“Huuhh!” Norman mendengus jengkel. “Orang tua gue emang orang miskin di kampung.” Ia menatap Livia. “Terus apa salahnya kalo gue punya duit?!”
Livia tak menjawab. Sebenarnya ia bingung karena tak sepenuhnya mengerti hubungan kalimat pertama dan kedua yang diucapkan Norman.
“Lo gak tau susahnya orang cari duit!” Norman senyum sinis.
Cara bicara lelaki ini jelas menunjukkan ia tersinggung dan mau marah. Livia jadi serba salah mau ngomong apa lagi.
“Naik!” Norman menyuruh Livia naik ke boncengan motornya. "Buruan!"
Livia segera naik ke boncengan motor Norman.
“Jangan ngebut lo ya.” Livia mengingatkan. “Gue bawa laptop baru. Entar laptop ini jatuh, lo mesti ganti lagi.”
“Bawel lo!”
BRRRMM! Norman melajukan motornya.
Mereka kembali pulang menuju ke rumah kos Livia. Motor berjalan laju tapi tak kencang seperti saat hendak pergi sehingga Livia agak tenang di boncengan Norman. Kotak berisi laptop sengaja ditaruh Livia di antara tubuhnya dan punggung Norman sehingga dadanya tak perlu bersentuhan dengan lelaki galak ini.
Sepertinya perjalanan pulang terasa lebih cepat.
Motor pun tiba di depan rumah kos Livia. Gadis itu turun dari boncengan motor sambil memegang laptop barunya.
“Terima kasih lo udah gantiin laptop gue yang rusak.”
Norman mau bicara tapi hand phone nya berbunyi. Lelaki itu menatap hand phonenya. Ia langsung tersenyum dan menerima telpon yang masuk.
“Iya. sayang.” Ia mendengarkan jawaban di seberang. Tersenyum lagi lalu mengangguk. “Oke. Di tempat biasa? Setengah jam lagi aku sampe.”
Livia mendengarkan Norman bicara sambil memperhatikan ekspresi wajah lelaki itu. Livia menduga Meli yang baru saja menelpon Norman. Buktinya wajah lelaki ini sumringah. Tentu ia bahagia akan bertemu Meli, pacarnya.
“Oke. Ini aku langsung kesana.” Norman tertawa sambil menelpon. “Ha ha ha. Aku siap terus soal itu sih. Pasti dong. See ya. Muaahhh…!” Norman kasih kiss bye.
Lalu ia menutup telponnya. Ditatapnya Livia “Gue cabut. Lo gak usah bawel minta ganti apa-apa lagi karena laptop lo udah gue ganti!”
“Siapa juga minta ganti yang lain?” Livia sewot. Tadi ia sempat bilang terima kasih pun tak dijawab Norman.
Lantas Lelaki itu menderumkan motornya. BRRRMMM! Motor pergi begitu saja tanpa Norman menoleh sedikit pun ke Livia.
Livia geleng-geleng kepala. Lantas masuk ke halaman rumah kosnya. Kedua teman cewek yang kos bareng dengannya muncul di teras. Keduanya sudah mandi dan berpakaian rapi, terlihat cantik pake lipstick. Kedua gadis itu bernama Mimi dan Susi. Bapak kos yang sudah pensiunan pernah salah memanggil keduanya sekaligus “Mimi susu…!” sehingga Bu Hartini saat itu cemberut sepanjang hari ke suaminya.
“Mana si Hot Man?” Tanya Mimi. “Gue sudah sengaja mandi dan dandan biar ketemu dia?”
“Sudah cabut. Dia buru-buru mau ketemu pacarnya. Si Meli.” Jawab Livia.
“Wah, sayang ya dia sudah punya pacar.” Susi kecewa. “Gue udah dandan cantik begini karena ngarep siapa tau Norman khilaf dan mau jadiiin gue selingkuhannya.”
Kedua gadis itu tertawa cekikikan.
“Gue juga mau jadi selingkuhan si Norman.” Mimi ngakak. “Pasti asik kalau meluk atau dipeluk lelaki macho kayak dia.”
Tapi livia gak ketawa. “Kalo lo berdua tau galaknya si Norman, kalian gak bakal suka ama dia! Norman itu ketus lho orangnya.”
“Ah, masa sih?” Susi gak percaya.
“Lah, gue kan habis jalan sama dia. Sepanjang jalan gue dijutekin terus. Ngomongnya juga galak! Semoga gue gak punya suami kayak dia. Mana kelakuannya parah. Kemarin gue lihat dia begituan di kampus sama si Meli. Laki-laki nafsuan gitu amit-amit deh kalo sampe jadi suami gue!”
“Eh, jangan gitu.” sahut Meli. “Siapa tau kan? Tiba-tiba dia suka sama lo dan lo suka sama dia. Terus dia ngajak nikah. Dia jadi suami lo?”
“Gak bakal! Gue pasti nolak!” kata Livia yakin. Ia terus berjalan masuk rumah sambil menenteng lap top barunya. "Gak bakal terjadi dalam hidup gue mau nikah sama lelaki resek kayak gitu! Gue cukup punya otak untuk milih lelaki yang baik untuk jadi suami gue.”
Mimi Susu, eh Mimi dan Susi hanya bisa saling berpandangan mendengar ucapan Livia.
*
Sore itu Mall Taman Anggrek tidak terlalu ramai pengunjung. Mungkin karena sedang tanggung bulan.
Irawan dan tiga temannya para penari lelaki berjalan dengan lincah di dalam mall sambil ngobrol seru.
“Aih, yeiy lihat gak cyiin? Waktu latihan nari tadi eike lihat penyanyi Shakira Antik melonnya tambah gede deh.”
