Episode 16. Bapak Tiri Yang Mencurigakan.

Kiki dan irawan menoleh. Terperanjat mendengar ucapan Livia. Mereka menatap Livia yang  menerima telpon sambil berurai air mata.

“Hu hu hu hu…. Ibu sakit apa, Pak? Astagfirullah. Ibu pingsan?” Livia mendengarkan suara di seberang. “Iya, Pak. Iya…”

Melihat Via berlinang air mata, Kiki  buru-buru menyikut Ira. “Kasih tisu, Ra. Tuh si Via nangis bombay.”

“Tisu Kiki mana?”

“Habis. Tadi gue pake lap   habis boker.”

Ira memeriksa tasnya dan ternyata masih punya tisu.  “Tersisa  selembar tisu ini dalam hidupku, eh di dalam tas eike.”

Ira menyodorkan selembar tisu ke Livia. “Pakailah the last tissue ini untuk penghapus derita, penghapus air mata yeiy Livia cintaku sayangku.”

Livia menerima tisu dari Irawan dan mengelap  air matanya. Tapi karena ar matanya  banyak. Tisu selembar itu pun langsung basah.

“Aih tisu selembar pun basah basah basah sekujur tisu. Ah ah ah, tisunya habis.” Irawan niruin lagu dangdut ‘Mandi Madu’.

Livia masih nangis sesenggukan sambil nerima telpon. “Iya, Pak. Ini Via langsung pulang ke kos beresin baju.” Mendengarkan lagi suara di seberang. “Bapak jemput Via di rumah kos?” Nada suara Livia rada heran. “Iya, Pak. Bapak tunggu aja disana.”

Livia menutup pembicaraan.

“Kenapa, Via? Ibu lo sakit apaan?” Kiki tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

“Gak jelas juga sih. Tadi itu Pak Salman, bapak tiri gue yang telpon. Katanya ibu gue pingsan habis pulang dari bantu masak di hajatan tetangga. Jatuh terantuk di teras  sampe kepalanya berdarah. Ini Ibu gue masih gak sadar sampe sekarang.”

Livia mencoba menelpon nomer hand phone ibunya. Ternyata tidak aktif.

"Nomer hape Ibu gue juga gak bisa dihubungi!'

“Ya iyalah Cyinn. kan ibu yeiy pingsan.”

“Gue mau pulang dulu  ke Cirebon deh. Khawatir gue. Takutnya ibu gue kenapa-napa.”

“Jadi lo gak masuk  kuliah Pak Ismail?” Tanya Kiki.

“Ya terpaksa enggak.”

“Kalo gak ada kuliah Pak Ismail sih gue anterin lo balik ke kosan pake motor.”

“Gak usah, Ki. Biar gue naik angkot. Udah ya. Gue mau beresin baju dulu di tempat kos, terus ke Cirebon.”

Livia pun pergi buru-buru. Kiki dan Ira menatap Livia pergi dengan haru.

Bergegas Livia jalan kaki ke depan kampus. Ia terus menyeberang jalan. menuju halte di dekat kampus menunggu angkot. Sambil jalan Livia kembali nangis.

BRRMMM! Sebuah motor mendekati Livia. Motor itu memelankan lajunya di samping Livia.

“Kenapa lo nangis?”

Livia menoleh. Ternyata Norman di atas motornya.

“Gak. Gak ada apa-apa.” Sahut Livia pendek.

“Lah, Cuma ditanya kenapa nangis gak mau jawab.” Norman heran. “Lo mau kemana?” Ia tahu Livia berjalan kaki menuju halte di depannya.

“Pulang ke rumah kos.” Livia akhirnya menjawab.

“Gue anter aja kalo gitu.” Norman menghentikan motornya di samping Livia. “Ayo, naik…!”

Livia menimbang-nimbang, tak langsung mengiyakan tawaran itu.

“Udah, naik. Lo kayaknya benci banget sama gue, sampe  diantar pulang aja gak mau!” Mata lelaki itu menatap tajam Livia. Ekspresi sedih sehabis menangis jelas kelihatan di wajah Livia. “Mata lo sampe bengkak kebanyakan nangis. Lo lagi ada masalah?”

Livia diam saja. Ngapain lo  tau urusan gue, batin Livia.

“Ditanya diam aja!”  Norman jadi jutek. “Udah, naik.  Lo pasti lagi ada masalah berat. Biar gue anter lo ke rumah kos!”

Mata lelaki di depannya menatap lurus wajah Livia. Ah, Livia baru sadar  mata Norman tajam dan alis mata lelaki ini lebat.  Tapi ada ketulusan di mata itu saat menatap Livia.

