"Om, tempat kerja gue mana?" tanya Ara.
"Oh iya, Res tolong anterin anak kecil, maksud aku, Ara ke ruangan pojok kanan itu ya!" perintah Alkha.
Reska sempat memicingkan matanya, setahu dia ruangan pojok itu dulunya ruangan yang tak terpakai, dan hanya di jadikan ruangan untuk menyimpan dokumen.
"Loh bukannya ruangan itu..?"
"Udah nggak usah banyak nanya, anterin aja kesana!" Reska makin tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya itu.
Akan tetapi meskipun begitu Reska tetap saja nurut apa yang Alkha perintahkan. Reska mengantar Ara ke ruangan yang tidak jauh dari ruangan Alkha. Masih dengan bertanya-tanya Reska memikirkan banyak hal.
Kembali terkejut saat ruangan yang dulunya hanya tempat untuk menyimpan dokumen lama, kini telah bersih dan siap di pakai.
"Keahlian kamu apa sih? Maksudnya apa yang menjadi pertimbangan Alkha sewaktu menerima kamu kerja disini?" tanya Reska kepada Ara.
"Em, nggak tahu juga ya om, kemarin om Alkha cuma nanya gue kuliah ambil jurusan apa, terus setelah gue jawab, dia nanya gue mau kerja nggak sama dia. Gitu doang." Di tanya seperti itu membuat Ara juga bingung. Dia terlalu senang karena dapat pekerjaan, jadi tidak bertanya lebih lanjut.
"Kenapa sih emangnya?" Ara juga ikutan bingung.
"Nggak apa kok, kerja yang bener ya! Kalau ada apa-apa panggil kakak aja, ruangan aku cuma di situ kok.." ucap Reska menunjukan ruang kerjanya kepada Ara. Siapa tahu Ara membutuhkan arahan juga bimbingannya.
Selepas Reska keluar dari ruangannya, Ara sedikit bingung apa yang harus dia kerjakan. Di saat dia dilanda kebingungan, Yekti muncul dan memberi Ara setumpuk dokumen untuk Ara periksa.
"Ini adalah proyek yang tertunda beberapa waktu lalu, tolong kamu periksa lagi, dan hitung ulang ya!" ucap Yekti sembari meletakan setumpuk tugas untuk Ara.
"Oke mbak,"
"Kalau bingung, kata pak bos bisa langsung ke pak bos." Yekti menyampaikan pesan langsung dari Alkha ke Ara.
"Siap mbak.."
Hari pertama kerja, Ara ingin menunjukan kepada Alkha kalau dia mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Dia ingin menunjukan ke Alkha, kalau Alkha tidak akan pernah menyesal memberinya pekerjaan.
Meskipun dia lihai dalam menggambar, tapi Ara juga pandai dalam menentukan harga yang dibutuhkan dalam pembangunan sebuah rumah, atau semacamnya.
Tok tok tok pintu ruangannya di ketuk. "Masuk.." serunya masih fokus dengan pekerjaannya.
"Masih sibuk?" Ternyata Alkha datang untuk melihatnya bekerja.
"Iya, masih beberapa yang kayaknya janggal ya? Tidak sesuai dengan harga." jawab Ara masih sedikit merasa bingung. Ara menunjukan dokumen yang dia curigai itu kepada Alkha.
Saat Alkha melihat dokumen itu, Alkha malah tersenyum bahkan terkesan tidak kaget dengan apa yang dia lihat. Tentu saja itu membuat Ara jadi semakin bingung. Ini yang bodoh gue, atau gimana sih, gumamnya dalam hati.
"Nggak sia-sia aku kasih kamu pekerjaan, ternyata kamu jeli juga." ucap Alkha sembari menarik kursi yang ada di depan meja kerja Ara.
"Itu proyek lama, dan udah dipecat juga kontraktornya, kamu tahu soal harga?" tanya Alkha sedikit kagum sih dengan keahlian lain Ara.
"Ya, sedikit. Sebagai seorang desainer interior, gue juga harus tahu tentang harga sebuah bahan yang akan digunakan. Biar kelak jika ada proyek, gue bisa turun tangan langsung dalam proyek itu." jawab Ara.
Alkha tersenyum mendengar jawaban yang optimis dari gadis kecil itu. "Aku ada temen cari desainer interior, kamu mau ambil project itu nggak?" tanya Alkha menawari Ara kerjaan.
"Kalau lo yang perintah, apa gue masih bisa nolak? Lo kan bos-nya." Ara mengerucutkan bibirnya.
Alkha kembali tersenyum, "Yuk makan siang!" ajak Alkha. Karena saking fokusnya dengan pekerjaan Ara jadi tidak ingat waktu. Jadi tujuan utama Alkha datang adalah mengingatkan dia bahwa sudah waktunya makan siang.
