“Oke cyyinn. Kita taruhan pensil alis ya. Eike pilih yang muda. Jagoan eike tuh.”
“Oke. Kita taruhan pensil alis ya.” Dancer yang satu setuju diajak temannya taruhan.
Adapun kedua perempuan di atas umur empat puluhan itu terus berkelahi. Lelaki yang dipanggil Ferdi melerai keduanya dengan geram.
“Stop! Stoppp! Jangan berantem!”
Tapi kedua perempuan itu masih tak mau mengalah. Yang tua malah mengkremus wajah perempuan yang lebih muda dengan kuat.
“Biarin! Ini perempuan sok cantik!”
“Memang aku cantik, kamu yang keriput!” Si perempuan yang lebih muda balas mendorong wajah perempuan lebih tua di depannya.
Si perempuan tua kesakitan mukanya didorong. ia meronta tapi susah. Memang si perempuan yang lebih muda punya tenaga ekstra. Dia lebih kuat dari yang tua.
“Ini buat apemmu!” Dengkul perempuan yang lebih muda dihantamkan ke bawah perut si perempuan di depannya.
“WAdoouuww!” Perempuan yang lebih tua terpekik. Ia menjerit kesakitan. “Aaarrgghh…! Sakiitt..!”
Irawan dan ketiga temannya terkesima menyaksikan pertarungan kedua perempuan itu.
“Anjiiiir. Apem si ibu pasti sakit ya Cyyinnn…” kata Ira ke temannya.
“Dihajar dengkul pastilah apemnya nyonyor. Periih tu rasanya.”
“Iya. lebih perih dari cari perhatian tapi dicuekin cowok ya cyyiinnn…”
Sementara pertarungan seru antara kedua gladiator, eh kedua perempuan pemburu nafsu tadi akhirnya terhenti. Perempuan yang lebih tua terduduk kesakitan. “Apemku…. Apemku…. Nyeri…” ia meringis kesakitan sambil memegangi bawah perutnya.
Si perempuan muda tertawa sinis. “Rasain. Makanya jangan coba-coba rebut Ferdi dari aku!”
“Heh, kamu yang rebut Ferdi dari aku!” Si perempuan tua marah lagi.
“Heh! Urus aja apemmu yang mulai keriput! Ferdi lagi sama aku kok direbut?!” Si perempuan muda mendorong perempuan tua dengan kasar.
Sementara itu pengunjung mall berdatangan. Mereka merubung, pada ingin menonton. Ada pula dua security mall muncul.
Lelaki yang dipanggil Ferdi panik. “Ada security. Cepat pergi dari sini!”
“Kamu kan jalan sama aku. Ayo ke rumahku…!” Perempuan yang lebih muda segera menarik si pemuda pergi.
Si pemuda semp[at melihat Irawan di antara pengunjul mall yang menonton. Wajahnya geram! Ia mau menghampiri Irawan. Tapi si perempuan yang bersamanya menariknya dengan kasar.
“Ngapain ngurusin orang?! Buruan pergi, entar kita ditangkap security!”
Si pemuda urung menghampiri Irawan. Ia segera ambil langkah seribu kabur bersama perempuan di sampingnya.
Kedua security mall yang muncul hanya berhasil menemukan si perempuan tua sedang meringis kesakitan sambil memegangi bagian bawah perutnya.
“Nenek kenapa?” Salah satu security bertanya.
“Panggil gue nenek?! Gue gebok lo!” si perempuan tua bangkit dan mendorong muka si security tadi dengan kesal. “Gue cantik begini dipanggil nenek!”
Ia lantas pergi dengan jengkel dari tempat itu. Si security mau mengejar tapi temannya menggeleng.
“Sudah, biarin dia pergi. Dari pada lo digampar nenek-nenek.”
Akhirnya si perempuan tua dibiarkan pergi.
Irawan dan ketiga temannya yang melihat itu kecewa.
“Pertarungan berakhir ya cyyiinn…”
“Tapi lumayan seru lho…. Eike suka lihat mereka jambak-jambakan kayak kita kalo lagi berantem ya cyyinnn.”
“Aiihh, seru apaan?” Lelaki dancer yang satu cemberut. “Eike kecewa kalah taruhan. Eike pilih yang tuwir sih.”
“Eike menang. Yeiiyy harus beliin eike pensil alis ya.”
Ketiga temannya ribut membalas pertarungan yang sudah berakhir. Irawan malah tersenyum simpul. “Sekarang Ira punya bahan gosip yang bisa bikin satu kampus heboh! Kebayang ramenya kalo satu kampus sampe tau…!”
*
KLIK!
Perempuan berumur empat puluh tahun lebih yang masih cantik itu mengunci kamarnya.
Ia menatap lelaki muda nan gagah yang sudah duduk di tepi ranjang dengan kesal. Pembaringan mewah nan romantis itu membuat si lelaki muda semakin terlihat mempesona di ranjang.
“Gimana sih kamu, Ferdi? Kamu sering begitun sama nenek keriput di mall tadi?!” Ia mendekati si pemuda.
Si lelaki muda yang dipanggil Ferdi mengedikkan bahu. “Mau gimana lagi? Aku butuh duit.”
“Tapi uang dari aku kan lebih dari cukup buat kamu bayar kos?!” Perempuan itu mulai melucuti pakaiannya sendiri. Ia melepas baju atasnya.
“Cukup buat bayar kos.” Ferdi mengangguk. “Tapi enggak cukup untuk ngasih ibu dan adikku uang di kampung.”
Si perempuan yang mau melepas roknya terhenti sejenak. “Kamu kirim uang buat ibu dan adikmu di kampung?”
