"Nama kamu siapa?" tanya Alkha.
"Kenapa nanya-nanya? Lo suka sama gue? Hayo ngaku!" tuduh Ara.
"Dasar anak kecil, cuma nanya nama dikira suka." gerutu Alkha sembari masih fokus mengemudi.
"Rumah kamu mana?" tanya Alkha lagi.
"Udahlah ngaku aja kalau lo juga suka kan sama gue? Kalau nggak masa iya nanya rumah gue, buat apaan?" Ara sudah mulai geer.
Sementara Alkha memutar bola matamya. Dia baru ketemu dengan seorang gadis yang blak-blakan seperti Ara ini. "Kalau aku nggak tahu rumah kamu, terus aku harus anter kamu kemana? Buruan deh kasih tahu, aku masih harus meeting pagi ini." Alkha hampir kehilangan kesabarannya tapi dia tetap berbicara sopan.
"Gue nggak mau pulang." ucap Ara.
"Terus??"
"Ikut lo boleh nggak? Gue nggak bakal ganggu kok, please!" Alkha menatap Ara yang berubah seperti kucing imut. Alkha seketika menghindari beradu pandang lagi dengan gadis itu.
"Ya udah, tapi jangan ganggu!! Kamu harus nurut!" Ara dengan cepat menganggukan kepalanya.
Alasan kenapa Ara tidak mau pulang, karena dia malas ribut dengan papanya. Setiap hari dia harus selalu berdebat dengan papanya, hanya karena papanya ingin dia belajar bisnis. Akan tetapi Ara lebih menyukai jadi seorang desainer interior.
"Kenapa nggak mau pulang? Orang tua kamu pasti nyariin." tanya Alkha sedikit kepo.
"Papa selalu maksa gue buat belajar bisnis, sementara gue nggak tertarik dengan bisnis yang papa jalani, gue lebih suka gambar." jawab Ara tanpa menutup-nutupi.
"Kamu udah lulus kuliah?"
"Udah, nih lagi cari kerjaan, tapi sulit."
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah perusahaan cukup besar. Ara tahu itu adalah perusahaan yang berjalan di bidang property, dan perusahaan itu adalah perusahaan baru yang cukup sukses.
"Lo kerja disini?" tanya Ara kepada Alkha sembati sedikit melongo.
"Hmm," Alkha hanya bersenandung.
Sewaktu mereka memasuki perusahaan, banyak mata yang menatap mereka. Tak sedikit pula yang bergunjing. "Itu beneran bos?" gumam salah satu dari para karyawan.
Para karyawan tahu seperti apa bos mereka. Terlebih lagi setelah istrinya meninggal, tak satupun dari mereka yang pernah melihat senyuman dari bos-nya. Bos-nya terlihat sangat dingin kepada siapapun.
Meskipun begitu mereka juga sering lihat seoramg wanita yang sering datang ke kantor mencari bos mereka. Tapi menurut beberapa karyawan, wanita itu selalu dicuekin oleh bos mereka. Para karyawan pun pantas menjuluki Alkha dengan sebutan si gunung es.
"Kamu tunggu disini dulu, aku mau meeting. Jangan kluyuran kemana-mana!!" perintah Alkha.
Ara tidak menyangka kalau lelaki yang bersamanya dari semalam itu adalah CEO dari perusahaan besar itu. Karena Ara tidak mau membuat Alkha marah, dia menurut apa kata Alkha. Saat Alkha pergi meeting, dia tidak pergi kemana-mana. Hanya rebahan di sofa sembari bermain hape.
Sudah tiga jam Alkha meeting. Ara sedikit bosan sebenarnya, laper juga. Tapi tiba-tiba ponselnya berdering.
Sungguhku mencintaimu sungguhku gila karnamu.
Ketika Ara melihat siapa yang menelepon, dia agak bimbang antara mau angkat atau tidak. Tapi setelah panggilan ketiga, Ara memutuskan untuk menerima panggilan dari mamanya.
"Ara di rumah Cintya ma,"
"..."
"Iya, nanti Ara pulang kok, Ara cuma pengen menghibur diri aja." setelah itu Ara mematikan panggilan telepon dari mamanya.
Saat itu Alkha sudah masuk ke dalam ruangannya setelah selesai meeting. Tanpa sengaja dia mendengar obrolan Ara dengan seseorang di seberang telepon yang dia panggil mama.
"Kenapa bohong sama orang tua?" tanya Alkha mengagetkan Ara.
"Lo nggak sopan ya, nguping pembicaraan orang." omel Ara.
Alkha mengerutkan keningnya, kenapa dia yang marah, bukankah ini kantornya. "Aku antar pulang, atau kamu mau pulang sendiri." ucap Alkha tidak mau dianggap menyembunyikan anak gadis orang.
