku mobil. Dilihat dari luar, orang akan mengira Livia hanya sedang tidur pulas di mobil.
Pak Salman hendak menyalakan mesin mobil kembali. Tiba-tiba terdengar bunyi dering hand phone. Pak Salman tau itu bukan nada dering hand phonenya. Itu adalah bunyi hand phone Livia yang berada di dalam tas.
Hendak diabaikannya dering itu. Tapi hand phone terus berbunyi. Semakin diabaikannya, bunyi hand phone terus terdengar.
“Brengsek! Mungkin teman Via yang nelpon!” Lelaki itu segera mengambil hand phone di dalam tas Livia. Ia langsung menekan logo telpon berwarna merah di layar. Menolak menerima telpon yang masuk.
Di jalan Norman tersentak. Barusan Ia yang menepon Livia. Ia heran kenapa Livia menolak menerima telponnya? Sebelumnya Norman juga kirim pesan whats app ke Livia. Menanyakan apakah Livia baik-baik saja di dalam mobil bapak tirinya? Pesan itu terkirim. Tapi tidak dibaca Livia. Boro-boro dibalas.
Hati Norman dipenuhi prasangka buruk. Melihat penampilan dan cara bicara Bapak tiri Livia saat bertemu tadi Norman langsung tau bahwa lelaki itu orang brengsek. Tipe lelaki yang banyak beredar di tempat hiburan malam untuk mencari kepuasan dari wanita yang bisa ditidurinya.
Saat mobil bapak tiri Livia meninggalkan tempat kos, Norman mengawasi dari ujung sebuah jalan sepi. Ia diam diam mengikuti mobil itu dari jauh dengan motornya. Prasangka buruk mendera Norman melihat mobil itu berhenti di dekat sebuah komplek ruko yang sepi. Itu sebabnya Norman tadi menelpon Livia.
BRRMMM! Pak Salman menyalakan mesin mobil kembali. Lantas ia berkonsentrasi di belakang setir. Mobilnya melaju meninggalkan ruko.
BRRRMMM! Motor Norman melaju di jalan. Ia mengejar mobil Pak Salman yang pergi.
Tadinya Pak Salman nyetir dengan ekspresi santai saja meski ngebut. Namun ia menengok spion dan kaget melihat ada motor di belakang melaju mengejar mobilnya.
“Siapa orang itu?!” Pak Salman curiga. Ia mengingat-ingat. “Sialan anak ini!” Pak Salman akhirnya ingat bahwa lelaki di motor adalah teman yang mengantar Livia pulang ke rumah kos.
Dengan gesit Pak Salman menambah kecepatan. Mobilnya pun melaju kencang membelah jalan raya.
Namun, Norman jago naik motor. Ia tak kalah gesit ngebut mengejar mobil yang melaju.
Jangan salahkan kota Jakarta jika selalu macet. Di lampu merah depan mobil-mobil berjalan pelan. Mobil yang dikendarai pak Salman ikut terhambat lajunya. Mobil itu semakin melambat mendekati lampu merah.
BRRRMM! Dengan lincah motor Norman berhasil mengejar mobil Pak Salman. Ia bahkan melaju di depan.
DEGGGG! Kaget Norman kala menoleh ke mobil. Di samping Pak Salman yang menyetir ada Livia seolah tertidur di bangkunya.
“Kunyuk!” Maki Norman. Ia lega kala mobil Pak Salman terpaksa berhenti di lampu merah. Segera Norman berhenti di jalan. Dipinggirkannya motor ke trotoar.
BUUUKK! BUUUKK! BUUUKKKK! Norman memukuli kaca mobil. ia melotot galak ke arah Pak Salman di dalam mobil!
“Turunkan Livia!” Teriaknya galak sambil menunjuk gadis sebelah pak Salman.
Tadinya pak Salman tak mau menggubris permintaan Norman. Dibiarkannya saja Norman berteriak-teriak geram sambil memukul-mukul kaca mobilnya. Orang-orang di kendaraan atau yang lewat di pinggir jalan memperhatikan tingkah Norman dan Pak Salman.
