Ara dan Alkha melihat seorang pemuda yang sedang menunggu di meja yang mereka pesan. Ara memicingkan matanya, dia seperti tidak asing dengan pemuda itu.
"Itu klien kita.." ucap Alkha menunjuk pada pemuda itu.
"Selamat siang pak Barra." sapa Alkha kepada klien barunya.
Barra seorang pengusaha muda dengan segudang prestasi diluar negeri. Dia baru kembali beberapa bulan ini. Selain sukses, dia juga memiliki wajah yang ganteng, cirikhas indonesia banget.
"Selamat siang pak Kim." Begitu nama beken Alkha di kalangan para pembisnis.
"Hai, long time no see." ucap Barra melambaikan tangan kepada Ara dengan tersenyum.
"Kak Barbar?" Ara bertanya dengan ragu.
Sementara Barra tersenyum sembari menganggukan kepalanya.
"Ya ampun kak, lo beda banget sekarang.. Kapan pulang dari Jepang?" tanya Ara pangling.
"Baru dua bulan yang lalu, kamu makin cantik aja.." puji Barra setelah melihat penampilan dewasa Ara.
"Nggak usah muji-muji! Gue nggak akan luluh sama rayuan lo.." Ara berkata sambil menjulurkan lidahnya, kemudian dia tertawa bersama Barra.
"Pak Barra sama Ara udah kenal?" tanya Alkha penasaran, kenapa Ara bisa bercanda seperti itu dengan klien-nya.
"Iya, dia adalah adik kelas saya sewaktu SMA." jawab Barra terlihat sangat bahagia bisa ketemu lagi dengan wanita bernama lengkap Arabella Putri Jovanka itu.
"Kak Barbar nggak nyariin gue waktu pulang?" protes Ara kepada Barra.
"Cariin. Tapi rumah kamu sudah pindah kan?" tanya Barra balik.
Ara tersenyum mendengar jawaban Barra. "Iya, udah pindah." jawabnya dengan tertawa kecil. Dia lupa kalau dia sudah pindah dari rumahnya yang dulu.
"Pindah dimana sekarang?" tanya Barra.
"Dijalan mawar no 10."
Ara dan Barra asyik ngobrol dan saling tukaran nomer hape. Alkha merasa seperti orang ketiga disitu, tapi dia mencoba bersabar. Alkha tahu, Barra akan membangun sebuah apartemen mewah di kota itu. Makanya dia menghubungi perusahaannya. Selain ingin kerja sama juga ingin ketemu dengan Ara.
"Oh ya pak Kim maaf, sampai lupa tujuan kita meeting. Kalau udah sama nih anak satu memang sering lupa yang lain." ucap Barra sambil menyentuh puncak kepala Ara dengan lembut.
Alkha sempat tak suka melihat Barra yang begitu akrab dengan Ara. Atau saat Barra menunjukan perhatiannya kepada Ara, Alkha merasa tak enak dalam hatinya.
"Nggak apa-apa pak Barra." jawab Alkha sedikit kesal sebenarnya karena dia diabaikan.
"Langsung saja ke intinya pak Kim. Saya ingin kerja sama dengan bapak untuk pembangunan apartemen saya. Dan saya akan menunjuk Ara sebagai desainer interiornya." ucap Barra tanpa ragu.
Barra sudah kenal lama dengan Ara, dia tahu betul bakat Ara sudah kelihatan dari kecil. Dulu Ara sering sekali menggambar sebuah bangunan rumah atau hotel, yang katanya kalau dia besar dia akan memiliki beberapa hotel dan rumah mewah dengan rancangannya sendiri.
"Kita nggak perlu ajukan konsep kita ke bapak?" tanya Alkha sedikit kaget.
"Tidak perlu. Saya yakin Ara sudah tahu konsepnya." jawabnya Barra.
"Aku mau bangun apartemen sesuai gambar kamu yang dulu, kamu masih menyimpannya?" tanya Barra ke Ara. Tentu saja Ara kaget dengan ucapan Barra. Bagaimana mungkin dia masih menyimpan kertas kecil itu selama bertahun-tahun.
"Sudah hilang.." lirih Ara.
"Nggak apa, tapi kamu masih ingatkan dengan konsep yang kamu gambar dulu?" Ara hanya menganggukan kepalanya.
"Lusa gue kirim gambar yang baru ke lo, kalau lo nggak puas lo bisa ngomong!" ucap Ara.
"Aku selalu puas apapun hasil dari kamu." ucap Barra lagi sembari mencubit pipi Ara. Lagi-lagi Alkha merasa tak suka dengan apa yang dilakukan Barra.
****
Alkha berjalan bersama seorang wanita di sebuah taman yang begitu indah dengan bunga yang bertebaran. Wanita berlari-lari kecil, dan Alkha mencoba untuk menangkapnya. Mereka terlihat begitu sangat bahagia.