"Lo ngusir gue? Jahat.." seru Ara dengan berpura-pura menangis.
Sedangkan Alkha menjadi bingung juga merasa bersalah saat melihat Ara menangis. "Aku nggak ngusir kamu, aku cuma nanya. Udah ya jangan nangis lagi!" Alkha mendekati Ara yang sedang menangis dan semakin keras.
"Udah, udah, kamu boleh tinggal disini, tapi jangan nangis lagi, oke.." Alkha membujuk Ara yang terlihat menyedihkan.
"Beneran? Aku boleh disini dulu?" tanya Ara menghentikan tangisannya. Alkha hanya menganggukan kepalanya.
Setelah itu Alkha kembali ke meja kerjanya. Dia menyibukan diri dengan tumpukan dokumen di depannya. Sesekali dia melirik Ara yang sedang asyik main game. Aneh, kenapa dia tidak menolak Ara atau merasa terganggu dengan keributan Ara. Justru dia merasa senang ketika melihat Ara ngomel-ngomel sendiri saat main game.
"Anak kecil.." gumamnya pelan sembari tersenyum. Tapi sesaat kemudian dia mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. Dia kembali menatap foto yang ada di meja kerjanya. Foto istrinya bersama dirinya.
Alkha benar-benar melihat sosok istrinya di diri Ara. Kepolosannya, wajahnya juga agak mirip kalau di lihat dari samping. "Nggak, nggak, nggak!!" Alkha menepuk-nepuk pelan kedua pipinya.
"Nggak ada yang sama seperti Adela." gumamnya lagi. Lalu kemudian dia kembali fokus dengan pekerjaannya.
Tok tok tok pintu Alkha di ketuk seseorang. Tapi belum juga Alkha mempersilahkan masuk. Pintu ruangannya sudah terbuka. Dan masuklah seorang lelaki yang tak asing bagi Alkha.
"Brengs*k lo kemana aja semalam?" tanya Reska merasa tak puas dengan tindakan Alkha yang meninggalkan dirinya di club malam dengan masalah.
Akan tetapi belum selesai Reska mengomel. Tanpa sengaja dia melihat seorang gadis di dalam ruangan Alkha. Gadis itu tidak sadar kalau ada orang lain di dalam ruangan itu selain dia dan Alkha. Karena Ara memakai headset.
Reska memperhatikan gadis kecil dengan seksama. Sama seperti Alkha, dia juga seperti melihat sosok Adela dari diri Ara. "Siapa gadis itu? Kok kayak mirip sama Adela?" tanya Reska.
Pertanyaan Reska itu membuat Alkha menghentikan pekerjaannya. Ternyata bukan hanya dia saja yang melihat kalau gadis itu sedikit mirip dengan istrinya.
"Dia gadis yang di club semalam," jawab Alkha kemudian kembali fokus dengan pekerjaan yang sudah menumpuk.
"Jadi lo nggak jawab panggilan gue karena lo sedang senang-senang dengan tuh cewek? Lo udah bisa move on?" Reska senang akhirnya Alkha bisa menerima kenyataan juga.
"Gue nggak akan pernah buka hati buat wanita lain, karena cuma Adela wanita yang akan selamanya gue cintai." ucap Alkha dengan tegas. Entah itu karena emosi semata, atau karena hatinya memang sudah tertutup untuk wanita lain.
"Jangan gitulah bro! Lo juga berhak bahagia, lo juga butuh seseorang buat jaga lo."
"Gue bisa jaga dan rawat diri gue sendiri, dan gue juga sudah bahagia hanya mencintai Adela. Meskipun dunia kita sudah berbeda, tapi cinta gue akan selalu abadi buat dia." Alkha berkata dengan nada sedikit naik. Reska bisa melihat ada rasa bersalah dari diri Alkha kepada istrinya. Ada beban tersendiri yang ditanggung oleh sabahatnya atas kematian istrinya.
Reska merasa kasihan sebenarnya melihat Alkha yang seperti itu. Alkha yang selalu menolak kenyataan bahwa istrinya tak mungkin lagi mendampinginya. Bahkan dia juga merasa kasihan, saat Alkha mengeraskan hatinya untuk wanita lain.
"Lo berhak bahagia.." gumam Reska pelan, sembari menatap Alkha yang fokus dengan pekerjaan di depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Lina Maulina Bintang Libra
anak kecil awas bucin entar
2022-12-19
0
Lina Maulina Bintang Libra
ini yg g ska am cwe yg ska ngejulitin tanpa alasan yg jelas
2022-12-19
0
💜bucinnya taehyung💜
sebetulnya apa yg terjadi sih antara alkha dan mantan pd minggu2 trakhir sblm adela sblm malam naas itu terjdi
2021-07-25
1