Norman mendekati jendela mobil di samping Pak Salman. DDUUGGG!! Toba-tiba Norman meninju kaca mobil di sebelah Pak Salman dengan sangat keras. Kaca itu sampai retak, meski tak pecah. Tapi tangan Norman sempat memar dan terluka.
Norman berusaha tak perduli meski tangannya sakit. Sambil meringis kesakitan ia berteriak geram ke Pak Salman.
“Buka pintu mobil! Turunkan Livia! Atau saya suruh semua orang disini menangkap Bapak?!”
Orang-orang di jalan memperhatikan mereka. Pak Salman tau, ia tak punya pilihan lain. Segera dibukanya kaca mobil di sebelah Livia dengan menekan sebuah tombol pembuka otomatis yang terletak di dekat tangan kanannya.
Norman segera ke arah samping Livia. Membuka pintu dan membangunkan gadis itu.
“Via..! Viaa…! Banguun, Via…!”
Tapi gadis itu tak menyahut. Ia masih dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Setan lo! Lo ngebius Via?!” Norman memaki Pak Salman.
Lelaki itu tak menjawab. Malah bersiap melajukan mobil lagi karena lampu jalan sudah menyala kuning. Sebentar lagi lampu hijau berkedip dan mobil akan melaju cepat.
Norman sadar ia hanya punya waktu beberapa detik. Sigap ia melepaskan tubuh Livia dari seat belt. Lalu ditariknya tubuh Livia turun dari mobil ke trotoar. Disambarnya pula tas gadis itu.
Lampu lalu lintas menyala hijau! BRRRMMMM! Mobil Pak Salman melaju mengikuti mobil lain yang meninggalkan lampu merah.
"Setan lo!" Norman memaki sambil menatap mobil Pak Salman yang berlalu.
Livia masih tak sadarkan diri di pinggir jalan. Beberapa orang merubung memperhatikan gadis itu. kembali Norman mencoba membangunkan Livia,.
“Via, bangun Via…! Banguunn….!”
Tapi Livia masih belum juga sadar.
“Sepertinya dia dibius….” Kata seorang lelaki yang ikut merubung. “Kalau dibius, dia memang gak langsung sadar. Butuh waktu sampai dia bisa sadar lagi….”
*
“Via… Yeiy kenapa Via sayang? Siapakah lelaki durjana yang sudah meraja lela membuat dirimu tersiksa tak berdaya?” Ira khawatir menatap Via. "Katakanlah pada eike Cyyinn. Katakanlah, katakan hai katakan..."
“Via, lo kenapa? Hu hu hu.. Via…?” Kiki menangis.
Kedua orang itu ditambah Norman dan Bu Hartini menatap Livia yang masih berbaring lemas di kamar kosnya. Livia sudah sadar namun kepalanya masih pusing dan berat.
“Kenapa gue disini?” Livia mencoba mengingat apa yang terjadi.
“Yeiy dijahatin Norman si lelaki durjana terus dibawa bapak tiri yeiy.” Jelas ira.
“Terbalik, setan!” Kata Kiki.
Norman melotot ke Ira.
“Aih, iya terbalik. Mungkin karena Ira hari ini pake CD warna pink berenda kayak punya Kiki. Ira ralat deh ah. Via mau dijahatin Bapak tiri yeiy si lelaki durjana tiada tara, terus ditolongin Norman. Gitu Via.”
Livia menatap Norman. Mulai ingat apa yang terjadi. “Terus dimana Bapak tiri gue?”
“Gak tau. Dia pergi. Gue gak sempat ngurusin dia. Gue tadi khawatirin lo karena lo belum sadar!” Jujur Norman. “Gue harus nyelamatin lo lebih dulu!”
Ira menoleh ke Norman. “Aih, so sweeet... Yeiy meski kasar gahar sangar liar ternyata perhatian juga ya ke Via?”
Livia menyadari kebenaran kata-kata Ira.
