Saat Ara sarapan dan hendak berangkat kerja. Mamanya memberitahunya kalau nanti malam mereka akan makan malam dengan keluarga Alkha untuk membahas masalah perjodohan mereka.
Ara yang malas membahas tentang perjodohan mereka, menolak dengan keras makan malam yang akan dilaksanakan nanti malam di sebuah kafe ternama. Dia tidak mau membahas itu karena dia tahu Alkha pasti juga akan menentangnya. Ara tidak mau di tolak lagi oleh Alkha, apalagi di depan kedua orang tua mereka.
"Ara kan udah bilang, Ara nggak mau nikah sama duda, lagipula om Alkha juga pasti akan menentang, orang dia masih belum bisa menerima kalau istrinya sudah meninggal." ucap Ara mengutarakan apa yang dia pikirkan.
"Kata siapa? Orang nak Alkha yang meminta tante Sarah untuk membahas perjodohan kalian dengan mama dan papa, nak Alkha setuju dijodohkan dengan kamu." Tentu saja penjelasan mamanya itu membuat Ara terkejut bukan main.
Seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ara menjadi punya banyak pertanyaan di dalam benaknya. Bukankah dia yang meminta supaya Ara melupakan rasa sukanya. Dan bukankah dia sendiri yang bilang kalau dia tidak akan pernah bisa membuka hatinya untuk orang lain. Terus kenapa dia menerima perjodohan ini.
"Apa sih yang sebenarnya dia mau?" Ara masih bertanya-tanya, bahkan saat dia mengemudikan mobilnya jadi sedikit tidak fokus.
Sesampainya di kantor, Ara sengaja mencari mobil Alkha, dan begitu dia menemukan mobil Alkha yang sudah terparkir, dia lalu bergegas mencari Alkha. Dengan langkah cepat Ara menuju ruangan CEO.
Hanya sekali ketukan saja, Alkha sudah merespon panggilan Ara. Ketika Ara masuk ke dalam ruangannya, Alkha tersenyum senang. "Ada apa pagi-pagi cari aku?" tanyanya dengan tersenyum manis ke arah Ara.
"Mau bapak apa sih sebenarnya?" tanya Ara dengan sedikit marah.
"Maksud kamu apa?" Alkha beranjak dari kursinya dan berjalan mendekat ke Ara.
"Bapak meminta saya untuk melupakan rasa suka saya ke bapak, bapak juga yang meminta untuk membahas perjodohan kita. Maksud bapak apa?" Ara sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.
"Apa begitu senang bermain dengan perasaan saya?" teriak Ara cukup memekakan telinga.
"Bukan begitu, aku sadar, aku salah waktu itu. Aku terlalu kaget dengan kepergian Adela yang tiba-tiba. Tapi sekarang aku sadar, kalau hidup ini harus terus berjalan, aku akan mencoba." Alkha mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Ara. Tapi dengan cepat Ara menepis tangan Alkha.
"Bapak pikir hati saya percobaan gitu?" Ara semakin marah setelah mendengar jawaban Alkha.
"Saya mohon batalin acara nanti malam!" lanjut Ara dengan geram.
"Kasih aku kesempatan!" Alkha meraih tangan Ara.
Ara menatap Alkha yang juga menatapnya dengan begitu menyedihkan. Sebenarnya Ara tidak tega melihat lelaki yang dia cinta terlihat begitu sedih. Tapi Ara tidak ingin menyerah begitu saja, dia ingin melihat Alkha berjuang untuk mendapatkannya. Ara ingin melihat kesungguhan Alkha.
"Kesempatan untuk menolak saya lagi? Maaf pak, saya punya perasaan." ucap Ara melepaskan tangannya lalu berlari keluar dari ruangan Alkha, dan masuk ke dalam ruangannya sendiri.
Ara yang sudah berusaha menahan perasaannya hanya bisa menghela nafas lega. Dia tidak mau kalah dengan perasaannya yang campur aduk. Apalagi saat melihat Alkha yang setengah memohon tadi.
"Hah, gue nggak boleh kalah dengan perasaan baper gue! Biarin aja dia tunjukin keseriusannya." gumam Ara merasa sedikit puas.
"Lalu apa ya yang buat dia berubah? Apa karena gue yang terlihat dewasa sekarang?" Ara masih bertanya-tanya.
Sebenarnya alasan kenapa dia marah dengan Alkha pagi ini, karena dia tahu alasan Alkha berubah pikiran. Tapi di dekat Alkha, Ara selalu tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
****
Ketika makan siang Ara tidak menemukan Reska yang biasanya menemani dia makan. Mungkin Reska sedang kencan dengan Cintya atau punya kerjaan di luar.
Ara makan sendiri di kafetaria perusahaan. Meski dia sudah banyak kenal dengan teman-teman kerjanya, tapi Ara lebih suka menyendiri.
