Ara dan Reska menuju ruangan masing-masing. Saat melewati ruangan Alkha, tanpa sengaja Ara berpapasan dengan Vanya yang baru keluar dari ruangan Alkha. "Tante ngapain kesini?" tanya Ara sedikit terkejut, kenapa pagi-pagi Vanya sudah ada di ruangan Alkha.
"Terserah aku dong mau kemana, kok kamu jadi yang repot." jawab Vanya dengan sedikit kesal. Vanya memang sejak awal sudah tidak suka dengan Ara.
"Haduh dasar tante-tante, gitu aja baper.. Gue kan cuma nanya, ngapain tante kesini?" ucap Ara sembari memutar bola matanya.
"Kepo.." jawab Vanya dengan sinis lalu berjalan meninggalkan Ara yang bingung dengan sikap Vanya.
Ara yang masih bingung hanya menaikan bahunya sedikit lalu berjalan kembali menuju ruangannya. Tapi, sebelum dia masuk ke dalam ruangannya, Ara melihat Alkha keluar dari ruangan Alkha.
"Om!!" seru Ara kembali menutup pintu ruangannya. Ara berlari kecil mendekati Alkha yang terhenti karena panggilannya.
"Gue tadi lihat tante-tante itu keluar dari ruangan lo, dia ngapain kesini?" tanya Ara kepada Alkha, seolah dia tidak memperhatikan komuk Alkha yang sedikit dingin.
"Kamu tahu ini udah waktunya kerja kan?" Ara menganggukan kepalanya.
"Terus kenapa nggak kerja? Malah nanya hal yang bukan urusan kamu.." ucap Alkha sedikit dengan nada tinggi.
Jujur saja saat itu Ara sempat terhenyak dengan perubahan sikap Alkha. Sebelumnya Alkha akan bersikap lembut kepadanya, tapi berbeda dengan saat itu. "Kan cuma tanya, nggak mau jawab juga nggak apa-apa.." Ara sedikit kesal sebenarnya, tapi dia masih bersikap manja di depan Alkha, seolah dia tidak peduli dengan ucapan Alkha. Padahal dalam hatinya, Ara sedikit marah.
Alkha hanya menatap Ara yang sedang merajuk, tanpa berkata lagi lalu dia melanjutkan langkahnya. "Mau kemana sih om?" tanya Ara lagi.
Alkha sama sekali tidak menjawab atau bergeming dengan pertanyaan Ara. Alkha meneruskan langkahnya meninggalkan Ara yang merasa sedikit kecewa dengan sikap dingin Alkha.
"Ngapa sih?" gumam Ara yang masih bingung dengan perubahan Alkha. Lalu Ara kembali ke ruangannya.
Ara masih aja kepikiran dengan kenapa Alkha bisa begitu cepat berubah. Karena saking bingungnya, Ara menjadi tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Padahal dia harus segera memberikan gambar 4D-nya kepada perusahaan yang sebelumnya telah bekerja sama dengan perusahaan Alkha itu.
"Hah.." Ara menempelkan kepalanya ke meja kerjanya, dia merasa sangat tidak bersemangat.
"Kok nggak makan siang?" tanya Reska yang tiba-tiba masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu.
Dan karena saking malasnya, Ara sampai tidak sadar kalau setengah hari dia habiskan dengan malas-malasan. Dan juga tidak tahu kalau sudah waktunya makan siang.
"Alkha nggak kesini?" tanya Reska. Sebetulnya dia datang ke ruangan Ara juga karena mencari Alkha. Biasanya Alkha kalau tidak kelihatan dia akan datang menemui Ara. Tapi kenapa hari ini dia tidak ada.
"Nyariin om Alkha kok ruangan gue, cari di ruangannya dong!!" sahut Ara sembari membereskan berkas yang ada di depannya.
"Dia nggak ada di ruangannya, aku pikir dia nyamperin kamu kesini." jawaban Reska itu membuat Ara mengerutkan keningnya, bertanya-tanya kemana Alkha perginya.
Itu juga menguatkan dugaan Ara, kalau Alkha memang marah kepada dirinya karena masalah sewaktu mereka dinner itu. Dan mungkin saat inu Alkha ingin menjauh dari Ara karena tidak mau Ara akan menyuruhnya menerima kenyataan.
"Udahlah, nggak usah dipikirin!! Yuk kita makan!!" ajak Reska, saat melihat wajah Ara yang sedih membuat Reska tidak tega.
Reska tahu maksud Ara itu baik. Tapi Alkha yang tidak bisa menerima nasehat dari siapapun. Dan masih belum bisa menerima takdirnya.
Ara mengikuti Reska menuju depan kantor mereka. Hari itu mereka berdua lagi tidak mood makan makanan kafetaria kantor. Dan memilih makan mie ayam yang ada di depan kantor mereka.
