Meli semakin curiga kala ia bersama Norman keluar dari kantin. Keduanya tengah berjalan keluar gedung hendak menuju parkiran dimana mobil sedan Meli berada. Dua orang mahasiswi yang ada di parkiran motor dan tengah pake helm sedang ngobrol kala Meli dan Norman lewat.
“Ternyata bener ya. Norman emang ‘Hot Man On Campus’. Barangnya gede beneran.”
“Iya. Mujur si Livia sempat lihat Norman gituan sama Meli!”
DEEGG!
Norman dan Meli kaget mendengar itu.
Meli langsung geram. Dia menarik si cewek yang barusan bicara. “Ngomong apa lo?! siapa yang bilang gue sama Norman begituan?!”
Si cewek terperanjat menyadari orang yang dia bicarakan ada di depannya.
“Ngg…” Cewek itu bingung menjelaskan. “Semua orang sudah tau kamu begituan sama si Norman.”
“F*ck…!” Norman memaki. “Kenapa sudah nyebar gini ceritanya?”
“Heh! Bilang, monyoongg..!” Meli mengeplak helm yang dikenakan si cewek. “Siapa yang bilang gue sama Norman begituan?! Siapa yang nyebarin ceritanya? Cewek itu ya? Siapa namanya? Livia?!”
“Iya.” teman cewek yang tadi dikeplak Meli mengangguk. “Livia cerita ke semua orang!”
JREEENGGG! Mendidih hati Meli mendengarnya.
“Panas gue. Ayo, kita cari tuh cewek!” Meli menarik Norman kembali ke arah gedung A.
Sementara kedua cewek di parkiran motor saling berpandangan. Tatapan mereka ngeri-ngeri sedap. “Bakal habis tuh si Livia dihajar si Meli Melon….”
“Iya. Sadis si Meli. Tadi helm gue dikeplak aja berasa sakit banget kepala gue!”
“Tapi si Norman beneran hot man on campus….” Cewek yang enggak kena keplak menatap Norman yang pergi bersama meli. “Udah ganteng bangeeettt…. Bodynya bagus banget. Bikin gue panas dingin kalo di dekat dia….”
*
Meli dan Norman mencari-cari di gedung A. Disitulah lokasi perkuliahan utama para mahasiswa fakultas Ekonomi, termasuk jurusan Marketing dan Bisnis.
“Anak semester berapa si Livia itu?!” tanya Norman ke Meli.
“Semester 6 kayaknya. Dia satu angkatan sama si banc* dancer itu. si Ira.” Meli menjawab. Semua mahasiswa fakultas ekonomi sepertinya kenal Ira karena cowok itu dancer yang cukup terkenal dan sering muncul di TV. Sikap serta ucapannya yang manis manja membuat Ira mudah diingat semua orang. Pendek kata si Ira sudah seperti selebriti di fakultas Ekonomi Universitas Megajaya.
“Di bawah kita setahun ya?” Norman juga tau Ira. Tapi Norman tak paham kalau Livia satu angkatan dengan Ira. Pasalnya Livia kalem dan gak macam-macam. Tipe cewek yang gak mudah diingat orang.
Keduanya mencari-cari Livia. Tapi yang ketemu malah rombongan mahasiswa angkatan lain.
“Anak semester 6 lagi ada kuliah di ruangan A5.” Kata seorang cewek memberi tahu kala ditanya Meli.
“Huhhh.” Meli mendengus. “Orangnya lagi kuliah!”
“Kita tungguin!” Norman berang. “Jengkel gue setiap orang dia kasih sampe pada ngomongin kita!”
Meli dan Norman pun diam menunggu di pojokan yang rada sepi. Agak jauh dari ruangan A5. Tapi dari situ mereka bisa melihat kalau ada orang keluar dari ruangan A5.
Namun, Meli dan Norman tak tau. Cewek yang dikeplak kepalanya oleh Meli mengirim pesan WA ke Livia. Kedua cewek tadi memang tak mengambil mata kuliah yang sedang diikuti Livia sehingga tak ada di kelas.
