"Kamu mau pulang atau mau kemana?" tanya Alkha sembari fokus menyetir.
"Lo mau kemana?" tanya Ara balik.
"Mau ke suatu tempat.." jawab Alkha ambigu.
"Kemana? Sama siapa?" jiwa posesif Ara mulai meronta. Mendengar pertanyaan dengan nada ingin tahu membuat Alkha tersenyum kecil.
Hari itu dia ingin berziarah ke makam istrinya. Sudah hampir seminggu dia tidak berkunjung. Biasanya Alkha setiap hari selalu datang ke makan Adela, hanya sekedar melepas kangen.
"Kemana? Sama siapa?" Ara kembali mengulangi pertanyaannya, tapi kali ini dengan nada agak tinggi.
Sementara Alkha masih belum menjawab, dia malah menghentikan mobilnya di sebuah toko bunga. Alkha keluar dari mobil dan membeli bunga mawar merah kesukaan istrinya.
Ara menjadi semakin penasaran tatkala Alkha masuk kembali ke mobil dengan membawa beberapa tangkai bunga mawar. Lalu dengan sedikit sewot Ara bertanya: "Lo punya pacar?"
Alkha menoleh sebentar sembari memasang sabuk pengamannya. Melihat wajah Ara yang garang membuat Alkha kembali tersenyum. Dia suka wajah imut Ara saat sedang kesal.
"Tante yang kemarin itu pacar lo?" Ara masih kesal karena Alkha tak menjawab pertanyaannya.
"Lo bilang lo nggak akan bisa suka sama wanita lain, tapi buktinya apa? Lo punya pacar, dasar pembohong!!" Ara semakin kesal, lalu dia memarahi Alkha yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaannya, tapi hanya tersenyum kecil.
"Aku anterin kamu pulang!" ucap Alkha dengan lembut.
"Nggak!! Gue mau ikut lo!!" jawab Ara cepat dan dengan sedikit marah. Ara tidak akan membiarkan Alkha kencan dengan wanita lain. Itu egois sih namanya. Tapi faktanya, Ara beneran tidak akan membiarkan Alkha jadi milik wanita lain. Apalagi mereka udah dijodohin, meskipun Alkha masih bisa menolak juga sih.
"Yakin mau ikut?" tanya lagi sembari tersenyum.
"Ya. Gue nggak akan biarin lo kencan sama tante-tante itu." jawab Ara dengan kesal. Tapi justru membuat Alkha tertawa, Alkha selalu tertawa saat mendengar Ara menyebut Vanya dengan sebutan tante-tante. Apalagi saat melihat wajah Vanya yang kaget dengan panggilan Ara.
Sesaat kemudian, Alkha membelokan mobilnya ke sebuah pemakaman umum. Ara sempat mengerutkan keningnya sebentar. Tapi kemudian dia mengerti kalau Alkha ingin mengunjungi makam istrinya.
"Yuk turun!!" ajak Alkha.
Dengan tersenyum Ara turun dari mobil Alkha. Dia merasa lega karena Alkha ternyata tidak pacaran dengan tante-tante yang ketemu dengan dia kemarin di kantor.
Ara mengikuti langkah Alkha yang sudah mendahuluinya. Tepat di tengah pemakaman itu Ara melihat sebuah gundukan tanah yang masih merah, dengan nama Adela di batu nisan itu.
Ara juga melihat beberapa bunga yang sudah agak layu, dari situ Ara tahu kalau Alkha selalu datang untuk mengunjungi makam istrinya. Ara juga bisa melihat betap cintanya Alkha ke istrinya, karena begitu sampai di depan makam istrinya. Alkha langsung menunduk sedih dan bahkan meneteskan air matanya.
"Kakak yang tenang ya disana! Gue janji bakal jagain om Alkha kok.." ucap Ara ikutan berjongkok di depan makam Adela.
Tiba-tiba Alkha menoleh dan menatap gadis kecil yang ada di sampingnya. Alkha bahkan merasa senang hanya dengan mendengar ucapan tak masuk akal dari itu. Dengan segera Alkha mengusap air matanya.
Alkha kembali tersenyum ketika Ara mulai mengeluhkan sikapnya yang dingin di depan makam Adela. Entah sudah berapa kali dia tersenyum setelah ketemu dengan Ara.
Padahal sejak Adela meninggal, Alkha jarang sekali tersenyum, bahkan hampir tidak pernah tersenyum.
"Anak kecil.." gumam Alkha tersenyum tipis mendengar Ara juga mengumpatnya.