“Diih. Ngapain dilihatin?” Temannya menyahut. “Eike mah gak nafsu lihat melon ciwik-ciwik.”
“Iya ya. Kita kan nafsunya lihat pisang.”
“Apalagi pisang tanduk.” Yang lain menimpali. “Eike paling doyan. Mantap kalo kena tanduknya.” Lelaki kemayu itu ketawa cekikikan kayak kuntilanak nyasar ke mall.
“Iya. bisa merem-merem ya cyyinn kalo kena sodok pisang tanduk.” Ira ketawa genit.
“Malah ngebahas pisang deh iih. Temanin eike beli skin care dulu yuk Cyyiin.”
“Eh iya. eike juga butuh lotion dan hand cream biar kulit gak kering seharian di studio tari yang dingin.”
Irawan ingat. “Ira juga mau beli Lip balm biar bibir Ira tetap basah merekah menggoda."
Berempat lelaki kemayu itu memasuki sebuah Departemen Store yang terkenal menjual barang-barang mewah dan mahal. Mereka langsung menuju counter alat kosmetik dan perawatan kulit yang ada di lantai satu Departemen Store tersebut.
Ketiga teman Irawan sibuk memilih produk yang mereka ingin beli. Namun, irawan terpana. Ia melihat seorang lelaki muda bertubuh kekar dan perempuan berumur sekitar empat puluhan. Si perempuan berambut pendek itu berwajah cukup cantik. Penampilannya jelas terlihat orang kaya yang banyak duitnya. Di tangan si perempuan ada sebuah kantong belanjaan kecil. Irawan menebak perempuan itu baru saja membeli dompet mahal di departemen store tadi.
Si perempuan terus pergi dengan lelaki muda tersebut. Tanpa sadar Irawan menguntit kedua orang itu.
Pasangan itu terus berjalan ke arah deretan toko pakaian dengan merk terkenal. Di sebuah toko pakaian dalam si perempuan berambut pendek mengangguk ke si lelaki muda. Lelaki muda itu tersenyum. ia memberi kode dengan tangannya seolah bilang, ‘terserah kalo lo mau belanja disitu.’ Si perempuan terus masuk ke toko.
Lelaki tadi tak ikut masuk. Sepertinya risih karena toko itu khusus menjual celana dalam, beha dan pakaian dalam wanita. Ia menunggu di depan toko.
Irawan kenal lelaki muda itu. Ia penasaran sehingga terus mengamati.
Tiba-tiba lelaki itu menoleh ke arah Irawan. Ah, untung Irawan sempat ngumpet di balik pintu sebuah toko sehingga tak terlihat jelas.
“Lho? Kamu kok disini, Ferdi?” Terdengar suara seorang perempuan terpekik gembira.
Irawan kembali mengintip. Dilihatnya seorang perempuan berumur lima puluhan berambut sebahu dengan model rambut yang bergaya muncul. Perempuan yang baru datang memeluk si lelaki muda itu. “Ayo, ke tempatku Ferdi. Aku kangen lho sama kamu.” Dia menarik si lelaki hendak mengajaknya pergi.
Dahi Irawan berkerinyut mendengar nama itu.
Ferdi? Sejak kapan lelaki itu dipanggil Ferdi?
“Nng.. saya lagi…” Lelaki yang dipanggil Ferdi mencoba menjelaskan.
“Ayolah ke rumahku. Aku sudah mau cerai sama suamiku lho. Di rumah sudah gak ada yang ganggu kalo kamu ke rumahku.” Si perempuan setengah baya tetap mau mengajak lelaki itu pergi.
Dari toko tadi keluar perempuan berambut pendek yang pertama dilihat Irawan.
“Apa-apaan ini? Ferdi lagi jalan sama aku!” perempuan berambut pendek berkata jutek. Ia mendorong perempuan yang lebih tua itu.
“Kasar amat kamu? Ferdi ini biasa nemanin aku kok!” Si perempuan yang lebih tua gak terima didorong. Ia balas mendorong si perempuan berambut pendek.
Perempuan berambut pendek terhuyung didorong. Ia jengkel karena hampir jatuh. “Berani kamu sama aku?!”
Huuppp! Si perempuan berambut pendek menghambur. Ia menjambak rambut si perempuan yang lebih tua. Yang dijambak membalas. Keduanya berkelahi saling jambak-jambakan rambut.
Lelaki yang dipanggil Ferdi mencoba memisahkan kedua perempuan tersebut. “Stop..! jangan berantem!”
“Perempuan gatel ini yang dorong aku duluan!” Si perempuan tua gak terima dan kembali menjambak perempuan berambut pendek. Kesal karena dijambak, perempuan muda balas menjambak.
Dari arah Departemen Store tadi muncul tiga orang lelaki kemayu. Mereka melihat Irawan sedang menatap dua perempuan berkelahi dengan seru, saling jambak-jambakan rambut.
“Aih, seru ya cyiiinn berantemnya.”
“Taruhan yuk cyiiin. Eike pilih yang lebih tuwir yang menang…!”
BERSAMBUNG……
Semoga reader terhibur, Kalau suka cerita ini silakan kasih LIKE, VOTE dan KOMEN.
Reader juga bisa mampir membaca buku Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS
(tamat, ceritanya super seru dan lucu)
2. ISTRI YANG TERSIKSA
(tamat, novel yang bikin baper dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE
(yang ini ceritanya seru dan gila, lucu pake banget)
Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
ngakak abissss......
2023-02-04
0
Muhammad Iqbal
gue suka bacanya.... banyak terjadi didunia nyata .. ini pengalaman mu ya Thor apik bener karakternya....
2023-02-04
0
@Ani Nur Meilan
🤣🤣🤣🤣🤣brebutan brondong..
2021-06-10
0