Alkha membawa Ara ke taman yang ada di tengah kota. Alkha tersenyum melihat kekonyolan Ara. Dengan sangat bahagia, Ara terus saja menarik dan menggandeng tangan Alkha.
"Om, mau beli es krim.." ucap Ara, dan Alkha pun menuruti apa mau gadis kecil itu.
Alkha sejenak melupakan kesedihan dan kesepian hatinya ketika bersama Ara. Bersama Ara, Alkha terus-terusan tersenyum bahagia. Bahkan dia bisa melupakan Adela meski hanya sesaat.
Karena capek, akhirnya mereka berdua duduk di kursi yang telah di siapkan di taman itu. "Capek om." ucap Ara ketika ketemu dengan kursi yang kosong. Malam itu tempat itu penuh dengan anak muda yang sedang nongkrong, banyak juga yang sedang pacaran. Mungkin karena cuaca yang baik juga.
"Udah dibilang panggil kakak, masih aja ngeyel!!!" protes Alkha sembari menarik hidung Ara.
"Sakit tahu nggak om!" omel Ara menepis tangan Alkha yang selalu saja iseng, entah itu mencubit pipinya atau menarik hidungnya.
"Gue nyamannya panggil om," lanjut Ara membuat Alkha menghela nafasnya.
"Terserah kamu aja," Alkha sedikit kesal dengan kengeyelan Ara.
"Iya deh, kakak.. Gitu aja marah.." Ara dengan genit mencolek dagu Alkha.
Setelah cukup lama mengobrol dan bercanda, Ara tiba-tiba bertanya sesuatu yang bikin Alkha terdiam. "Kak, lo beneran seorang duda?" tanya Ara masih penasaran.
Alkha sempat terdiam setelah kemudian dia menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. Keheningan pun tak dapat terhindarkan.
Ara yang menyesal kenapa menanyakan hal itupun mulai meminta maaf kepada Alkha. Dia bukannya mau membuat Alkha merasa tak nyaman, tapi dia cuma penasaraan aja. Karena kata mamanya, Alkha adalah seorang duda tapi belum punya anak.
"Maafin gue nggak bermaksud-"
"Iya, aku seorang duda." Belum sempat Ara menyelesaikan ucapan maafnya, Alkha sudah memotong pembicaraannya.
"Istri lo?"
"Dia meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan." Alkha menjawab pertanyaan Ara dengan jujur, tanpa berniat menyembunyikan apapun dari Ara.
"Maaf, maaf, gue beneran nggak tahu." Ara kembali meminta maaf karena telah membuat Alkha bersedih.
"Itulah sebabnya aku suruh kamu lupain perasaan kamu ke aku, karena aku hanya cinta sama istri aku." ucap Alkha yang membuat Ara merasa tak suka.
Dia paling tidak suka di suruh-suruh, apalagi disuruh melupakan perasaannya kepada seseorang. Masalah perasaan, Ara tahu betul kalau semua itu tak bisa diatur.
Karena baru sekarang juga Ara merasakan jatuh cinta kepada seseorang.
"Lo nggak bisa atur hati gue!! Gue mau cinta sama lo itu hak gue, lo nggak berhak larang gue!!" ucap Ara sedikit kesal.
"Aku cuma nggak mau kamu sakit hati, gitu aja. Karena aku nggak bisa balas perasaan kamu ke aku." jawab Gio mencoba menjelaskan apa maksudnya.
"Gue nggak akan menyerah, gue akan buat lo jatuh cinta sama gue! Akan gue hancurin gunung es dihati lo dengan cinta dan keceriaan gue!" ucap Ara dengan yakin dan terlihat sangat optimis.
Alkha menatap Ara dengan datar. Dia sangat suka dengan rasa pantang menyerah gadis kecil itu. Tapi Alkha juga tidak akan membiarkan cintanya untuk Adela pudar.
"Terserah kamu aja, yang penting aku udah peringatin kamu ya.." ucap Alkha.
Ara lalu mengusulkan supaya mereka mengabadikan moment itu dengan ponselnya. Alkha juga tidak menolak, entah kenapa apa yang membuat Ara bahagia, Alkha tidak bisa menolaknya.
"1, 2, 3,.."
Ara tertawa melihat hasil jepretannya. Maka kecanduanlah dia, apalagi Alkha terlihat sangat tampan meski hanya dengan wajah yang datar.
"Senyum dong kak!!" pinta Ara.
