Kehangatan itu berlanjut. Norman sudah ahli dalam melakukan itu. Bibirnya mencecah lembut bibir Livia. M*magut terus menerus.
Livia bukan seorang perempuan yang pandai dalam hal demikian. Tapi urusan keahlian dan kepandaian ternyata kalah oleh perasaan. Yang terjadi pada Livia saat itu ia suka dan menikmati apa yang dilakukan Norman. Gejolak bawah sadarnya membiarkan Norman melakukan itu karena tak bisa dipungkiri ada bagian dari jiwanya yang menyambut kehangatan itu dengan bergairah. Tubuh Livia pun seolah terbakar kehangatan. Ia lanjut membalas apa yang dilakukan Norman.
Lalu tangan Norman beraksi ke tubuh gadis itu. Livia memejamkan mata. Tak sadar membiarkan Norman melakukannya.
“Auuuwww. Ini sih adegan 18 plus plus deh ah.” Sebuah suara terpekik.
“Seru, cyiiinn… Lanjutkan!”
“Ow, ow. Eike terbakar nafsu deh lihatnya.”
“Aihhh. Kenapa berhenti?”
DEEGG! Norman dan Livia berhenti melakukan aksi mereka. Kaget keduanya menoleh. Ternyata ada Irawan dan 3 lelaki temannya datang ke restoran itu. Rupanya mereka sedang mencari meja hendak makan dan melihat Norman serta Livia berci*man mesra.
“Kacrut! Ngapain lo ganggu gue?!” Norman melotot ke Irawan. “Pake bawa rombongan lenong lagi!”
“Aih. Siapa yang ganggu deh ah?!” Irawan kesal. “Tak sudi tak sudi tak sudi Ira dibilang ngeganggu. Ira sama teman-teman mau makan disini. Emang gak boleh?!”
“Kami bukan rombongan lenong!” Sungut seorang teman Ira.
“Kami adalah Sweet Boys! Group dancer terkenal dunia akhirat.”
Norman males banget mendengar mereka bicara. Tapi mahluk-mahluk itu malah memperkenalkan diri.
“Selamat bertemu dengan personil Sweet Boys. Nama eike, Ika.”
“Nama eike, Ita.”
“Nama eike, Ida.”
“Dan eike mestinya gak usah dikenalin lagi deh ah. Nama eike, Ira. Yang paling manis tapi paling beracun di group Sweet Boys.”
“Bukan hanya disukai manusia. Banyak setan dan iblis menyukai Sweet Boys, group dancer ternama!” Tambah ika dengan gemulai.
Norman mau muntah mendengar mereka memperkenalkan diri. “Masa bodo!” Norman jengkel menatap teman-teman Ira. “Gue gak nanya dan gak pengen tau kumpulan keong racun!”
Livia pernah ketemu dengan teman-teman Irawan ini karena pernah dikenalin saat mereka pernah menjemput Ira di kampus. Livia sudah berapa kali ngobrol dengan mereka. Jadi Livia kenal dengan mahluk-mahluk manis asem asin ini.
“Hai Ika, Ida, Ira, Ita…” Livia kasih tangan ke mereka sebagai say hi.
“Hai juga Via.” Kata Ida. “Ternyata yeiy pacaran sama Hot Man ya?”
DEEGG! Livia kaget ditanya begitu.
“Ah, enggak.” Livia menatap Norman dengan gak enak hati. “Kami cuma teman.” Buru-buru livia menjelaskan ke Sweet Boys.
“Dengan kemesraan seperti tadi yang membuat bunga-bunga seperti kami tersipu malu? Ita gak percaya meski yeiy bilang dia bukan pacar yeiy?”
“Bener katamu wahai Ita sang bunga bangkai.” Sahut dancer lainnya. “Sudah pasti mereka ini berpacaran!”
“Eike setuju ucapanmu wahai Ika sang bunga berduri.” Kata dancer lainnya. “Tentulah wanita dan pria di depan kita ini memadu kasih.”
“Setuju dengan ucapanmu wahai Ida sang bunga pasir.” Tambah lainnya.
“Aih, kok eike dibilang bunga pasir? Bunga pasir mah eek kucing kali ah.”