“Naiklah....” Norman memelankan suara. Menunjuk ke arah boncengan motornya.

Akhirnya Livia naik ke boncengan motor Norman. BRRRRMMM! Motor Norman kembali melaju. Namun   tidak  kencang. Mungkin karena Norman tau Livia  sedang sedih.

Siang itu  lalu lintas di sekitar kampus macet. Sambil mengendarai motornya Norman bertanya.

“Lo mestinya masih ada kuliah kan? Kenapa lo pulang?”

Tak enak hati sudah diantar, Livia pun menjawab pertanyaan Norman. “Ibu gue pingsani. Kepalanya  berdarah. Ini gue mau pulang ke Cirebon nengokin.”

“Lo mau naik apa ke Cirebon?”

“Entar dijemput sama bapak tiri gue di rumah kos. Dia yang tadi ngabarin ibu gue pingsan.”

“Aneh? Kalo dia yang ngabarin? Kok sekarang dia bisa jemput lo di Jakarta?”

DEEGG! Livia baru mikir. Tadi ia sangat sedih sehingga tak berpikir jernih. “Mungkin bapak tiri gue lagi ada urusan di Jakarta. Dia dikabarin tetangga gue di Cirebon  juga kali.”

Norman tak bertanya lagi.

Sepuluh menit kemudian motor Norman tiba di rumah kos Livia.

Di depan rumah ada sebuah mobil Avanza terparkir berplat E  tanda kendaraan asal Cirebon. Mobil itu masih mulus dan baru. Heran Livia melihatnya. Bapak tirinya punya mobil baru. Padahal ibunya kemarin mengabarkan sudah tak sanggup membiayai kuliah Livia.

Livia tau Bapak tirinya sering menghabiskan harta almarhum ayahnya. Dan kini lelaki pengangguran itu punya mobil baru!

“Lo jangan pergi dulu. Gue curiga ama bapak tiri gue.” Livia berbisik kala turun dari motor Norman.

Alis mata kanan Norman menaik. “Kenapa?”

“Gue gak bisa bilang sekarang.” Livia menyahut pendek. “Tolong nomer hand phone lo. Entar Gue kabarin   kalo ada apa-apa. Asli gue takut ama bapak tiri gue ini. Dulu dia pernah masuk penjara.”

DEEGG! Norman  kaget juga  melihat jelas kecemasan di wajah Livia. Segera Norman  menyebutkan nomer hand phonenya.  Livia menyimpan nomer itu di hapenya.

“Gue miss call ke nomer lo. Tolong save nomer gue.”  Livia melakukan miss call ke hand phone Norman. Lelaki itu segera menyimpan nomer hape Livia.

Keluar dari mobil  yang terpakir, Pak Salman, seorang lelaki berumur sekitar 45 tahunan. Penampilannya cukup rapi dan tampan. Norman mengamati lelaki itu yang Iangsung  tersenyum melihat Livia.

Kenapa lelaki itu santai saja dan senang melihat Livia muncul? Tak terlihat raut sedih di wajah lelaki itu. Padahal istrinya sedang sakit dan tak sadarkan diri di Cirebon. Syak wasangka bermain di kepala Norman.

Lelaki itu bicara dengan Livia. Intinya harus buru-buru ke Cirebon saat ini juga. Livia mengangguk meski setengah bingung.

“Kamu ngapain masih disini?” Lelaki itu menatap Norman. “Livia mau pulang ke Cirebon sama saya!” Suaranya ketus.

“Oke, saya pamit dulu Livia. Mari, Pak.” Norman mengangguk ke Bapak tiri Livia.

Wajah Livia agak cemas kala melihat Norman pergi.

*

Sepuluh menit kemudian Livia sudah berada di dalam mobil Bapak tirinya.

“Bapak kan lagi di jakarta? Terus siapa yang ngasih tau Ibu sakit di Cirebon, Pak?” Livia sebenarnya sungkan bicara ke Bapak tirinya. Tapi ia penasaran ingin tau.

“Pak Surip.” Lelaki itu menyebut nama tetangga Livia.

DEEGG! Livia kaget.

Livia tau Pak Surip sudah meninggal 3 hari lalu karena Ninis, seorang teman akrabnya di Cirebon adalah anak Pak Surip.  Dan Ninis anaknya  Pak Surip mengabarkan itu kala  3 hari lalu  menelpon Livia.

Semakin curiga Livia kala mobil yang dikendarai Bapak tirinya tidak masuk jalan tol yang mengarah luar kota. “Kita kok gak masuk tol, Pak?”

“Mau ambil uang di ATM sebentar.” Pak Salman menyahut.

Mobil lalu berhenti di depan sebuah ruko yang rada sepi. Livia heran karena tak melihat ada tanda ATM di dekat situ.

