Berhari-hari Ara tidak pernah menemui ataupun menggangu Alkha. Ara lebih memfokuskan dirinya pada pekerjaan. Ara bahkan sudah tidak terlihat manja seperti sebelumnya. Dia juga mulai bisa membaur dengan karyawan lainnya. Karena kebaikannya, tak lama membuat Ara memiliki banyak teman.
Alkha yang melihat perubahan Ara itu merasa senang, sekaligus sedih. Senang karena Ara sekarang terlihat lebih dewasa. Dan sedih karena dia tidak bisa lagi melihat kemanjaan Ara.
"Ra, dipanggil pak bos!" ucap Yekti.
Ara sebenarnya tidak ingin ketemu dengan Alkha, tapi mau gimana lagi, Alkha adalah bos-nya. Ara bahkan memiliki pikiran untuk resign dari perusahaan Alkha, dan mencari pekerjaan lain.
Dengan langkah sedikit malas, Ara berjalan menuju ruangan Alkha. Setelah dua ketukan, Alkha berseru dan mempersilahkan Ara masuk.
"Maaf pak, apa bapak manggil saya?" Ara berkata dengan bahasa formal ke Alkha.
"... Iya." Alkha sempat kaget dengan bahasa yang Ara gunakan. Alkha merasa asing dengan Ara. Itu bukan Ara yang dia kenal.
"Nanti setelah makan siang, ikut aku meeting, ada klien yang ingin ketemu kamu, setelah mendengar kinerja kamu.." ucap Alkha
"Baik.." jawab Ara singkat.
Alkha menatap gadis yang mengenakan rok hitam selutut dengan baju formal yang cocok untuk dia. Alkha seperti kehilangan sosok kekanakan dari Ara.
"Gimana kabar kamu?" Tiba-tiba Alkha bertanya kabar Ara. Sudah lebih dari seminggu dia tidak berkomunikasi dengan Ara. Baik di kantor atau di jejaring sosial. Ada rasa kangen yang dia pendam.
"Baik-baik saja pak.." jawab Ara dengan sopan.
"Nanti makan siang bareng!" pinta Alkha.
"Maaf pak, saya udah ada janji makan siang dengan pak Reska."
"Reska?" Alkha sedikit terkejut, tapi kemudian paham. Beberapa hari ini memang Alkha sering melihat Reska makan siang dengan Ara.
"Iya.. Kalau sudah tidak ada yang dibicarakan lagi, saya pamit kembali bekerja.." Alkha menganggukan kepalanya pelan. Alkha sebenarnya merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Ara.
"Apa dia sekarang jalan sama Reska? Mereka terlihat sangat dekat." gumam Alkha pada dirinya sendiri.
"Kenapa hati aku rasanya nggak nyaman ya?"
Sementara disisi lain...
Begitu keluar dari ruangan Alkha, Ara menghela nafasnya berkali-kali. Dia mengatur irama jantungnya yang tidak karuan. Dia berusaha buat tidak melihat Alkha, karena dia takut semakin tidak bisa melupakan Alkha.
****
Ketika Ara dan Reska sedang makan di depan kantor seperti biasa. Tiba-tiba ada seseorang yang mengikuti mereka. "Mie satu ya bang!" ucap seseorang itu.
Ara dan Reska seketika menoleh dan melihat Alkha duduk di meja yang sama dengan mereka. "Loh bro?" Reska tentu saja kaget, karena dia belum pernah melihat Alkha makan di tempat seperti itu.
Akan tetapi bagi Ara, dia sudah melihat kesekian kalinya Alkha makan makanan pinggir jalan.
"Tumben lo makan disini?" tanya Reska masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Iya, bosen makanan kafe terus.." jawab Alkha dengan tersenyum kecil.
"Lah curang kan, kenapa kamu tembak aku?" omel Reska kepada Ara, setelah dia sadar kalau dia kalah main game dengan Ara.
"Siapa suruh nggak fokus," ucap Ara dengan tertawa.
"Oke, sesuai perjanjian, makan siang hari ini lo yang traktir!!" imbuh Ara masih dengan tertawa.
"Kamu curang!!" seru Reska masih belum rela dia kalah lagi dengan Ara. Itu bukan pertama kalinya dia kalah main game dengan Ara.
"Ya udah kalau gitu lo bayar makanan gue, gue udah kenyang, mau balik ke kantor.." ucap Ara meninggalkan tempat itu.
"Oh ya, ntar malam jadi loh! Gue tunggu di rumah.." Ara kembali lagi untuk mengingatkan janjinya dengan Reska.
"Iya.." jawab Reska santai sembari mengacungkan jempolnya ke atas.
Alkha mengerutkan keningnya. Dia tidak menduga kalau Reska dan Ara akan sedekat itu. Bahkan juga Reska tahu rumah Ara. Tiba-tiba ada sesuatu yang aneh dalam hati Alkha. Dia merasa tak suka melihat kedekatan Reska dan Ara. Apalagi sekarang Ara telah mengabaikannya.
