Lelaki muda berkulit putih dengan rambut ikal yang dipotong cepak itu melihat kegalauan di wajah Livia. Ditaruhnya amplop berisi uang di tangan gadis di depannya.
“Ambil. Kamu gak sekedar perlu uang buat bayar kos. Kamu juga perlu uang buat makan dan keperluan sehari-hari kan?”
“Tapi….” Masih rada enggan Livia menerimanya. Padahal memang mikir kalau dia butuh. “Kenapa orang ini ngasih uang ke saya? Apa dia kenal baik sama saya?”
“Mungkin aja. Saya cuma disuruh nganter uang ini.”
“Dia yang ngasih uang ini? Lelaki atau perempuan?” Livia mencecar. Kepo banget siapa orang yang sudah berbaik hati mau menolongnya.
“Saya gak boleh bilang." Lelaki itu tersenyum simpul menjaga rahasia. "Oke, ya. Saya masih ada urusan lain. Semoga uang ini bermanfaat.” Lantas dia keluar dari halaman rumah.
“Heiii….!” Livia memanggil.
Lelaki itu sudah di atas motornya. BRRMMM. Ia menoleh ke Livia. Melambaikan tangan. lalu motornya melaju pergi meninggalkan rumah kos.
Termangu Livia di teras rumah. Padahal ia mau ngomong. 'Tolong bilang terima kasih ke yang ngasih duit.' Tapi lelaki itu sudah jauh pergi.
Lantas iseng Livia membuka amplop. Ternyata uang di dalam amplop ada lembaran seratus ribuan. Ada juga lima puluh ribuan. Kala dihitung jumlah totalnya lima juta rupiah. Persis.
“Banyak sekali uang ini bagi orang yang butuh kayak aku?” Livia tertegun. “Siapa orang baik hati itu?”
“Wuiiihh, yang lagi tajir.” Mimi berteriak. “Bagi duitnya dong.”
Mimi bersama Susi muncul dari dalam rumah. Seperti biasa belum mandi. Memang kedua perempuan ini kompak. Sama-sama kuliah di Fakultas Hukum. Sama-sama dari Sukabumi. Sama-sama banyak jerawat di wajahnya. Dan sama-sama jomblo.
“Banyak duit lo, Via.” Susi terkesima melihat Livia pegang amplop berisi duit. “Ibu lo panen raya di kampung?”
“Ibu gue, malah udah gak bisa panen. Kebun orang tua gue pada dijualin.” Jujur Livia. “Ini ada orang baik hati, gak tau siapa tiba-tiba ngasih duit ke gue.”
“Wow. Pasti orang itu pengagum rahasia lo?” Tebak Mimi.
“Pastinya. Gue tebak itu orang suka banget sama lo. Dia cinta sama lo makanya bela-belain ngasih lo duit banyak.” Timpal Susi.
“Nah, siapakah orang itu?” Goda Mimi. “Pastilah dia yang sudah pernah blang cinta atau diam-diam cinta pada adik Livia yang manis ini.”
Masuk di akal juga omongan kedua mahluk berjerawat ini. Tiba-tiba Livia melihat wajah Mimi Susu, eh Mimi Susi kinclong bersinar tanpa jerawat. Flawless.
“Thanks. Berkat kalian akhirnya… Gue tau siapa yang ngasih gue uang ini.” Livia senyum kepada Mimi dan Susi.
*
“Siapa tuh orangnya?” Wajah Ira penuh harap bertanya. “Katakan padaku hai tukang kayu. Bagaimana caranya menebang kayu? Aih, itu lagu anak-anak jaman Nenek Eike masih perawan kegatelan. Kasih tau Ira dong Via. Siapa yang ngasih Via duta sebegindang?”
Livia senyum aja.
“Kasih tau gue dong?” Kata Kiki. “Gue juga kepo siapa orang yang ngasih duit ke lo?’
Livia kembali senyum. Gak mau jawab.
“Lima jeti, Bo. Hari gini, orang pada susah cari duit. Ada yang rela ngasih duit banyak ke lo.” Kata Kiki lagi.
“Aaiihh. Ira jadi khawatir? Mungkinkah yang ngasih yeiy duit sebanyak ini pemilik tuyul maruyul, Via?”
“Ah, lo. Otak lo serem bener.” Kiki protes ke Ira. “Hari gini masih bilang tuyul.”
“Ye kan, pemilik tuyul yang cari duit paling mudah, Cyiin. Dia tinggal suruh tuyulnya beraksi cari duit. Sementara dia di rumah, ongkang-ongkang kaki di ranjang. Mau bugil seharian em el sama pacarnya dia bisa.”
“Jorok lo ah!”
“Aiihh, got kalee yang jorok.” Ira senyum gak tau malu. Ia beralih menatap Via. Bosan melihat muka Kiki yang bulat kayak bakpao. “Ayo dong, Via. Kasih tau siapa yang ngasih duit ke yeiy? Ira kepo banget ini lho sampe rahim Ira cenat-cenut nahan kentut.”
“Nanti lo sama Kiki bisa lihat sendiri orangnya.” Akhirnya Livia ngasih tau. “Ini gue mau bilang terima kasih ke dia.”
“Oh, akhirnya teka-teki misterius ini akan terjawab.” Ira girang. “Tanda tanya besar di kepala eike akan menghilang berganti tanda dilarang merokok. Aih, merokok pisang kalee ah dilarang. Kan merokok pisang gak ada asapnya. makanya dilarang. Hi hi hi hi.” Ira geli sendiri.