Cekrekkkk
"Lagi, lagi, lagi, senyum biar kelihatan tambah ganteng!" Alkha juga menurut apa kata Ara.
Setelah foto yang kesekian kalinya. Giliran Alkha yang memegang hape, tapi tiba-tiba Alkha berinisiatif mendekatkan kepalanya supaya terlihat dekat. Tentu saja itu membuat Ara kaget, seketika Ara menatap Alkha yang wajahnya begitu dengannya.
Cekrekkkk
Alkha mengambil foto saat Ara dan dirinya sedang bertatapan. Dan sumpah foto itu terlihat sangat indah. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.
"Bagus banget..." Ara merasa senang dengan hasil foto itu.
Malam pun semakin larut, Alkha mengantar Ara pulang ke rumahnya. Di dalam mobil Ara kembali bertanya apa Alkha tidak punya niat buat nikah lagi.
"Hati aku udah tidak utuh saat istri aku ninggalin aku, jadi aku nggak mau menyakiti hati wanita lain, karena aku tidak akan pernah bisa melupakan istri aku." jawab Alkha dengan sedih.
"Tapi kan hidup ini terus berjalan kak, kakak nggak bisa terus-terusan berharap kepada orang yang telah meninggal, lo juga berhak buat bahagia.."
"Adela tidak meninggal!!! Dia masih hidup di dalam hati aku.." jawab Alkha cepat, dan dengan nada tinggi. Ara sempat kaget melihat Alkha marah, itu pertama kalinya melihat Alkha marah.
Padahal, sebelumnya Alkha tidak pernah ngomong dengan nada tinggi, meskipun Ara bertingkah konyol sekalipun. Tapi kali ini, Ara melihat ada yang berbeda dengan lelaki yang baru kemarin dia kenal.
"Maaf.." ucap Ara singkat.
"Nggak apa kok, aku minta maaf karena nggak bisa mengontrol emosi aku.." Alkha mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.
Alkha menyadari kalau ucapannya tadi membuat Ara kaget dan takut. Dia tahu maksud ucapan Ara, tapi Alkha selalu menolak kenyataan kalau istrinya sudah meninggal.
Sepanjang perjalanan di dalam mobil mereka hanya terdiam. Ara masih sedikit kesal karena Alkha yang sempat membentaknya tadi. Sementara Alkha juga merasa bersalah karena sempat meledak emosinya.
"Besok agak siang ikut aku meeting, ada klien yang ingin renovasi kantornya dengan interior baru. Kamu kan ahlinya, jadi besok kamu ikut aku!" ucap Alkha mencoba mencairkan suasana yang tegang di dalam mobil.
"Ya." jawab Ara singkat.
Seketika Alkha menoleh menatap gadis yang biasanya ceria itu. "Maafin aku!" ucap Alkha pelan.
Ara lalu menatap Alkha yang terlihat sangat menyedihkan. Tentu saja Ara tidak tega melihat lelaki yang dia cintai terlihat seperti itu. "Nggak mau.. Kecuali kalau lo traktir makan siang besok.." jawab Ara mencoba kembali bersikap biasa aja.
"Kalau kamu bisa menangin tender besok, bukan hanya makan siang, tapi aku akan kasih kamu hadiah.."
"Hadiah apa?"
"Ya pokoknya hadiah, tapi kamu harus bisa dapetin proyek besok.." Alkha bernegosiasi dengan Ara.
"Hadiahnya apa dulu? Kalau menarik, gue akan berusaha dengan keras, kalau nggak ya gue nggak akan berusaha."
"Kamu maunya apa?" tanya Alkha.
"Em,, kita dinner gimana? Tapi harus dinner yang romantis!" jawab Ara mengajukan penawaran.
"Deal.." jawab Alkha cepat.
Hanya dinner itu tak seberapa buat Alkha. Awalnya Alkha berpikir kalau gadis kecil itu akan meminta permintaan yang mahal. Minta beliin mobil misalnya. Tapi ternyata dia hanya minta diajak dinner romantis.
"Selamat malam gadis kecil!" ucap Alkha ketika Ara hendak keluar dari mobil. Tentu saja itu membuat Ara sangat senang, dia kemudian menatap Alkha dengan tersenyum senang.
"Jangan lupa besok harus bekerja keras!" Alkha mengingatkan Ara dengan tugasnya. Alkha sangat yakin kalau Ara adalah seseorang yang sangat berbakat.
"Malam juga my prince.." jawab Ara dengan ciri khas keceriaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
suka membaca
ayo alka lihat masa depan lu
2021-02-04
2