"Lo sama gadis kecil itu...?" Alkha ragu-ragu bertanya kepada Reska.
"Iya.." jawab Reska seolah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Alkha. Padahal dia cuma ngaco aja jawabnya.
Selesai makan, Alkha bersiap untuk meeting dengan klien barunya. Alkha sempat curiga kenapa klien barunya ingin sekali ketemu dengan Ara. Akan tetapi Alkha juga tidak menyelak kalau karya Ara memang begitu mengagumkan.
Ara terbilang baru dalam dunia bisnis di bidang property. Tapi ide-ide cemerlangnya sangat menakjubkan para seniornya. Hasil desainnya pun sangat mengagumkan.
"Sudah siap?" tanya Alkha yang nyamperin ke ruangan Ara.
"Sudah pak.." jawab Ara setelah selesai merapikan dokumen yang sebelumnya berserakan di atas meja kerjanya.
Alkha membukakan pintu mobil untuk Ara. "Maaf pak, saya bawa mobil sendiri aja.." Dengan sopan Ara menolak tindakan romantis Ara.
"Nggak boleh!! Kita harus bersama!" Alkha sedikit memaksa dengan menarik Ara dan menyuruh Ara masuk ke dalam mobilnya.
Mau tak mau Ara harus masuk ke dalam mobil Alkha. Di dalam mobil mereka berdua hanya saling terdiam. Alkha fokus dengan kemudinya, sementara Ara fokus dengan ponselnya.
"Gue ada meeting di luar," ucap Ara setelah menerima panggilan.
"Ntar aku harus bawa apa aja?" Suara Resk di seberang telepon.
"Terserah. Bawa bunga juga nggak apa-apa, atau coklat. Gue suka banget makan coklat."
Alkha yang ada di sebelah Ara hanya terdiam mendengar percakapan antara Ara dengan seseorang di seberang telepon. Dari suaranya, Alkha yakin kalau itu pasti Reska. Lebih kesal saat Ara tertawa bersama Reska lewat telepon.
"Kamu punya hubungan apa sama Reska?" tanya Alkha setelah Ara mematikan teleponya.
"Kayaknya hubungan kalian lebih dari hubungan kerjaan." imbuh Alkha penasaran.
"Iya.. Lebih dari pekerjaan.." jawab Ara tak menutupi. Faktanya, Ara dan Reska semakin dekat dan memahami satu sama lain. Mereka juga terlihat sangat dekat.
Alkha sedikit kesal dengan jawaban Ara. Entah kenapa dia merasa marah saat mendengar jawaban Ara.
"Klien kali ini terkenal agak sulit ditangani. Kalau kamu bisa menangkan lagi tender ini, aku akan kasih kamu hadiah lagi, terserah apa yang kamu mau." ucap Alkha berusaha untuk tersenyum.
"Saya nggak minta apa-apa pak, karena semua itu udah menjadi kewajiban saya untuk memenangkan tender ini." Lagi-lagi jawaban Ara membuat Alkha marah. Jawaban Ara berbeda dengan apa yang Alkha inginkan.
"Kenapa kamu berbicara pakai bahasa formal ke aku?" Alkha terdengar sedikit agak protes.
"Karena bapak adalah bos saya. Dan saya harus hormat kepada bos saya." jawab Ara cepat.
"Tapi aku merasa kita semakin jauh," gumam Alkha yang tentunya terdengar oleh Ara.
Bukankah itu yang lo mau.
Bukankah itu yang lo pengen.
Kenapa sekarang lo mengeluh untuk itu.
Ara tidak tahu apa yang dipikirkan dan apa yang diinginkan lelaki yang masih ada di dalam hatinya. Kedinginan dan rasa tidak pedulinya itu semua dia lakukan karena permintaan Alkha. Kenapa sekarang dia protes.
Akan tetapi Ara terdiam. Dia bersikap seolah tidak mendengar apa yang Alkha ucapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
◉‿◉♡-Ƥυтrу Ƴαѕмιη-♡◉‿◉
Sebetulnya ARA bukan memaksa atau harus melupakan mendiang iatrinya Alkha tp ara mau dia menerima taqdir, menerima keadaan bahwa istriny sudah tdk ada tpi hidup masih ttp berjalan....mencoba aja dulu bukan langsung nyuruh orang untuk begitu yg bikin skit hati
2022-08-21
2
Mira Wahyuni
aq sedikit curiga kalo sebenarnya Reksa dan Ara sekongkol ngasih pelajaran ke Alkha 😆
2021-06-08
0
Ius Wonga
bgus ara....buat alka kpnasan cem cacing...pe2t terus tu reska tpi hrus kja sama ma reska...jgn buat reska plmpiasan. trus jodohkn rezka ma cintya
2021-03-30
4