Tiba-tiba Pak Salman mengambil  sebuah sapu tangan dari tas yang dibawanya. Dibekapkannya sapu tangan itu ke wajah Livia dengan kuat. Livia kaget.  Ia meronta namun kalah kuat dari lelaki itu.

Ada bau aneh menyengat di sapu tangan itu yang membuat Livia hilang kesadaran. Kepalanya sangat pusing. Perlahan-lahan tubuh Livia pun lemas  Gadis itu terkapar tak sadarkan diri di dalam mobil!

BERSAMBUNG…..

Happy reading. Silakan kasih  LIKE, VOTE dan KOMEN jika berkenan.

Terpopuler

Comments

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

Livia Cirebon nya Dimana..???aq dari MAJALENGKA..

2021-06-11

0

ALMOZA KITA

ALMOZA KITA

normaaann slametin livia

2021-04-23

0

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

bapak tiri g ada akhlak banda bpknya dihabisin anaknya mau dijual pasti

2021-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. He's A Real Hot Man
2 Episode 2. Gosip Hot Menyebar
3 Episode 3. Calon Suami Livia
4 Episode 4. Apakah Livia Siap Jadi Istri?
5 Episode 5. Menggaruk Barang Terlarang
6 Episode 6. Memeluk Hot Man
7 Episode 7. Livia Gak Bakal Mau Menikah Dengan Norman
8 Episode 8. VISUAL
9 Episode 9. Ferdi Jual Diri
10 Episode 10. Livia Disuruh Berhenti Kuliah
11 Episode 11. Siapa Yang Membayari Uang Kos Livia?
12 Episode 12. Permintaan M*ksiat
13 Episode 13. Keenakan Dan Kesakitan
14 Episode 14. Tiga Ronde
15 Episode 15. Livia Cemburu Ke Meli
16 Episode 16. Bapak Tiri Yang Mencurigakan.
17 Episode 17. So Sweet
18 Episode 18. Benarkah Norman Dan Meli Tak Berpacaran?
19 Episode 19. Bu Luna Sudah Booking Kamar Hotel
20 Episode 20. Di Kamar Mandi
21 Episode 21. Sanggupkah Menahan Gairah?
22 Episode 22. Dipaksa Menikah
23 Episode 23. Belum Siap Jadi Istri
24 Episode 24. Merahasiakan Pernikahan
25 Episode 25. Anu Lo Kenapa?
26 Episode 26. Norman Membuat Bu Luna Tak Berdaya
27 Episode 27. Takut Perih
28 Episode 28. Ingat Enaknya Lupa Sakitnya
29 Episode 29. Sisi Lain Norman Yang Tak Diketahui Livia
30 Episode 30. Tidur Dengan Banyak Orang Agar Sukses
31 Episode 31. Romantis Di Cirebon
32 Episode 32. Ular Di Ranjang
33 Episode 33. Saat Ira Jadi Perkasa
34 Episode 34. Rejeki Besar
35 Episode 35. The Sweetest Gift
36 Episode 36. Romantic Night
37 Episode 37. Bisnis Kopi Penguat Stamina Lelaki
38 Episode 38. Keserimpet Bijinya Sendiri
39 Episode 39. Apakah Livia Hamil?
40 Episode 40. Dua Garis Biru
41 Episode 41. Menikmati Lontong Raksasa
42 Episode 42. Suami Perhatian Dan Sayang Istri
43 Episode 43. Kemal Wan Basar
44 Episode 44. Jendolannya Enggak Nahan
45 Episode 45. Meli Tersedak Pisang
46 episode 46. Golden Monkey Alias Kera Mas
47 Episode 47. Meli Duduk Di Atas Botol
48 Episode 48. Bertemu Mbak Ega Telapemnya
49 Episode 49. Semak Belukar Di Bawah Pusar
50 Episode 50. Toko TAMPA BUSANA
51 Episode 51. Livia Marah Dan Cemburu Berat
52 Episode 52. Cewek Bohay Idola Para Cowok Jomblo
53 Episode 53. Kalau Lagi Kepengen Pinter Merayu
54 Episode 54. Diajak Ke Lampung
55 Episode 55. Mertua Lelaki Yang Cacat Tapi Keras Wataknya
56 Episode 56. Alasan Norman Menjadi Gigolo
57 Episode 57. Malam Penuh Bintang Di Pulau Kilauan
58 Episode 58. Bebas Merdeka Seperti Lumba-Lumba
59 Episode 59. Sam Beloncom Naksir Kiki
60 Episode 60. Kiki Tahu Livia Dan Norman Sudah Menikah