“Ngomong apa sih kalian ini? Pergi! Pergi lo semua!” Norman kesal. “Ganggu orang aja! Gue pengen makan! Sana pergi lo semua!”
“Aih kita diusir.” Ita cemberut.
“Cepat pergi lo semua! Atau mau gue hajar?!” Norman melotot.
“Aih, ogah eike kalo dihajar. Kalau dibelai-belai belalai eike mau!”
“Eike juga mau dibelai-belai belalai.”
“Gue siram juga lo pada!”Norman mengambil gelas berisi jus jeruk di depannya. Siap disiramkan ke para mahluk gak jelas itu.
“Aihh, kabuur, cyinn!” Ira terpekik. “Mari kawan-kawan para peri bunga. Selamatkan diri kalian masing-masing!”
“Cap cuuuss, cyyiinn…!” Lantas keempat orang itu berlarian dengan kemayu melarikan diri ke neraka, eh melarikan diri ke bagian lain restoran.
Livia memperhatikan Ira dan kawan-kawan pergi tanpa komentar.
“Resek mereka!” Norman bersungut. “Enggak bisa lihat orang asik apa?! Pake diganggu segala.”
Livia menunduk. Wajahnya memerah. “Mereka gak salah. Kita yang salah.”
“Kok kita yang salah?” Norman menatap Livia dengan pandangan menyelidik. Seolah mencari jawaban di mata gadis itu.
“Karena kita gak pantas melakukan tadi di tempat umum.” Livia mengusap bibirnya pake tisu. Seperti hendak menghapus bekas bibir Norman yang mampir cukup lama di tempat itu. Entah kenapa kehangatan bibir Norman seolah masih terasa menempel disitu.
“Maaafin, gue.” Norman berkata lembut. Cara bicaranya membuat hati Livia bergetar. “Gue yang terbawa suasana sampe gak sadar nyium lo. Mestinya gue bisa nahan diri.”
“Gak apa. Gue juga gak sadar sampai membiarkan lo melakukan itu.” Livia mencoba memaksakan diri tersenyum. Padahal senyumnya jelek banget karena terpaksa. Suara Livia pahit. “Gue lupa lo udah punya pacar.”
DEEGG! Norman kaget livia bilang demikian.
“Pacar? Siapa pacar gue?!” Suara Norman kayak mau ketawa.
Livia berjengit. “Pake nanya lagi. Ya Meli lah Semua orang di kampus tau kalo lo pacaran sama Meli.” Suaranya dibuat melunak agar tak terkesan cemburu.
Norman tertawa beneran. “Oh, si Meli?” Norman garuk-garuk kepala. “Gimana ya? Jadi bingung gue ngejelasinnya. Tapi yang jelas, Gue kasih tau lo! Meli bukan pacar gue!”
“Whaat??!” Livia kaget beneran. Ganti dia yang menatap Norman dengan pandangan menyelidik. “Lo gak usah ngeles lah. Lo sama Meli kemana-mana berdua sampe dibilang pasangan paling hot di kampus. Semua orang di kampus tau kalian pacaran. Kenapa lo tiba-tiba gak ngaku Meli pacar lo?”
“Ya karena gue sama Meli emang gak pacaran!” Tandas Norman.
Livia semakin bingung.
Norman senyum kecil. “Entar deh. Kapan-kapan gue ceritain ke lo. Tapi gak sekarang.”
Sebenarnya Livia kepo mendengar itu. Pengen tahu pake banget kenapa Norman bilang Meli bukan pacarnya. Tapi sikap Norman menunjukkan keengganan lelaki itu untuk bercerita lebih banyak.
“Chicken cordon bleu lo udah dingin.” Norman menunjuk hidangan di piring di depan Livia. “Makanlah. Kurang enak kalo ayamnya sudah dingin.”
Livia pun menyantap ayam yang diolah gurih itu. “Masih enak kok ayamnya….” Ia mengunyah pelan sambil masih memikirkan kalimat Norman yang sebelumnya.
Apa benar Norman dan Meli enggak berpacaran?
*
“Yang bener lo, Ra?” Kiki menatap Ira.
Pagi di hari senin itu, Kiki dan Ira ada di pojokan kiri depan gedung A. Di dekat taman. Sedang ngobrol sambil menunggu jam masuk kuliah yang masih 20 menit lagi. Meski masih pagi tapi sudah cukup banyak mahasiswa seliweran di kampus.
