"Widih cakep bener anak papa," ujar papa Ara ketika Ara memakai pakaian formal.
"Iya dong pa," jawab Ara sambil memasukan roti dengan isian selai coklat ke mulutnya.
"Kamu beneran udah dapet pekerjaan?" Ara menganggukan kepalanya.
"Papa sebenarnya ingin kamu meneruskan bisnis papa, tapi kamu malah nggak mau. Ntar kalau papa udah nggak ada, siapa yang akan-"
"Ara kayaknya harus berangkat sekarang deh pa, ma. Takut telat, ini kan hari pertama Ara kerja." Ara dengan sengaja memotong ucapan papanya. Ara tidak mau terus-terusan akan terbebani dengan keinginan papanya.
Ara melajukan mobil honda jazz miliknya. Ara kembali teringat ucapan papanya tadi. Ada rasa takut di dalam hatinya. Setelah kembali teringat 3 tahun yang lalu. Saat papanya hampir meninggalkan dia dan juga mamanya karena serangan jantung. Beruntung papanya masih bisa diselamatkan.
"Maafin Ara pa, tapi pekerjaan ini adalah impian Ara. Ara suka dengan bidang ini." gumamnya seorang diri.
Sebagai anak tunggal. Ara memiliki hak sebagai pewaris bisnis papanya. Akan tetapi untuk sekarang, dia masih belum tertarik dengan bisnis yang digeluti oleh papanya.
Papanya Ara adalah pemilik pabrik kain terbesar di kota. Berbagai macam kain dia produksi, dan juga sudah kirim ke berbagai negara. Tapi, anehnya Ara sama sekali tidak tertarik dengan itu semua. Dari kecil dia sudah pintar menggambar, jadi dia lebih tertarik menggambar daripada berbisnis.
Sebetulnya ada kesempatan Ara menjadi seorang desiner pakaian, yang masih ada hubungannya dengan pabrik papanya. Tapi sayang sekali, Ara lebih suka menjadi desainer interior.
Bicara masalah kesukaan, semua orang tidak bisa memaksa. Karena itu adalah pilihan masing-masing orang.
"Masih jam segini, gue sarapan ke tempat Cintya dulu aja kali ya. Laper," gumam Ara lagi. Dia merasa lapar karena tadi cuma makan roti sepotong.
Tanpa pikir lagi Ara melajukan mobilnya ke warung soto milik ibunya Cintya. Begitu dia keluar dari mobil, Ara sempat membuat pangling ibunya Cintya.
"Kirain siapa neng," ucap ibu Cintya.
"Widih, rapi banget lo? Mau kemana?" tanya Cintya yang baru keluar dari dapur juga.
"Kerja donk,,"
"Udah dapet kerja emangnya?" Ara menganggukan kepalanya sembari tersenyum.
"Bikinin gue es jeruk!!" perintah Ara sebelum Cintya semakin kepo.
"Bentar, kerja dimana lo?" tanya Cintya kumat rasa kepo-nya.
"Buk, Cintya nggak mau bikinin minum, aku sebagai pelanggan merasa nggak puas." seru Ara mengadu kepada ibunya Cintya.
"Eh, bac*t lo. Ini mau dibikinin.." ucap Cintya sembari mendorong kepala Ara, ketika ibunya sudah mulai melotot.
Melihat Cintya yang ketakutan membuat Ara tertawa sembari meledek wanita yang sudah menjadi temannya hampir setengah hidup mereka. Mereka kenal dari SD sampai kuliah bersama-sama.
"Makasih ibuk," ucap Ara sewaktu ibu Cintya meletakan semangkok soto di depan Ara.
"Cowok yang kemarin mana neng? Nggak ikut lagi? Itu pacarnya neng ya? Cakep lho neng." Ibunya Cintya memang sudah sangat terbiasa dengan Ara.
"Bukan buk, dia kakak sepupu aku.." Ara menjawab sambil memasukan nasi soto ke dalam mulutnya.
****
Ara masuk ke dalam perusahaan Alkha dengan langkah mantap. Meskipun banyak yang menatapnya tapi Ara seolah tak peduli dengan mereka semua. Dia niatnya kerja bukan cari musuh.
"Hai, kamu kesini sendirian? Cari Alkha?" tanya Reska saat berpapasan dengan Ara di depan pintu lift. Reska sempat mengerutkan keningnya melihat Ara yang memakai pakaian kerja.
"Iya, gue sekarang kan kerja disini." jawab Ara terus terang.