“Cuma kebetulan. Kebetulan aja gue masih di jalan. Kebetulan juga gue bisa nolong.” Norman berkata netral. Soalnya Kiki ikut menatap terpesona kepada Norman. “Siapa pun orangnya, kalo ada cewek yang mesti dia selamatkan pasti dia mau menyelamatkan cewek itu.”
*
“Hu hu hu hu. Hand phone ibu diambil Salman.” Tangis Ibunya Livia di Cirebon. “Sekarang ibu belum punya hand phone lagi. Salman sudah seminggu pergi dari rumah. Dia bilang mau menceraikan ibu….”
Livia terenyuh. Tadi ia menelpon Ninis, tetangganya. Kini ia bisa bicara dengan ibunya yang meminjam hand phone Ninis. “Lelaki seperti itu memang lebih bagus dibuang ke laut, Bu!” kata Livia kesal. “Dia tadi membius Via, pasti karena ada niat jahat.”
“Iya, Via. Salman tahun lalu ditangkap polisi karena perdagangan wanita. Dia membawa perempuan dari kampung-kampung dekat sini. Pura-pura diminta kerja di luar negeri. Padahal dijualnya ke sindikat perempuan penghibur.”
“Untung Via selamat...." Via bergidik. "Hati-hati ke dia, Bu. Kalau dia berani pulang, ibu laporin aja dia ke polisi biar dia masuk penjara!”
“Iya, Via. Ibu malah mikir, biar ibu yang ngajuin cerai. Ibu sudah gak mau ada hubungan lagi dengan lelaki jahat itu!”
Agak tenang Livia setelah bisa menelpon ibunya. Itu sebabnya malam ini ia mau diajak Norman makan di sebuah restoran yang indah dan romantis dengan taman yang cantik.
‘“Makasih banyak. Kalau gak ada kamu mungkin aku sudah celaka.” Kata Livia tulus. Ia menatap mata Norman.
Tatapan Livia membuat Norman terpukau. Norman melihat sosok Livia yang lain. Biasanya Livia berani dan rada jutek padanya. Kini Livia berubah menjadi sosok manis yang wajib dilindunginya. Gadis ini terlihat cantik dan lembut di mata Norman. Jauh berbeda dengan gadis-gadis atau perempuan lain yang pernah singgah di pelukannya.
Ah, sungguh Norman ingin memeluk perempuan ini.
Restoran bersuasana kebun itu mempunya taman yang indah. Tak banyak pengunjung yang datang. Meja tempat Norman dan Livia makan pun agak terlindung di balik pot-pot tanaman hias yang segar.
Livia terkesima kala Norman bangkit dari duduk\, berdiri mendekatinya dan tiba-tiba memeluknya. Lalu lelaki itu mendekatkan wajahnya. Bib*rnya menyentuh b*bir Livia dengan lembut. Memberikan kehangatan yang manis namun bergelora.
Tanpa sadar Livia membalas kecup*n itu sambil memejamkan mata.…
BERSAMBUNG
Hallo readers. Maafkan author karena baru bisa up baru lagi hari ini. Harap maklum author sedang menulis skenario Jodoh Wasiat Bapak 2 yang tayang setiap hari jam 9 malam di ANTV. Jangan lupa nonton sinetron itu ya. Reader juga boleh kasih LIKE, VOTE dan KOMEN kalau suka cerita ini.
Sambil menunggu up episode baru, Reader juga bisa mampir membaca buku Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS
(tamat, ceritanya super seru dan lucu)
2. ISTRI YANG TERSIKSA
(tamat, novel yang banyak adegan dewasa dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE
(segera tamat, ceritanya seru dan gila, lucu pake banget)
Happy reading. Semoga sehat, bahagia dan berlimpah rejeki buat pembaca semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
weny
lgsg nyosor tu
2021-05-20
0
ALMOZA KITA
waduuhh udah main sosor aje bang😄😄
2021-04-23
0
CebReT SeMeDi
awwwww adyaahhhh lgsg aja disosor beb
2021-04-19
0