Ferdi menatap wajah perempuan itu. Si perempuan masih belum berkaca mata sehingga terlihat aneh. Tubuhnya polos belum mengenakan pakaian.
“Kamu disini dulu. Kita lanjutin ronde kedua dan ronde ketiga lebih seru.” Si perempuan senyum sok imut. “Saya masih pengen.”
Berpikir beberapa jenak, Ferdi tak menyahut. Lelaki itu lantas mengenakan cel*na dalamnya kembali.
“Hei! Kamu mau kemana?!” Geram perempuan itu melihat Ferdi berpakaian.
“Saya mau ke kampus!” Suara Ferdi tegas. “Urusan di kampus menyangkut masa depan saya. Saya harus nyelesain kuliah untuk merubah hidup saya!”
“Tapi saya gak mau bayar yang tadi ya. Saya sudah bilang lho!” Si perempuan bersungut. “Saya mau tiga ronde, baru dikasih 1 ronde kamu sudah mau pergi!”
“Lawan aja Mike Tyson! Dia biasa 15 ronde!” Sahut Ferdi cuek. Usai berpakaian dia mengenakan sepatu. Lantas menuju pintu kamar, membukanya dan keluar.
“Hei!” Perempuan tadi belum berpakaian sama sekali mengejar Ferdi ke ruang depan rumahnya. Terlihat melonnya yang sudah kendur menjuntai. “Jadi yang tadi gratis?!” Nada suaranya gak enak hati. “Saya mau bayar kok yang tadi. Jangan pergi dulu! Tunggu bentar, saya ambil duit!”
“Gak usah.” Ferdi terus keluar rumah. “Saya males nerima duit dari orang yang gak perduli saya sedang ngurusin masa depan saya!”
Lelaki itu terus keluar rumah. Menuju motornya yang terparkir di halaman.
BRRRMMM! Beberapa detik kemudian motor itu sudah menderum pergi.
Si perempuan mengenakan kaca matanya kembali meski belum berpakaian. Wajahnya kecewa. “Sayang banget dia pergi. Padahal mainnya mantap. Sekarang apa aku nonton Mike Tyson tinju aja biar bisa puas sampe 15 ronde?”
*
“Lima belas menit lagi!” Kiki teriak dari dalam toilet.
“Hihh, Kiki. Ngapain juga lo teriak?!” Livia yang sudah selesai buang air kecil di toilet kampus keluar dari toilet di sebelah. “Gue tunggu di luar ya Ki.”
“Iya. Sori. Gue mules banget nih.” Kiki teriak lagi.
Di ujung depan toilet ada Irawan sedang berdiri menunggu.
“Ngapain lo ke toilet cewek?!” Seorang cewek kurus jutek dengan rambut lurus tapi kurang terurus menatap tak suka ke Irawan.
“Mau ngintip yeiy.” Sahut Irawan.
“Amit-amit lo mau ngintip gue?!” Si cewek bersungut.
“Aiih, ngapain eike ngintip kuntilanak? Meski yeiy pamer apem eike bukan senang malah serem. Eike disini nungguin teman!” Jutek Ira. “Eike kasih tau ya, hai wanita yang beriman. Eh, gak tau deh yeiy beriman apa enggak? Teman eike manusia, bukan iblis kayak yeiy!”
“Dasar lo mahluk dua alam!” Si cewek ngomel lalu masuk ke dalam toilet.
Livia keluar toilet mendekati Ira. “Kiki masih di dalam. Mules katanya.”
“Aih, masa Ira harus menunggu Kiki bertelur sampe selesai? Pasti Kiki bertelur kayak dinosaurus, telurnya gede- gede dan bau.“ Ira menggamit tangan Livia. “Kita tunggu di depan aja yuk cyyiin. Disini toiletnya bau. Ira gak kuat bau pesing. Semriwing ngeri-ngeri sedap baunya.”
Akhirnya Livia dan Ira nunggu Kiki di bagian depan kampus, duduk di undakan teras dekat taman di sayap kiri gedung A.
“Tau gak Via, kemarin waktu habis nari di TV yang ono noh, Ira ngobrol sama artis dangdut yang tuwir itu lho.” Irawan menyebut nama seorang penyanyi dangdut wanita terkenal.”Ira heran. Kok melonnya tambah gede dan
kencang padahal umurnya udah hampir lima puluh. Taunya, yah biasa deh. Dia operasi cyyyinnn..!”
Livia sudah sering mendengar Irawan cerita kayak gitu. Ia biasa saja mendengarnya.
“Kayak si Meli pacarnya Hot Man tuh, Via.” Ira ngomong terus. “Ira curiga si Meli operasi, biar melonnya tambah gede. Gak tau deh, dia pengen melonnya segede semangka kali ye. Biar Norman tinggal bilang, tarik Sis, semongkooo..! Terus dia geol-geolin deh buah semangkanya biar si Norman makin suka.”
Livia terdiam mendengar ucapan ira. Ia terkesima menatap ke depan.
Irawan juga kaget. Datang seorang cewek berdada besar ke depannya. Si cewek maju ke depan Ira.
DUUUGG! Cewek itu mendorongkan dada besarnya ke tubuh Irawan yang kurus. Irawan pun terjengkang ke belakang.
“Lo ngomongin gue operasi?!” Cewek itu melotot marah ke Ira.