61 Episode 61. Melon Gede Tinggal Diperah
62 Episode 62. Kiki VS Mbak Mulan Jamilah
63 Episode 63. Niken Dorbautnya Semaput
64 Episode 64. Sama-Sama Nafsuan
65 Episode 65. Menjaga Rahasia Apem Keriput
66 Episode 66. Semata Urusan Nafsu
67 Episode 67. Ira Ditangkap
68 Episode 68. Pak Gede Pisangmini
69 Episode 69. Berharap Pisang Mini Jadi Pisang Raja
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Episode 1. He's A Real Hot Man
2
Episode 2. Gosip Hot Menyebar
3
Episode 3. Calon Suami Livia
4
Episode 4. Apakah Livia Siap Jadi Istri?
5
Episode 5. Menggaruk Barang Terlarang
6
Episode 6. Memeluk Hot Man
7
Episode 7. Livia Gak Bakal Mau Menikah Dengan Norman
8
Episode 8. VISUAL
9
Episode 9. Ferdi Jual Diri
10
Episode 10. Livia Disuruh Berhenti Kuliah
11
Episode 11. Siapa Yang Membayari Uang Kos Livia?
12
Episode 12. Permintaan M*ksiat
13
Episode 13. Keenakan Dan Kesakitan
14
Episode 14. Tiga Ronde
15
Episode 15. Livia Cemburu Ke Meli
16
Episode 16. Bapak Tiri Yang Mencurigakan.
17
Episode 17. So Sweet
18
Episode 18. Benarkah Norman Dan Meli Tak Berpacaran?
19
Episode 19. Bu Luna Sudah Booking Kamar Hotel
20
Episode 20. Di Kamar Mandi
21
Episode 21. Sanggupkah Menahan Gairah?
22
Episode 22. Dipaksa Menikah
23
Episode 23. Belum Siap Jadi Istri
24
Episode 24. Merahasiakan Pernikahan
25
Episode 25. Anu Lo Kenapa?
26
Episode 26. Norman Membuat Bu Luna Tak Berdaya
27
Episode 27. Takut Perih
28
Episode 28. Ingat Enaknya Lupa Sakitnya
29
Episode 29. Sisi Lain Norman Yang Tak Diketahui Livia
30
Episode 30. Tidur Dengan Banyak Orang Agar Sukses
31
Episode 31. Romantis Di Cirebon
32
Episode 32. Ular Di Ranjang
33
Episode 33. Saat Ira Jadi Perkasa
34
Episode 34. Rejeki Besar
35
Episode 35. The Sweetest Gift
36
Episode 36. Romantic Night
37
Episode 37. Bisnis Kopi Penguat Stamina Lelaki
38
Episode 38. Keserimpet Bijinya Sendiri
39
Episode 39. Apakah Livia Hamil?
40
Episode 40. Dua Garis Biru
41
Episode 41. Menikmati Lontong Raksasa
42
Episode 42. Suami Perhatian Dan Sayang Istri
43
Episode 43. Kemal Wan Basar
44
Episode 44. Jendolannya Enggak Nahan
45
Episode 45. Meli Tersedak Pisang
46
episode 46. Golden Monkey Alias Kera Mas
47
Episode 47. Meli Duduk Di Atas Botol
48
Episode 48. Bertemu Mbak Ega Telapemnya
49
Episode 49. Semak Belukar Di Bawah Pusar
50
Episode 50. Toko TAMPA BUSANA
51
Episode 51. Livia Marah Dan Cemburu Berat
52
Episode 52. Cewek Bohay Idola Para Cowok Jomblo
53
Episode 53. Kalau Lagi Kepengen Pinter Merayu
54
Episode 54. Diajak Ke Lampung
55
Episode 55. Mertua Lelaki Yang Cacat Tapi Keras Wataknya
56
Episode 56. Alasan Norman Menjadi Gigolo
57
Episode 57. Malam Penuh Bintang Di Pulau Kilauan
58
Episode 58. Bebas Merdeka Seperti Lumba-Lumba
59
Episode 59. Sam Beloncom Naksir Kiki
60
Episode 60. Kiki Tahu Livia Dan Norman Sudah Menikah
61
Episode 61. Melon Gede Tinggal Diperah
62
Episode 62. Kiki VS Mbak Mulan Jamilah
63
Episode 63. Niken Dorbautnya Semaput
64
Episode 64. Sama-Sama Nafsuan
65
Episode 65. Menjaga Rahasia Apem Keriput
66
Episode 66. Semata Urusan Nafsu
67
Episode 67. Ira Ditangkap
68
Episode 68. Pak Gede Pisangmini
69
Episode 69. Berharap Pisang Mini Jadi Pisang Raja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!