‘Hati-hati livia! Senior kita si Meli Melon sama Norman nyariin lo! Mereka mau menghajar lo karena nyebarin cerita mereka gituan di kampus.’
Pesan itu masuk ke whats app Livia. Tapi yang bersangkutan sedang menyetel hand phonenya tanpa suara karena sedang konsentrasi mendengarkan dosen mengajar. Livia memang tak biasa membuka hand phone saat mendengarkan kuliah. Itu sebabnya ia tak tau ada pesan masuk.
“Chat gue masuk. Tapi Livianya gak baca.” Kata si cewek ke temannya.
“Moga aja dia baca. Biar sempat kabur sebelum dihabisin Meli sama Norman.”
Setelah usai kuliah dan dosen keluar ruangan barulah Livia membuka hand phone. Ia terperanjat membaca pesan yang masuk.
“Kenapa Via?” Kiki menatap Via yang wajahnya cemas sehabis membaca sebuah pesan whats app.
“Meli sama Norman nyariin gue. Mereka mau menghajar gue dibilang nyebarin cerita mereka gituan!”
“Gawaatt. kalo gitu lo harus kabur.” Malah Kiki yang lebih khawatir.
“Gue gak salah kenapa harus kabur?” Livia kesal. "Gue gak cerita ke siapa-siapa."
“Iya. Tapi mereka tuh terkenal galak. Percuma lo bilang gak salah. Tetap aja lo dihajar mereka!” Kiki serius menatap Livia. “Lo harus kabur!”
Livia tau. Kiki benar. “Gimana caranya kabur? Kan mereka nyariin gue. Mungkin sudah nungguin gue di depan situ.”
Kedua cewek kebingungan.
Sementara itu Norman dan Meli melihat pintu ruangan A5 terbuka.
“Mereka keluar…! Kata Meli.
Mata Norman menatap tajam memperhatikan orang-orang yang keluar dari ruangan A5.
Yang keluar pertama dosen. Diikuti beberapa mahasiswa lain. Irawan ternyata salah satu mahasiswa yang keluar duluan dari ruangan.
Dosen jalan berbelok kiri. Tapi irawan dan dua mahasiswi malah berjalan ke arah Norman dan Meli.
“Aihh. Ada yang habis seru-seruan….” Irawan terpekik geli melihat Meli dan Norman disitu. “Untung gak divideoin. Bisa makin viral deh kalo ada videonya.”
Meli yang lagi sensitif mendengar ucapan itu. Irawan dan kedua cewek tadi mau melewatinya, tapi Meli keburu geram.
TRAAPP! Meli menarik Irawan. “Lemes bener mulut lo!”
PLAAAKKK! Wajah Irawan ditampar Meli. “Ngomong apa lo tadi?!
“Aihhh, sakit tau.” Irawan mengelus pipinya. “Jahat ya! Muka Ira yang flawless ternoda tangan yeiy! Ini yeiy mukul bisa Ira laporin ke polisi karena kasus KDRT lho.”
“KDRT itu kasus kekerasan daam rumah tangga!” Meli makin jengkel. “Emang gue suami lo?!”
“Auuww. Ya bukan lah. Kalo bang Norman mah eike mau jadi istrinya.” Irawan melirik manja ke Norman. “Apalagi terbukti pisangnya gedong.”
Norman jengkel. Didorongnya irawan dengan kasar. Kedua mahasiswi yang tadi menemani Irawan ketakutan melihat Meli dan Norman kasar. Mereka mau belain Irawan tapi takut.
Namun Livia dan Kiki yang keluar dari gedung A5 melihat kejadian itu.
“Buruan lo kabur. Mumpung mereka gak liat.” Kiki ngasih tau.
Cepat-cepat kedua cewek pergi. Melewati koridor ruang yang berbeda dari tempat Norman dan Meli berada.
Sementara Norman mendorong kepala Irawan dengan jengkel. Ia dan Meli tak tau bahwa orang yang mereka cari sudah keluar ruangan.