“Bener, Ki. Masa Ira bohong.” Tandas Ira. “Bukan cuma Ira yang lihat Norman c*uman terus grepe-grepein Via. Teman-teman Ira para peri bunga lihat semua. Hot banget deh Ki adegannya. Rahim Ira sampe cenat-cenut lihat mereka terpacu nafsu. Terus si Vianya juga kayak nikmatin banget gitu, Ki.”
“Woww.” Suara Kiki aneh. “Asli gue kagum bercampur jealous kalo gini. Bisa-bisanya Norman mesra berani grepe-grepein Via.”
“Norman gak bakal keasikan main grepe kalo Vianya nolak kan Ki? Ira yakin Vianya juga suka deh. Mereka sama sama suka, saling suka. Suka suka saling mesra.”
“Wuiihh. Sebenarnya gue emang curiga si Via suka sama Norman. Makanya si Via suka Norman grepe-grepein dia!” Kiki mengambil kesimpulan sendiri.
DOEENGG! Sebuah tangan tiba-tiba terjulur ke arah kepala Kiki dan mendorongnya. Kaget Kiki karena tangan itu mendorong keras membuatnya nyaris tersungkur.
“Lo ngomong apa kesemek busuk?!” Sebuah suara jutek terdengar.
Kiki dan Ira menoleh. Ada cewek membusungkan dadanya di depan mereka.
Kiki menghela nafas. Gak suka melihat siapa yang datang.
“Gue tanya sama lo gendut!” Cewek itu melotot ke Kiki. “Siapa yang grepe-grepein si Via?!”
“Si Nor….” Kiki mau nyaut tapi gak diterusin. “Gak tau ah, Kiki juga cuma dengar cerita.”
“Eike juga gak tau.” Ira mengangkat kedua tangan. "Jangan tanya eike soal itu." Ira takut cewek di depannya marah. “Ayo, Ki. Lebih baik kita pergi dari singa betina buas ini. Dari pada diterkam singa, lebih baik Ira diterkam buaya. Apalagi buaya darat.”
Buru-buru Kiki dan Ira pergi meninggalkan cewek berdada besar itu. Si cewek gemuruh dadanya menahan amarah.
Kiki dan Ira terus jalan ke bagian depan dekat lobby gedung A.
Dari arah gerbang kampus terlihat sebuah motor muncul. Motor memperlambat lajunya lantas berhenti di depan gedung A. Tampak Norman dan Livia berboncengan di motor itu. Livia lantas turun dari motor Norman. ia menatap manis ke Norman.
Ada mata yang melotot ganas melihat Livia turun dari motor itu.
Kiki menoleh. Ia mencolek Ira. “Si Meli ngelihat Via dibonceng Norman…”
“Aihhh…” Irawan terpekik. “Bakal terjadi pertarungan seru ini. Akan terjadi kekacauan di kampus kita.… Ya Tuhan selamatkan hambaMu yang indah ini dari kekacauan yang akan timbul jika singa betina itu menyerang Via.”
BERSAMBUNG….
Hallo readers semuanya. Maafin lagi author ya karena baru bisa up episode baru hari ini. Maklumlah author sedang menulis skenario Jodoh Wasiat Bapak 2 yang tayang setiap hari jam 9 malam di ANTV. Jangan lupa nonton sinetron itu ya.
Oh, iya. Hampir lupa. Reader juga boleh kasih LIKE, VOTE dan KOMEN kalau suka cerita ini.
Sambil menunggu up episode baru, Reader juga bisa mampir membaca buku Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS
(tamat, ceritanya super seru dan lucu)
2. ISTRI YANG TERSIKSA
(tamat, novel yang banyak adegan dewasa dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE
(tamat, ceritanya seru dan gila, lucu pake banget)
Happy reading. Semoga sehat, bahagia dan berlimpah rejeki buat pembaca karya Fresh Nazar semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
herman deh ira dimna2 ada wkkwk jengkel2 dah si norma
2021-04-19
0
Bagus Effendik
novel T O H dan Novel Rudi & Rindu
hadir kembali pak maaf telat
2021-03-31
0
Sang Dewi
dua like balasan hihi
2021-03-24
0