"Kerja disini? Di bagian apa?" Reska terkejut dengan pengakuan Ara. Dia tahu perusahaan itu tidak sedang membuka lowongan pekerjaan.
"Belum tahu sih, tapi kata om Alkha, gue suruh kerja disini." Ara juga bingung di departemen apa dia bekerja. Karena Alkha kemarin tidak bilang, dan saking senengnya dia juga tidak bertanya.
"Ya udah yuk ke ruangan Alkha biar lebih jelasnya." ucap Reska yang menjabat sebagai manager di perusahaan itu.
Sebenarnya Reska juga penasaran apa yang sebenarnya Alkha lakukan. Kenapa dia dengan sengaja, seolah menunjukan perhatiannya kepada gadis kecil yang baru aja dia kenal.
Mungkinkah Alkha mulai tertarik dengan gadis kecil ini. Memgingat itu membuat Reska tersenyum kecil. Kalaupun iya, dia akan sangat bahagia. Karena Reska juga tidak tega melihat kondisi Alkha saat ini. Memang sih baru sebulan Adela pergi, tapi semangat dalam diri Alkha sudah tidak ada lagi. Reska mencemaskan hal itu.
"Kamu udah hubungi Alkha belum kemarin malam?" tanya Reska, membuat Ara tersenyum-senyum senang teringat kejadian semalam.
"Udah dong," jawab Ara sembari tersenyum.
"Eh om, kemarin ada cewek kesini, sok-sok'an manja ke om Alkha, siapa sih dia? Pacarnya ya?" tanya Ara keinget wanita yang kemarin datang ke kantor Alkha.
"Yang mana? Cewek yang dateng kesini banyak soalnya." tanya Reska balik.
"Haduh, f*ck boy." gumam Ara yang membuat Reska tersenyum.
"Orangnya agak cakep, enggak deng nggak cakep, masih cakepan gue. Terus dandannya kayak tante-tante. E... Dia manggil om Alkha dengan sebutan Junno, kalau nggak salah denger." Reska memicingkan matanya diparuh pertama penjelasan Ara. Tapi di akhir dia bisa menebak kalau cewek itu pasti Vanya. Karena hanya dia memanggil Alkha dengan sebutan Junno.
"Namanya Vanya, kayak tante-tante hahahaha. Bisa aja kamu." Reska tak bisa menahan gelinya.
Tok tok tok Reska mengetuk pintu ruangan Alkha. Dari dalam suara Alkha sedikit berteriak mempersilahkan Reska masuk.
Ketika Reska membuka pintu, dia merasa terkejut karena Vanya sudah ada di ruangan Alkha. Begitu juga Ara merasa tak senang dengan adanya Vanya.
"Ngapain tante disini? Tante mau nyolong start?" protes Ara sedikit kesal.
"Harusnya aku yang nanya, ngapain kamu kesini? Kamu mau deketin Junno?"
"Gue kerja dong disini, emang tante, kerjaannya cuma kluyuran doang." sindir Ara membuat Vanya kesal tapi dia sudah janji kepada Alkha untuk bikin keributan di kantornya.
Diam-diam Reska melebarkan senyumnya melihat Vanya yang berusaha menahan amarahnya. Reska tahu betul, kalau bukan karena ada Alkha, Vanya pasti sudah akan mencakar Ara.
"Tapi menarik juga, melihat Vanya yang biasanya anggun dan tenang, bisa sampai emosi seperti itu. Anak kecil ini memang bener-bener..." gumam Reska dalam hati.
Sementara Alkha menatap Ara yang berpakaian formal tanpa berkedip. Dia tak menyangka kalau gadis kecil itu akan terlihat sangat anggun dan dewasa saat memakai pakaian kantor.
"Kenapa lihatin mulu om? Gue cakep yak? Atau lo udah mulai jatuh cinta sama gue?" Ara dengan ciri khas kepedeannya membuat Alkha menjadi salah tingkah.
"Pede banget sih kamu," Berbeda dengan Vanya yang semakin kesal dengan Ara.
"Widih, cewek bar-bar," Reska bergumam pelan sambil tersenyum semakin lebar. Baru kali ini dia ketemu dengan cewek yang seperti Ara. Dia tidak malu mengutarakan perasaannya. Terlalu blak-blakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Asphent Lina
I like it 😂😂😂
mengingatkan pada masa lalu
2021-07-29
0
Kas Gpl
mantap nih ara
2021-05-03
0
Eca Bae
suka ma karakter Ara
2021-03-29
2