Karena capek, mereka akhirnya duduk di tengah taman itu. Si wanita rebahan dan menjadikan Alkha sebagai bantal. Sementara Alkha duduk dengan mengelus-elus rambut wanita itu dengan penuh cinta.
"Yank, aku capek. Aku akan pergi di tempat yang jauh." ucap wanita itu.
"Pergi kemana? Kamu mau ninggalin aku sendirian?" tanya Alkha dengan wajah sedih.
"Kelak jika waktunya tiba, kamu juga akan pergi kesana! Jangan siksa diri kamu sendiri kamu sendiri! Jangan beratkan langkah aku!" ucap wanita itu menatap Alkha yang mulai meneteskan air matanya.
"Kamu berhak bahagia, jangan siksa batin kamu karena itu akan membuat aku juga merasakan sakit disana." imbuhnya semakin membuat Alkha sedih.
"Aku pamit.. Aku akan menunggumu kamu disana.." ucap wanita itu sembari berjalan menjauh dari Alkha.
"Jangan pergi sayank!!!" seru Alkha mencoba meraih tangan wanita itu tapi tangan wanita itu tidak bisa dia pegang. Berkali-kali dia berusaha tapi tetap aja gagal.
"Apa yang kamu mau, aku pasti akan penuhi?!" lanjut Alkha. Dia tidak ingin wanita itu pergi meninggalkan dia.
"Terima kenyataan! Buka hati kamu untuk wanita lain, karena kamu harus melanjutkan hidup kamu!"
"Nggak akan! Aku cinta sama kamu, cuma kamu!!" teriak Alkha.
"Aku ijinkan kamu mencintai wanita lain, tolong jangan buat langkah aku berat disana! Tolong!" Mohon wanita dengan sedih, lalu sedetik kemudian wanita itu menghilang.
"ADELAAAAA...." teriak Alkha, setelah kemudian dia terbangun dari tidurnya. Alkha melirik jam, dan baru menunjukan pukul 02.00 dini hari. Alkha mencoba mengatur pernafasannya, Alkha terlalu terkejut dengan mimpinya. Dia merasa mimpinya itu seperti nyata.
Ketika dia kembali teringat permintaan Adela, hatinya kembali menjadi sedih. "Apa Adela tak bahagia disana? Sampai dia harus memohon seperti itu?" gumam Alkha seorang diri. Alkha lalu berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Alkha mencoba kembali memejamkan matanya tapi tidak bisa. Pikirannya masih dipenuhi dengan permintaan Adela di dalam mimpinya. Juga kesedihan Adela ketika dia mengatakan 'tolong'.
"Aku buat kamu bahagia atau buat kamu sedih disana?" gumamnya pada foto Adela yang ada di meja samping tempat tidurnya.
Alkha lalu meraih ponselnya, dan tanpa sadar dia menelepon Ara. Entah itu refleks atau memang kebiasaan Alkha setelah kenal dengan Ara, ketika dia sedih dia akan menelepon Ara. Karena, keceriaan dan kemanjaan gadis itu mampu membuat hatinya merasa tenang.
Tapi sayang sekali, Ara tidak mau menerima teleponnya. Mungkin karena Ara juga masih tidur, karena masih malam.
Tapi tak lama kemudian ponsel Alkha berdering. Ternyata Ara meneleponnya balik. Senyuman Alkha mengembang lalu menerima panggilan itu.
"Ada apa ya pak? Apa ada sesuatu yang mendesak?" tanya Ara sedikit panik dari seberang telepon.
"...Nggak kok, cuma pengen telepon kamu aja. Sudah lama nggak teleponan." jawab Alkha.
"Aku ganggu tidur kamu?" tanya Alkha dengan lembut.
"Sebenarnya iya, tapi karena bos yang telepon, saya bisa apa?" Padahal dalam hati Ara sangat senang. Sudah lebih dari seminggu mereka tidak teleponan. Ara sedikit merasakan kangen juga dengan lelaki pujaannya.
"Besok temenin aku ke makam Adela, ya!"
"Maaf pak saya-"
"Ini perintah!!" sahut Alkha cepat sebelum Ara berkesempatan menolak ajakannya.
"Iya pak.." jawab Ara dengan terpaksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kas Gpl
giliran dcuekin kelimpungan
2021-05-03
0
Ius Wonga
mkanya jgn sok2an bgitu d cuekin jgkel kan....ara prthabkn sikapmu buat alka baper dg barra...byahokbkmu alka
2021-03-30
6
𝓢𝓐𝓓🌷NieR@
hayoo... sekarang kekuasaan Alkha dimanfaatkan agar tidak ada penolakan dari Ara😁
2021-03-28
0