"Om, jangan terlalu baik sama gue bisa nggak?" ucap Ara sembari menundukan kepalanya.
"Aku selalu baik kepada semua karyawan aku. Kamu jangan baper!" Alkha kembali memperingati Ara.
"Udah baper om...." seru Ara sedikit memekakan telinga.
****
Sepulang kerja, Ara berbaring di depan tivi sambil mainan hape. Dia sedang chattingan dengan Alkha dan beberapa teman di grup-nya. Akan tetapi Ara lebih fokus dengan chattingannya dengan Alkha.
Ketika mamanya masuk ke kamarnya bahkan Ara tidak sadar. Dia terlalu senang bisa chattingan dengan Alkha. Dan Alkha juga selalu membalas chat-nya.
"Kenapa kok senyum-senyum? Chattingan sama siapa sih?" tanya mamanya mengagetkan Ara.
"Eh mama, maaf Ara nggak tahu mama ada disini." ucapnya lalu mengubah posisinya.
"Mama ketuk-ketuk pintu, tapi kamu nggak denger, ya udah mama masuk aja.."
"Nggak apa-apa kok ma, emang ada apa ma?" tanya Ara penasaran. Dari pagi mamanya sangat mencurigakan.
Mamanya Ara kembali terdiam. Dia bingung bagaimana caranya bilang ke Ara masalah perjodohan yang sudah di atur untuk dirinya.
Melihat kediaman mamanya, membuat Ara semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi. "Kenapa sih ma?" tanyanya lagi.
"Kamu udah punya pacar Ra?" tanya mamanya mencoba kembali berpikir apa yang akan dia katakan kepada anaknya.
"Belum sih ma, emang kenapa?" tanya Ara lagi.
"Kebetulan kalau gitu. Mama sama papa rencananya mau jodohin kamu dengan anak temennya mama." Setelah menghela nafas, akhirnya mamanya Ara mantap mengatakan masalah perjodohan kepada anak semata wayangnya.
"Ha? Jodohin?" Ara terlihat sangat terkejut dengan apa yang dia dengar.
"Ini tahun apa? Masih ya ada jodoh-jodohin gitu?" Ara menentang keras perjodohan yang diatur untuk dirinya.
"Lagian belum tentu yang mama jodohin buat Ara itu bisa buat Ara bahagia, sapa tahu setelah nikah ternyata kita nggak cocok, kayak tante Sania noh, nikah karena perjodohan, akhirnya cerai kan?" Ara mengingatkan mamanya pada adik kandung mamanya yang nikah baru tiga bulan akhirnya bercerai.
"Tapi kehidupan semua orang itu tidak sama nak, mama yakin kalau calon kamu ini bisa bahagiain kamu. Meskipun dia duda, tapi dia belum punya anak, dan dia juga seorang pengusaha yang sukses."
"Nah apalagi dia duda. Ara nggak mau nikah sama duda, Ara masih bisa cari suami sendiri." Ara menolak keras keinginan mamanya.
"Tolonglah nak, mama nggak enak nolaknya. Temen mama itu udah baik banget sama keluarga kita. Kamu ingat nggak waktu papa sakit dan pabrik hampir gulung tikar? Itu temen mama yang kasih modal buat papa, sehingga pabrik bisa semakin berkembang seperti sekarang. Tolonglah nak," Mamanya memohon pun Ara masih saja bersikeras tidak mau menurut apa mau mamanya.
"Mama mau jual masa depan Ara gitu maksudnya?" Perkataan Ara membuat mamanya membulatkan matanya. Dia tak menyangka kalau anaknya akan berpikiran seperti itu.
"Enggak sayank, bukan itu maksud mama. Atau kalau nggak gini aja, kita ketemu dulu sama anaknya temen mama itu, kamu kenal dulu sama dia, kalau kamu memang nggak suka, ya udah mama nggak akan paksa kamu. Tapi kamu harus ketemu dulu sama dia. Dia ganteng tahu, keturunan Korea Selatan." Sebagai baktinya kepada orang tua, Ara setuju dengan ide mamanya. Dia bersedia ketemu dengan lelaki itu.
Maka bahagialah mamanya Ara. Dia lalu buru-buru mengatur pertemuan dengan calon menantunya malam ini. Kenapa harus buru-buru, karena mumpung Ara bersedia ketemu. Mamanya Ara takut kalau Ara akan berubah pikiran, makanya dia gerak cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yusneli Usman
Thor....agak kasian alkha nya baru sebulan ditinggal mati masa di jodohiin....klu bisa setahun kek....hanya pendapat
2021-10-18
1
Ratna Wati
wah jodoh g kmn ya,g taunya Ara ma Alkha dijodohin
2021-08-06
0
Sanni Abdillah
ini pasti mau di jodohin ama alkha ya thor .....
2021-03-29
3