****
Hari berlalu dengan begitu cepat. Hari yang ditunggu Ara pun datang. Setelah dia memenangkan proyek pertamanya, Ara semakin bersemangat karena malam minggu dia akan dinner romantis dengan Alkha.
"Gue seneng banget karena ntar malam gue akan dinner dengan my prince," ucap Ara kegirangan saat dia sedang di creambath oleh Cintya.
"Lo beneran suka sama kakak sepupu lo?" tanya Cintya masih belum percaya kalau sahabatnya akan sebucin ini.
"Kayaknya gue emang beneran udah jatuh cinta deh," jawab Ara yang baru merasakan perasaan yang aneh dalam hatinya.
Selama ini Ara terkenal sebagai wanita yang sangat humble. Dia juga terkenal sangat polos karena selama 20 tahun dia belum pernah merasakan pacaran. Bukan karena dia tidak laku, tapi karena dia selalu menolak lelaki yang menyatakan cinta padanya.
"Jangan terlalu berharap pada orang yang lo suka, karena mereka nggak berkewajiban buat balas perasaan lo. Karena perasaan cinta itu nggak bisa dipaksa." wejangan Cintya buat sahabatnya. Berbeda dengan sahabatnya, Cintya lebih berpengalaman masalah perasaan.
Cintya hanya tidak mau Ara akan terluka karena terlalu berharap. Apalagi Alkha pernah memperingati Ara juga untuk melupakan cintanya. Tapi melihat Ara yang begitu sangat bahagia dengan perasaannya, Cintya sebagai sahabat hanya bisa memberi wejangan. Dia tidak mau melarang Ara buat jatuh cinta.
"Gue akan buat dia jatuh cinta sama gue!!" ucap Ara dengan kepercayaan diri tinggi.
Sementara Cintya hanya menyemangati sahabatnya. Cintya sangat maklum dengan apa yang ada dalam pikiran Ara. Ini pertama kalinya Ara jatuh cinta, dan mungkin sisi egoisnya masih besar.
Seharian Cintya di rumah Ara memberikan perawatan rambut dan wajah untuk Ara. Cintya punya keahlian dibidang itu, karena dia juga sempat kursus kecantikan. Cintya juga sering dipanggil buat homecare, selain membantu ibunya di warung. Lumayan hasilnya bisa buat jajan.
Sama seperti Ara sebelumnya, Cintya juga belum dapat panggilan kerja.
Malam pun menjelang, dengan bantuan Cintya, Ara mulai bersiap menunggu datangnya sang pangeran. Tapi karena Ara yang tak suka berdandan yang berlebihan, Cintya hanya meriasnya dengan tipis.
"Pakai dresa Arabella!!!" perintah Cintya dengan sedikit kesal karena Ara bersikekeh ingin memakai pakai casual seperti style biasanya, celana panjang dengan kaos di balut jaket.
"Gue nggak biasa pakai kayak gini," keluh Ara menolak ide Cintya.
"Lo mau si pangeran kodok jatuh cinta nggak sama lo?" tanya Cintya dengan serius.
"Ya mau dong.. Pangeran kodok pala lo!!" Ara tertawa terbahak kemudian mendorong kepala Cintya yang sembarang menjuluki Alkha.
"Makanya nurut!!" Cintya sudah mulai sedikit kesal dengan sahabatnya yang susah diatur itu. Sudah sejak tadi Cintya kesal, sewaktu merias Ara, karena selalu protes dengan hasil riasannya. Yang katanya ketebalan lah, menor lah, membuat Cintya berkali-kali menghela nafas menahan amarahnya.
"Buset galak amat.."
"Biarin, lo susah diatur sih.." Cintya semakin ngegas.
"Iya gue nurut.. Btw, lo nggak malem mingguan?" tanya Ara justru semakin membuat Cintya kesal. Ara tahu kalau Cintya nggak punya pacar, masih aja nanya begitu.
Melihat Cintya yang mulai melotot, Ara malah justru tersenyum geli. "Oh, maap lupa, lo jomblo ya.." ucap Ara terbahak, tentu saja membuat Cintya semakin melotot.
"Canda jomblo.." Ara berlari ke kamar mandi yang ada di kamarnya, sebelum Cintya mencak-mencak.
Karena, Cintya sudah siap-siap akan melempar Ara dengan bantal. Tapi melihat Ara yang buru-buru lari bahkan hampir terpeleset membuat Cintya terbahak.
"Dasar..." gumamnya dengan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Adhelie
visualnya dunk ka
2021-03-27
0
Maisya 😍😍😍😍
ceritanya menarik
2021-03-27
0