Irawan ketakutan.
“Ini asli tau!” Cewek itu mendelikkan mata. Menunjuk ke dadanya sendiri. “Melon gue besar memang sudah dari pabriknya! Sudah turunan. Mama gue malah gede lagi dari ini.”
“Segede kelapa ya?!” Tanya Ira.
Cewek itu cemberut. Kesal banget menatap Ira.
“Mulut lo nih ya. Kalo ngomongin orang pinter bener!” Dia mendorong muka Ira.
“Iya, cyiin. Mulut eike jenius kalo ngomongin orang.” Ira menyahut.
“Minta tampol emang lo!”
PLAAK! Ditamparnya mulut Irawan.
“Auww, sakit cyyinn.” Pekik Ira.
“Heehh! Demen bener lo ribut sama bandeng duri lunak ini.” Norman muncul. Ia menarik Meli menjauh. "Gak capek lo dengarin dia ngomong?!"
“Habis gue kesal, si Ira jelekin gue.” Kata Meli.
“Dia hidupnya gak lengkap kalo gak ngomongin orang! Yuk ah, mendingan kita bahas analisa data skripsi gue.”Norman terus pergi bersama Meli.
Kedua orang itu pergi. Entah kenapa Livia merasa iri menatap Meli yang bertubuh s*xy. Cewek itu pake rok mini. Cara berjalannya sangat memikat mata lelaki.
“Hebat ya si Meli. Si Norman sama sekali gak noleh ke gue.” Ujar Livia. “Tapi sama Meli dia lengket bener kayak laler kena lem super.”
“Hellooo…?!” Irawan tiba-tiba senyum ke Livia. “Apakah Ira gak salah dengar? Sepertinya Via barusan cemburu ke Meli.”
“Gue? Cemburu? Ya enggak lah.” Buru-buru Via menyahut. “Ngapain gue cemburu ke Meli? Norman kan emang pacar Meli.”
“Tapi nada-nada suara yang Via ucapkan tadi itu lho cyyinn. Penuh nada minor, nada kecemburuan. Via kayaknya tak rela tak rela tak rela Norman pacaran dengan Meli. Via ngarep si Norman jadi pacar Via!”
DEEGG! Livia kaget mendengar ucapan Irawan.
“Amit-amit, Ra. Ngapain gue ngarep jadi pacar Norman? Asli, gue sebel bener sama tuh orang!”
“Aiihh, livia sayangku cintaku skin care ku lip glossku. Sebel kan artinya senang betul. Udah deh, ngaku aja Via. Yeiiy sudah mulai suka ke Norman kan? Dari benci bisa berubah jadi cincau lho cyyinn. Nah sampe salah deh ah Ira ngomongnya. Dari benci bisa jadi cinta, maksud eike.”
“Beuuhh! Asal lo ngomong! Sampe kapanpun gue gak bakal suka sama orang resek kayak Norman!” Livia bangkit dari duduk, mengambil tasnya hendak pergi.
“Aih, mau kemana Via? Kan kita disini menunggu Kiki yang belum selesai bertelur?” Ira mengingatkan.
Livia diam saja.
Tak lama kemudian kiki muncul dengan wajah lega. “Sori, lama nunggu. Gue boker lama soalnya semalam gue makan banyak. Tetangga gue ngasih besek dua, dua-duanya gue yang ngabisin.”
“Hati-hati Ki. Yeiy makan melulu. Entar yeiy tambah gendut tambah jelek, gak ada yang suka sama yeiy.”
“Lo doain gue serem amat, Ra?” sungut Kiki.
“Bukan doain Kiki cantik. Sebagai teman tapi setan Ira cuma ngingetin Kiki. Jangan terlalu gendut kayak kuda nil kebesaran perut. Kiki kalo langsingan pasti banyak cowok yang suka.” Ira senyum manis ke Kiki sehingga Kiki gak marah lagi.
Livia mendengarkan omongan Ira dan Kiki sambil diam. Ia masih memikirkan ucapan Ira tadi. Apakah benar ia mulai merasa cemburu ke Meli. Apakah benar ia diam-diam punya perasaan ke Norman?
Bunyi hand phone berdering dari dalam tasnya membuyarkan lamunan Livia.
Diambilnya hand phone. Dlihatnya nomer telpon yang masuk. Tertulis nama si penelpon di layar hape. Salman.
“Ya halo.” Livia menerima telpon dari lelaki bernama Salman itu. “Kenapa, Pak?” Mendadak suara Livia sungguhan kaget. “Ibu sakit keras di kampung? Via harus ke kampung sore ini juga?!”
BERSAMBUNG….
Hallo readers. Jangan lupa LIKE, VOTE dan KOMEN kalau suka cerita ini.
Reader juga bisa mampir membaca buku Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS
(tamat, ceritanya super seru dan lucu)
2. ISTRI YANG TERSIKSA
(tamat, novel yang bikin baper dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE
(segera tamat, ceritanya seru dan gila, lucu pake banget)
Happy reading. Semoga sehat, bahagia dan berlimpah rejeki buat pembaca semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
weny
kiki ntar ma ira
2021-05-20
0
CebReT SeMeDi
ada ira jadi idup novelnya kocak
2021-04-19
0
📷MG櫛ɳσʅιϝҽ秘
mampir
2021-03-26
0