Kiki dan 3 mahasiswi lainnya menatap ketiga orang di dalam ruangan. Kiki memperhatikan baju cewek senior kakak tingkatnya itu berantakan. Rambutnya juga awut-awutan.
“Gak. Gak ada apa-apa!” Sahut cewek senior itu ketus.
“Kok tadi ribut?” Kiki masih penasaran.
“Gak ada apa-apa, gendut!” Hardik cewek itu galak! “Udah gue bilang gak ada apa-apa, masih tanya lo! Gue kempesin entar badan lo yang bengkak!”
Kiki terdiam. Dia sensitif banget kalo dibilang gendut meski aslinya memang gendut.
Cewek senior itu menatap galak ke Livia. “Awas kalo lo cerita ke yang lain!” Didorongnya muka Livia dengan kasar. “Gue habisin lo kalo semua pada tau!”
Cowok tampan di sebelahnya juga menatap galak ke Livia. Tapi tak bicara apa-apa. Hanya menatap galak penuh ancaman.
”Ayo,” Cewek itu menarik lelaki tampan di sampingnya. “Ngapain ngeladenin cewek-cewek rempong begini!”
Kedua orang itu pergi dengan bergegas.
Livia menatap kedua orang itu pergi dengan jengkel. Lantas menatap lap topnya yang masih di lantai. dengan perasaan sedih. Diambilnya lap top itu. Tersentak Livia. Ada bekas jejak sepatu di atas lap top. Kelihatan lap topnya kotor. Kala dibuka terlihat layar lap topnya pecah retak. Mungkin lap top itu habis keinjak salah satu dari kakak senior tadi.
“Lap top gue….” Livia mau nangis kala memperhatikan lap topnya.
“Aiihh, ada apa sih? Kok kumpul rame-rame gini kayak mau panen padi di sawah?” Muncul seorang cowok langsing kemayu dari arah samping ruangan.
Livia kenal cowok kemayu itu. Irawan namanya. Biasa dipanggil Ira.
Livia diam aja gak nyautin Ira. Ia masih sedih menatap lap top. Rasanya pengen nangis melihat lap top itu hancur.
“Aih, Ira dicuekin. Jahat ya semua sama Ira….” Bibir cowok kemayu cemberut.
“Tadi Livia ribut sama kakak senior kita si Meli sama Norman.” Kiki yang menyahuti Irawan.
“Oh, pasangan buah melon gedong dan pisang gedong itu. Pasangan super hot on campus.” Irawan yang seorang dancer di group penari terkenal dan sering muncul di TV sebagai penari latar ini langsung antusias. “Tadi Ira lihat mereka di depan situ. Pergi buru-buru. Ira terpesona melihat idola Ira, Bang Norman yang gagah perkos* lewat dengan tampan tapi sambil betulin celana. Terus Ira lihat kok pisangnya bang Norman bengkak. Ira perhatiin si Meli Melon rambutnya berantakan. Bajunya gak rapi. Apa mereka habis gituan disini ya Cyinn?”
Livia terdiam mendengar pertanyaan Irawan.
Kiki dan 3 cewek lainnya menggeleng.
“Gak tau juga. Gue tadi nanya malah dimaki sama si Meli melon gede!” Kiki masih kesal.
“Aih. Terus kenapa lap top yeiy Livia manisku sayangku?” Irawan kepo melihat Livia yang mau nangis melihat lap topnya. “Aih lap topnya retak, cyyinnn. Apa lap top yeiy dirusak sama si Meli melon?”
“Lap top gue jatuh waktu gue digampar si Meli.” Livia akhirnya bicara.
“Auuuww...! Irawan terpekik manja. "Memang zolim. Jahat tiada tara tuh si Meli Melon! Sikapnya sungguh bengis, sadis, kejam abis! Tapi kenapa dia gampar yeiy Livia sayangku? Apa yeiy bikin salah ke Meli Melon sama bang Norman?”
“Gue tadi lihat mereka…….” Livia sudah mau cerita.