Tak lama kemudian suasana yang awalnya sedikit tenang berubah menjadi heboh karena melihat CEO mereka juga datang langsung ke kafetaria perusahaan. Mungkin bagi karyawan perusahaan itu pemandangan seperti itu sangatlah langka. Mengingat selama ini yang sering makan ke kafetaria perusahaan adalah Reska.
Ara yang menggunakan headset tidak mendengar keributan yang ada di tempat itu. Dengan santai dia menikmati makanan yang ada di depannya, sembari sesekali menganggukan kepalanya mengikuti irama musik yang dia dengar.
Akan tetapi dia merasa kaget saat melihat seseorang yang sedang memandangnya ketika dia mengangkat kepalanya. Ya, dia berpandangan mesra dengan Alkha, yang cukup lama duduk disebelahnya dengan menopang dagunya.
"Sejak kapan bapak disini?" tanya Ara sambil melepas headset-nya.
"Sudah agak lama sih, tapi masih belum puas pandangin kamu.." ucap Alkha dengan tersenyum kecil. Sementara Ara memutar bola matanya mendengar gombalan Alkha, meskipun di dalam hatinya merasa senang.
"Tumben turun sendiri kesini? Biasanya nyuruh mbak Yekti kalau nggak pak Reska." tanya Ara sembari melanjutkan makannya.
"Aku nggak tega lihat anak kecil makan sendirian." jawab Alkha masih dengan lembut.
"Udah biasa keles makan sendiri," Ara masih sedikit ketus kepada Alkha. Padahal aslinya mah, jantungnya berdebar tidak karuan.
"Pak Reska ada kerjaan diluar?" tanya Ara kepada Alkha, karena dia terlalu canggung berduaan dengan Alkha. Bukan hanya karena kedinginan Alkha, tapi juga karena banyak pasang mata yang menatap mereka berdua.
"Nggak, kayaknya makan diluar sama Cintya." jawab Alkha sambil mencomot makanan milik Ara.
"Ini punya gue!!" Tanpa sengaja Ara kembali bertingkah konyol di depan Alkha. Dengan cepat dia menepis tangan Alkha dan menyembunyikan camilannya.
"Dikit aja!" Alkha ingin kembali merebut makanan Ara tapi Ara dengan sekuat tenaga melindungi makanannya.
Seperti itulah Ara. Dia tidak akan memberi makanan kesukaannya kepada siapapun. Kecuali kalau dirinya sendiri yang memberikannya.
"Om, ah..." Alkha tersenyum mendengar kemanjaan Ara lagi. Dia kangen sisi manja wanita yang mungkin sudah merebut hatinya itu.
"Ntar aku beliin lagi yang banyak.." bujuk Alkha.
"Beneran? Serius? Kalau bohong awas!" Sisi manja Ara kembali muncul. Sisi manja yang Alkha rindukan beberapa hati belakangan ini.
Alkha mengangukan kepalanya pelan. Ara yang merasa senang akhirnya mau membagi camilan kesukaannya kepada Alkha. "Aku suka deh lihat kamu manja lagi kayak tadi." ucap Alkha yang membuat Ara tersenyum kecil.
"Jangan marah lagi! Jangan panggil aku dengan sebutan bapak! Karena itu membuat kita jadi semakin jauh." Alkha melanjutkan ucapannya yang semakin membuat Ara tersenyum senang secara diam-diam.
"Jangan marah lagi, oke!" Alkha mencubit pipi Ara yang hanya diam saja sedari tadi.
"Aw... Tapi kan bapak bos saya.."
"Aku nggak keberatan kamu panggil aku, om, atau kakak, atau kamu bilang lo, gue. Karena aku lebih suka kamu kayak gitu, daripada sok-sok'an formal, apaan.." Alkha semakin menarik kedua pipi Ara.
"Nggak pak. Saya tetap nggak akan manja lagi ke bapak, karena saya sadar status saya.." Ara menolak permintaan Alkha.
"Status apa? Kamu calon istri aku, itu status kamu.." ucap Alkha sambil menatap Alkha.
"Hais, ngaku-ngaku!" ucap Ara sembari memutar bola matanya.
"Kamu mau nggak jadi istri aku?"
"Nggak!!"
"Nggak nolak?" ucap Alkha lagi dengan tersenyum sedikit lebar, dan itu sangat manis. Sampai membuat Ara harus menutup matanya karena nggak kuat melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
💜bucinnya taehyung💜
mulai episode membucin 🤭🤭
2021-07-25
0
Mira Wahyuni
ah manisnya....😍😍😍
2021-06-08
0
Aninda Peto
yeah akhirnya tarik ulur si Ara berhasil
2021-04-12
0