“Ngomong jorok terus lo, Ra. Sudah sana, Via. Lo bilang makasih ke orang yang sudah ngasih lo duit.” Kiki rada maksa Livia. “Biar dia tau kalo lo orangnya tau berterima kasih.”
Livia mengangguk. “Oke. Gue datangin orang baik hati ini.”
Livia segera pergi.
SRRTTT. Irawan dan kiki membuntuti di belakangnya. “Jangan cepat-cepat jalannya kayak emak-emak mau dikasih suaminya pisang, Ki. Kita harus lambat dikit kayak emak-emak di tanggal tua. Mau jalan-jalan kemana aja berat karena duitnya cekak.”
Itulah sebabnya Irawan dan Kiki berjalan pelan-pelan, membiarkan Livia berjalan lebih dulu.
Kedua orang mahluk ajaib itu, Kiki yang gendut pendek rada galak dan Irawan yang kurus tinggi langsing dada rata, tinggi dan kemayu, terbelalak melihat Livia berjalan ke arah ruang dosen.
“Oh, jadi si Bapak itu yang ngasih Livia duit.” Kiki menganggguk paham.
Orang yang mau didatangi Livia, keluar dari ruang dosen. Ia berjalan sambil membawa setumpuk berkas.
“Selamat siang, Pak Bagus.” Livia tersenyum ke lelaki itu.
“Oh, kamu.” Pak Bagus senang didatangi Livia. ”Ada apa? Tumben kamu nyari saya?”
“Saya mau ngucapin terima kasih , Pak. Uang dari Bapak sudah saya terima.” Livia berkata hormat. Walau lelaki ini suka padanya tapi Pak Bagus tetaplah dosennya. Itu sebabnya Livia berkata dengan nada formal.
Mendengar ucapan Livia, Pak Bagus melongo. Wajahnya yang biasa serius tiba-tiba jadi aneh. Dibetulkannya kaca mata. Ditatapnya Livia. “Kamu ngomong apa?”
“Saya bilang terima kasih. Uang 5 juta dari bapak sudah saya terima. Sudah saya bayarin kos sekaligus 3 bulan. Sisanya masih banyak saya simpan.”
Pak Bagus menatap Livia seperti menatap Kekeyi Putri Cantika. Dibilang aneh ya emang aneh.
“Kamu ngigau atau apa? Kamu gak sakit kepala atau apa kan?”
“Maksud Bapak?” heran Livia karena Pak Bagus kebingungan.
“Saya gak ngasih kamu duit. Kenapa kamu bilang terima kasih ke saya?”
DEEGG! Livia kaget. Ia menatap Pak Bagus seperti tak percaya.
”Aih, kaget eike.” pekik Irawan yang mengintip di samping Kiki. Sampe kejedot kepala Ira kena tembok. “Aih, sakit deh kepala eike. Tembok kok jahat sama Ira.” Ira mukulin tembok dengan manjaaah.
Sementara itu wajah Livia memerah bak tomat kematengan diinjak sampe pecah. “Maaf, Pak. Saya kira Bapak yang ngasih saya duit. Permisi, Pak.” Livia buru-buru pergi sambil menahan malu.
Pak Bagus masih menatap Livia pergi dengan bingung.
“Siapa yang ngasih Via duit?” Gantian Pak Bagus yang penuh tanda tanya.
*
Sementara itu di depan sebuah ruangan di lantai 5 ada Meli tengah bicara bersama Norman.
“Gue doain lo berhasil. Skripsi lo dilancarin sama Bu Luna Kalniya.” Kata Meli. Ia lantas mengecup pipi Norman
“Siipp. Semoga berhasil.”
Norman masuk ke ruangan itu. Sebuah ruang kerja dosen yang agak terpisah dari ruang lainnya.
“Selamat siang, Bu Luna Kalniya. Saya mau nanyain skripsi saya yang sudah sampe bab tiga.” Norman berkata hormat kepada perempuan di dalam ruangan itu. Seorang perempuan gendut berkaca mata berambut sebahu berdada super besar. Umurnya sudah 41 tahun, belum menikah.
“Oh, skripsi kamu? Sudah. Sudah saya baca kok.” Kata perempuan itu ramah. Ia membetulkan kaca matanya menatap Norman. Ia mengagumi. “Bagus kok skripsi kamu. saya oke aja bab satu sampe bab 3 kamu. Tapi, kamu kan dapat sanksi dari fakultas. Harus nunggu satu semester lagi baru boleh lanjutin skripsi.”
“Iya, Bu Luna.” Norman menangguk. “Tapi kelamaan, Bu kalau saya nunggu satu semester. Padahal sambil nunggu saya bisa melakukan penelitian kalo ibu okein bab satu sampe 3 saya.”
“Oh. Jadi kamu mau nego dengan saya?” Bu Luna Kalniya paham. Ia tersenyum. Didekatinya Norman. Dipegangnya bahu Norman yang tegap.
“Kalau saya lulusin bab satu sampe bab 3 kamu, kamu mau tidur sama saya gitu?”
BERSAMBUNG…..
Semoga suka dengan cerita sederhana ini. Kasih LIKE, VOTE dan KOMEN jika berkenan.
Maaf, kalau up nya gak lancar. soalnya Author sedang konsen menulis skenario Jodoh wasiat Bapak 2 yang tayang di ANTV. Sambil menunggu up episode berikutnya, reader bisa membaca karya Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
weny
buset dah
2021-05-20
0
CebReT SeMeDi
bongkoooooo
2021-04-19
0
🌻Ruby Kejora
Like om 🍁🍁
2021-03-26
0