"Lo sering makan di tempat kayak gini?" tanya Ara kepada Reska.
"Nggak sering juga sih, tapi pernah-lah.." jawab Reska tak berbohong, dia memang sangat jarang makan di tempat seperti itu. Biasanya dia lebih sering makan di kafe mewah.
"Kehidupan orang kaya memang kayak gitu. Padahal makanan pinggir jalan seperti ini juga enak, dan yang paling penting murah.." ucap Ara.
Setelah selesai makan, mereka berdua kembali ke kantor. Begitu sampai di halaman perusahaan, mereka melihat mobil Alkha yang telah terparkir, padahal sewaktu mereka keluar mobil Alkha tidak terlihat di parkiran.
"Om Alkha udah balik kayaknya. Gue mau beliin dia makanan dulu." ucap Ara dengan senang. Ara mempercepat langkahnya menuju kafetaria kantor untuk membelikan makanan buat Alkha.
Ara berpikir untuk memberikan makanan itu sekalian minta maaf ke Alkha. Ara tidak mau bermusuhan lama dengan Alkha.
Sementara Reska masih dengan setia menemani Ara membeli makanan buat Alkha. Reska suka dengan sikap pantang menyerah gadis yang selisih umur delapan tahun dengannya itu.
Dengan langkah senang Ara menuju ruangan Alkha. Dia berharap Alkha akan senang dengan perhatiannya. Tok..Tokkk. Ara mengetuk pintu ruangan Alkha dua kali, setelah kemudian dia membuka pintu sebelum Alkha mempersilahkan dia masuk.
"Apa kamu tidak punya rasa sopan santun?" Tentu saja Alkha terkejut dengan kemunculan Ara yang tiba-tiba.
Ara menyadari kesalahannya segera minta maaf kepada Alkha yang sedang berbaring di sofa yang ada di ruangannya. "Maaf, gue cuma mau kasih makan ini.. Lo pasti belum makan kan?" tanya Ara berjalan mendekat.
"Bawa aja aku udah makan!" ucap Alkha dengan sangat dingin. Bahkan Alkha tidak melihat Ara, dan justru malah mainan ponselnya.
Ara yang sudah tidak tahan lagi dengan kedinginan Alkha mulai geram dengan perilaku Alkha. Dengan sedikit marah dia berkata, "Gue udah susah payah beliin ini buat lo, tapi lo justru bersikap seperti ini? Tak bisakah lo hargai perhatian gue?"
"Aku nggak pernah minta kamu buat perhatiaan ke aku!"
Jleb..
Ara merasakan hatinya seperti ditusuk ribuan pisau. Sakit.
"Lupakan aku! Jangan mencintai aku!" imbuh Alkha semakin membuat hati Ara semakin sakit.
Ara hampir tidak bisa menahan sakit dalam hatinya. Tapi dia berusaha dengan sangat untuk menahan air matanya. Ara memejamkan matanya dan mencoba mengatur suasana hatinya yang kacau. Baru kali ini Ara merasakan hatinya terasa sakit.
"Kalau gue bisa atur kepada siapa gue jatuh cinta, gue juga nggak akan pernah mau jatuh cinta pada orang yang takut menghadapi takdir!!!" ucap Ara menahan rasa sakit dalam hatinya.
"Sampai kapan lo akan seperti ini? Lo lari dari kenyataan kayak gini? Lo mau gue buang rasa suka ke lo? Oke, gue akan lakukan!!" ucap Ara meletakan makanan itu di atas meja kerja Alkha.
"Kalau lo nggak mau makan, buang aja!!" lanjutnya lagi sebelum keluar dari ruangan Alkha.
Ara tidak ingin menyerah sebenarnya, tapi rasa sakit dalam hatinya memaksanya untuk mengangkat tangan. Apa yang membuat Ara merasa sakit hati karena penolakan Alkha ialah, karena Alkha yang bersikap dingin kepadanya.
Penolakan itu bukan pertama kalinya Alkha ucapin, tapi entah kenapa dengan sikapnya yang mulai acuh, membuat Ara sakit.
Setelah Ara keluar dari ruangannya. Alkha mulai bangkit dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia melihat makanan yang dibawakan oleh Ara untuknya. Alkha tersenyum kecil saat tahu itu adalah makanan kesukaannya.
"Maafin aku anak kecil! Aku cuma nggak mau menyakiti kamu, karena hatiku sudah tidak utuh lagi.." gumam Alkha seorang diri. Ada penyesalan disana, ada rasa yang aneh saat melihat gadis kecil itu sedih. Dan bahkan berusaha keras menahan air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
melll official
jadi inget ceritanya KK Ivan seventeen pas KK Dylan pergi
2022-07-03
0
Mira Wahyuni
aq jg ikutan sedih dan berlinang air mata 😢
2021-06-08
1
Kas Gpl
kok gue yg sakit ya
2021-05-03
0