“Aih, yang mesra dong kalo pegang Ira?” Irawan menatap Norman sambil senyum imut. “Nanti gak eike laporin deh karena kalau dipegang mesra kasusnya berubah jadi Kekerasan Yang Menyenangkan Dalam Rumah tangga.”
“Huuhh! Amit-amit!” Norman jengkel dan menghempaskan irawan.
“Ooohh. Eike terhempas, kandas, lemas… Babang tamvan Norman kasar ya sama eike…”
“Udah tinggalin. Kita cari cewek tadi.” Norman menarik Meli.
Mereka ke depan ruangan A5. Seluruh mahasiswa sudah keluar dari ruangan. Tapi tak terlihat Livia.
“Sialan!” Meli kecewa. “Sudah kabur tuh cewek….”
*
Padahal livia sedang cemas. Ia bersama Kiki ada di samping gedung A.
“Lo tunggu di sini aja. Gue ambil motor dulu. Entar gue jemput lo disini. Gue anter lo balik ke kosan lo!” Kata Kiki yang biasa bawa motor kalau kuliah.
“I.. iya… Buruan ambil motor lo. Gue tunggu disini.”
Kiki pergi ke parkiran di depan gedung. Livia menatap sembunyi-sembunyi dari samping gedung memperhatikan Kiki yang pergi.
Tampak dari tempat Livia menunggu kalau kiki sudah tiba di parkiran. Kiki mau ngeluarin motornya. Tapi ternyata ada motor di sebelah motor kiki yang parkir rapat sekali. Kiki harus merapikan posisi motor itu dulu agar motornya bisa keluar.
Livia resah menunggu.
TRAAPPP! Tiba-tiba ada tangan menjambak rambut Livia dari belakang. Livia direnggut kasar sehingga kesakitan.
“Disini lo rupanya…!”
Livia menoleh sambil menahan sakit karena rambutnya masih direnggut. Ia melihat Meli dan Norman0.
“Bocor mulut lo ya!” Meli mengarahkan wajah Livia tepat di depan mukanya. Mata Meli melotot galak. “kan udah gue bilang! Lo jangan cerita ke siapa-siapa!.”
“Gue gak cerita ke siapa-siapa. Ke teman akrab gue Kiki juga gue gak cerita.”
“Pinter lo bohong! Faktanya semua orang bilang lo yang cerita kemana-mana!”
Phhuuhh! Meli meludahi muka Livia.
Livia merasa jijik kala ludah Meli mengenai mukanya. Dimana-mana gak ada yang namanya diludahi itu menyenangkan. Livia merasa malu dan terhina. Ditambah lagi ludah itu bau. Gak enak sekali lengket di wajahnya.
“Mesti gue tabokin pake sepatu muka lo sampe gigi lo rontok. biar jera!”
Norman diam saja dan membiarkan Meli hendak menghajar Livia. Meli mencopot sebelah sepatunya. Ia segera mengayunkan sepatu itu ke wajah Livia.
Livia menutup matanya. Ketakutan.
“Jangan ganggu Livia!” sebuah suara lelaki terdengar.
Meli menoleh, urung memukul wajah Livia pake sepatu. Livia dan Norman juga menoleh. Mereka melihat seorang lelaki muda berpenampilan rapi. Tubuh lelaki itu kecil, kulitnya putih bersih dan berkaca mata.
“Livia calon istri saya!” Kata lelaki itu. “Awas kalo kalian berani ganggu dia!”
BERSAMBUNG….
Terima kasih buat yang sudah membaca. Semoga suka cerita sederhana ini. LIKE, VOTE dan KOMEN silakan diberikan kalau berkenan. Sambil menunggu up selanjutnya, reader juga bisa membaca karya Fresh Nazar di Noveltoon mangatoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS (tamat\, ceritanya super seru. lucu pula)
2. ISTRI YANG TERSIKSA (tamat\, ceritanya bikin baper dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE (yang ini ceritanya seru dan gila\, lucu pake banget)
Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
meli jorok loyeh ludah dibuang sembaranganp
2023-02-04
0
Ufika
akhirnya penyelamat datang🤭
2022-06-13
0
Ufika
😁😁😁
2022-06-13
0