DEEGGG! Livia ingat ancaman Meli si seniornya tadi. Dia gak boleh cerita ke orang lain kalau gak mau dihajar Meli lagi. Livia urung meneruskan kalimatnya.
“Kok gak diterusin ceritanya? Kayak cerita bersambung di Noveltoon aja yeiy. Terusin dong ceritanya. Eike penasaran cyyinnn.” Irawan menatap Livia. “Apa jangan-jangan si meli melon sama Bang Norman gituan disini? Kan eike lihat tuh. Baju si Meli berantakan. Terus bang norman rapihin celana dan eike lihat pisangnya bengkak. Bener kan mereka habis gituan di ruangan sini?”
Livia tak menjawab. Dia pergi buru-buru sambil bawa lap topnya yang retak.
“Viaaaa…!” kiki memanggil.
Lalu kiki dan ketiga temannya mengejar Livia yang pergi buru-buru.
“Aihh, jahat ya Ira ditinggal.” Irawan segera pergi mengejar para cewek-cewek tadi.
*
Para mahasiswa semester 6 jurusan marketing dan bisnis di Universitas Megajaya itu berkumpul di lorong kampus di depan ruang kuliah A3. Mereka sedang menunggu jam masuk mata kuliah ‘Bisnis Internasional’ sambil ngobrol.
“Jadi lo belum nge print tugas Bu Karina?” Kiki menatap Livia yang masih sedih. Di tangan Kiki dan mahasiswa lain rata-rata pegang lembaran kertas tugas yang sudah diprint.
“Boro-boro nge print. Tugasnya aja belum gue bikin. Gue belum sempat ngetik.” Livia makin sedih karena tadi nyoba nyalain lap top ternyata lap topnya gak mau nyala. “Mana lap top gue rusak.”
“Kalo lap top lo dirusak sama si meli dan Norman lo minta ganti dong. Biar mereka lebih senior dari kita, lo berhak minta ganti karena sudah dijahatin sama mereka.”
Livia diam. ia gak yakin apakah berani melakukan yang disarankan Kiki.
Sementara di ujung lorong, Irawan sibuk bergosip dengan beberapa mahasiswi. Irawan ini memang temannya cewek semua. Ia mudah akrab dengan cewek. tapi gak akrab dengan para cowok akrena para mahasiswa risih berteman dengan irawan yang terlalu kemayu.
“Itu si Livia dimarahin karena dia lihat pisangnya si Norman digesekin ke melonnya Meli. Wuiihh, pisangnya gede. Bengkaakk…” Irawan bercerita dengan seru. Gak tau dia menyimpulkan cerita itu dari mana. Karena Livia sama sekali gak cerita ke Irawan.
Para mahasiswi itu bengong mendengar cerita Irawan. “Yang bener?”
“Bener lah, cyyinn. Livia sendiri yang cerita ke Ira. Terus Ira juga lihat Meli sama Norman pergi buru-buru. Penampilan Meli berantakan dan Norman lagi benerin celana dengan bagian pisang bengkak. Itu sangat menjelaskan apa yang sudah terjadi. Ye kan?”
Lantas cerita itu berkembang karena para mahasiswi yang mendengar cerita Irawan bercerita ke temannya yang lain.
Saat dosen Bu Kirana yang galak masuk ruangan kuliah dan semua mahasiswa semester 6 yang ngambil mata kuliahnya masuk ruangan, sebagian besar mahasiswa disitu sudah tau kalau Livia melihat senior mereka tertangkap basah melakukan sesuatu.
Livia kaget juga waktu seorang mahasiswi yang sama sekali gak akrab dengannya nanya. “Bener ya Via. Tadi lo lihat anunya Norman gede banget?”
DEEGG! Livia kaget. “Siapa yang bilang gue lihat anunya Norman?”
“Eeehemm…!” Bu Kirana yang terkenal galak berdehem. Ia sudah siap, tengah berdiri di depan meja mengajarnya. Menatap galak ke para mahasiswa. Serempak semua mahasiswa hening.
“Kumpulkan tugas ‘Strategi Marketing Internasional’ kalian!” Suara si dosen yang masih jomblo di usia menjelang empat puluhan ini angker dan dingin.