Si pemuda mengangguk. “Bapakku yang nelayan sudah meninggal. Ibuku di Lombok hanya pedagang miskin. Jualan jagung bakar di pantai. Penghasilannya jelas gak cukup buat membiayai aku kuliah dan biayain adik perempuanku yang masih SMA.”
Si perempuan berambut pendek terdiam mendengar itu.
“Aku memang kirim uang buat Ibu dan adikku di kampung. Aku bilang sambil kuliah aku kerja sambilan di Jakarta, jual beli hand phone, jadi makelar mobil dan motor…. Yah, semua hal yang mereka pikir aku punya penghasilan cukup besar hingga bisa kirim uang tiap bulan.”
Pelan suara si perempuan bertanya. “Mereka gak tau kamu jadi gigo*o? Jual diri sambil kuliah?”
Lelaki muda itu menggeleng. Senyum sinis terukir di wajahnya. “Aku gak mau mereka tau! Aku harus menyimpan kebanggaan ibu dan adik perempuanku bahwa aku kuliah dengan baik. Sebentar lagi aku jadi sarjana. Kalau sudah dapat kerja yang benar dengan gaji gede! Aku berhenti melakukan pekerjaan ini!”
Tangan si perempuan terulur ke tubuh lelaki gagah itu. Diremasnya bahu nan gagah di depannya.
“Kalau begitu, aku mau puas-puasin dengan kamu sebelum kamu berhenti melakukan pekerjaan ini.”
Lelaki muda di depannya tersenyum.
Perempuan itu beraksi lebih dulu. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ferdi. Lalu dici*mnya Ferdi dengan ganas. Lantas tangannya beraksi liar ke bagian lain tubuh Ferdi. Lelaki di depannya membalas dengan seru. Perempuan itu makin menggila terbakar gairah. Dilucutinya semua pakaian Ferdi. Menit berikutnya kedua mahluk itu sudah bergelora di pembaringan. Saling berpacu dalam gairah.
*
“Senin telah tiba… Senin telah tiba… hatiku gembira…”
Irawan bernyanyi kecil menyanyikan lagu itu dengan irama lagu anak-anak, ‘Libur Telah Tiba’ yang dulu populer kala dinyanyikan penyanyi cilik tasya.
Irawan memasuki halaman kampus. Pagi ini jam 10 pagi ia ada kuliah. Tapi jam 9 Irawan sudah tiba. Niatnya mau ngerumpi lebih dulu. Bergosip ke beberapa mahasiswi teman satu angkatannya.
Di tempatnya biasa ngobrol di gedung A, Ira tak menemukan temannya satu angkatan. Mungkin mereka belum datang. Irawan menuju kantin. Ia masuk kantin sambil kembali bersenandung.
“Senin telah tiba… Senin telah tiba… Hati Ira gembira mau ngegosip…”
Mbak Mulan si pelayan kantin sedang menyiapkan makanan dan kue di etalase. Ia menatap irawan yang datang.
“Ada gosip apa lagi, Ira?”
“Bikinin Ira teh manis anget dulu dong. Tapi jangan kelewat manis semanis Ira ya Mbak Mulan….”
“Siippp.” Mbak Mulan menyiapkan teh manis pesanan Irawan. Ia pake the celup yang dicelupkan ke gelas berisi air panas.
Irawan duduk di sebuah bangku. “Kasih kue bolu sepotong dan risolnya satu, Mbak Mulan. Risolnya kasih cabe rawit satu biar rada pedas kayak mulut eike.” Irawan bersemangat. “Eike punya gosip termanis tersadis terseram terhoror di kampus ini.” Irawan menatap Jamilah si pelayan kantin yang nyaris dilupakan nama aslinya. “Pasti Mbak Mulan suka dengarnya.”
“Oh, pasti…” Mbak Mulan tertawa sambil mengambilkan kue pesanan Irawan. Sepotong bolu dan sebuah risol. “Eh, pake cabe rawit ya? Cabe rawitnya masih dipisah.” Ia mencarikan cabe rawit di kantong plastik belanjaannya yang masih bertumpuk di lantai. "Mana sih cabenya?"
Lama juga Mbak Mulan mencari cabe rawit itu karena belanjaannya banyak banget seabrek.
Setelah menemukan cabe rawit dan menaruhnya di piring kecil di samping risol. Mbak Mulan terpana. Irawan sudah tak ada di kantin. “Kemana tuh orang?”
Mbak Mulan menatap keluar. Ia juga tak melihat Irawan.
Lelaki bertulang lunak itu ternyata ditarik oleh seorang lelaki bertubuh kekar dengan kasar ke lorong di samping kantin.
“Mau diapain Eike? Mau diperk*sa ya?” Irawan senyum menatap lelaki tampan nan kekar di depannya. “Kalau mau diperk*sa jangan disini dong ah.”
Lelaki di depannya menatap Irawan galak. “Kemarin itu lo ngeliat gue di mall kan?!”
Irawan mengangguk.
BUUKKK! Tiba-tiba lelaki itu mendaratkan tinju keras ke perut Irawan.
"AAUUWW! Peranakan eike...! Eike bisa keguguran..!" Pekik Irawan sambil meringis.
BERSAMBUNG…….
Semoga terhibur dengan cerita ini. Boleh kasih LIKE, VOTE dan KOMEN jika berkenan. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
ira silambe turah.... ntar kena karmalo.....
2023-02-04
0
Muhammad Iqbal
hm... bangkai busuk nak disimpan ya gak bisa la... Nurman.. kenapa harus marah klo itu emang nyata... biarkan saja .. anjing menggong kapilah berlalu. toh mereka gak kan tanggung makan dan yg lainnya untuk hidupmu... ikhlaskan belajar berubah lebih baik untuk kedepan...
2023-02-04
0
Abimanyu Rara Mpuzz
ira mulutmu harimaumu🤪
2021-07-03
0