Segera para mahasiswa maju dan mengumpulkan tugas di meja Bu Kirana.
“Mati gue…” Livia berbisik ke Kiki yang duduk di sebelahnya.
Kiki yang habis ngumpulin tugas hanya menatap penuh simpati ke Livia.
Cemas Livia kala Bu Kirana menghitung lembaran tugas yang sudah terkumpul di mejanya. “Kurang satu tugasnya!” Bu Kirana menatap para mahasiswa yang duduk manis di meja masing-masing.
“Siapa yang belum ngumpulin tugas?! Berdiriiii…!”
Pelan-pelan Livia berdiri dari duduknya. Seisi kelas menatapnya.
“Oh, jadi kamu yang gak ngerjain tugas? Hebat kamu ya. Apa karena kamu merasa cantik makanya gak ngerjain tugas yang saya suruh?!”
“Saya….” Livia bingung mau jawab apa. Kemarin-kemarin dia lupa mengerjakan tugas karena harus cari tambahan uang buat bayar kos. Dan tadi lap topnya rusak.
“Sudah, gak usah banyak alasan! Keluar kamu dari ruangan saya!” Bu Kirana menghardik.
Livia diam.
“Keluaaarrr dari ruangan saya! Kamu dengar kan?!”
Perlahan Livia mengangguk. Hatinya hancur. Lantas ia mengambil tas dan lap topnya lalu keluar dari ruangan.
Kiki bisa melihat wajah Livia basah dengan air mata.
*
“Udah. Gak usah nangis.” Kiki menyodorkan tisu ke Livia.
Mereka duduk di taman di samping gedung A. Kuliah Bu Kirana sudah selesai. Tapi masih ada satu mata kuliah lagi yang wajib keduanya ikuti.
Irawan dan beberapa cewek menunggu kuliah sambil minum jus di kantin. Mereka ngobrol dengan asik. Mbak pelayan kantin diam-diam menguping omongan mereka.
“Pokoknya parah emang tuh si meli sama Norman. Masa si Meli mainin pisangnya Norman yang gede. Gak pantes kan? Bikin eike jelous aja. Pantesnya kan eike yang mainin.”
Para mahasiswi terkikik geli.
Mbak pelayan kantin cerita ke temannya sesama pelayan. Lalu pemilik kantin juga mendengar cerita itu. Dan akhirnya cerita itu menyebar kemana-mana.
Norman dan Meli hendak minum jus di kantin kala pelayan kantin, Mbak Jamilah yang biasa dipanggil Mbak Mulan karena nama belakangnya jamilah dianggap mirip Mulan Jameela, senyum malu-malu kepada mereka. Sepanjang Norman dan Meli ngobrol di kantin, para pelayan berbisik-bisik sambil menatap keduanya.
Lalu beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masuk kantin terkikik geli melihat ada Norman dan Meli di kantin.
Sempat terdengar seorang cewek bilang ‘pisangnya gede banget’ terdengar di telinga Meli dan Norman. Lalu para mahasiswa yang duduk di kantin sesekali mencuri pandang ke arah Meli dan Norman sambil senyam-senyum geli.
“Ada apa sih?” Meli curiga. “Kok semua orang kayak ngeliatin kita?" Meli menatap Norman penuh tanda tanya. "Jangan-jangan cewek itu nyebarin cerita?! Mulutnya bocor tuh orang!”
BERSAMBUNG……
Kalau berkenan silakan kasih LIKE, VOTE dan KOMEN biar authornya semangat melanjutkan cerita ini. Readers juga bisa membaca karya Fresh Nazar lainnya di Noveltoon. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS (sudah tamat). ISTRI YANG TERSIKSA (sudah tamat) dan BABY MY LOVE. Semuanya seru dan rada gokil ceritanya. Love U all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
nasib Livia diujung tanduk nih
2023-02-04
0
Muhammad Iqbal
ya ampun ira??????
2023-02-04
0
Ufika
haduh si irawan bener2 deh tu mulut
2022-06-13
0