Alkha sengaja menjemput Ara pagi harinya. Dia yang biasanya hanya menunggu di dalam mobil. Kali ini dia turun dan bertamu di rumah Ara. Tentu saja kedatangan Alkha membuat mamanya Ara merasa sangat bahagia.
"Loh nak Alkha? Ayo, ayo sarapan bareng sini!" pinta mamanya Ara yang sangat bahagia.
"Iya tan," jawab Alkha lalu ikut sarapan dengan keluarganya Ara.
Bukan hanya mamanya Ara, tapi juga papanya Ara yang merasa senang dengan kehadiran Alkha. Papanya Ara pernah ketemu dengan Alkha sewaktu pemakaman istrinya Alkha, Adela. Setelah itu dia mengenal Alkha sebagai calon menantunya, lelaki yang dijodohkan dengan putrinya.
Berbeda dengan Ara, dia terlihat sangat terkejut dengan kedatangan Alkha. Saat Alkha duduk satu meja dengan dia pun, Ara hanya diam saja dan masih menikmati sarapannya.
"Tumben nak Alkha kesini?" tanya mamanya Ara.
"Iya tante, mau jemput Ara.." jawabnya dengan sopan.
"Uhuk..." tiba-tiba Ara tersedak karena mendengar jawaban Alkha. Tapi buru-buru Ara mengelap tumpahan air di wajahnya.
"Kenapa sih nak? Grogi ya ada CEO Kim?" Papanya malah menjelaskan apa yang terjadi, membuat Ara semakin malu.
"Panggil Alkha aja om kalau di luar kantor!" pinta Alkha, dia berharap bisa lebih akrab dengan keluarganya Ara.
"Apaan sih pa, Ara cuma terburu-buru aja tadi." sanggah Ara tidak mau membuat Alkha menjadi besar kepala.
"Emang mau kemana sih nak? Kan weekend?" mamanya Ara kepo.
"Mau ajak Ara main ke rumah mama,"
"Uhuk,,," Untuk kedua kalinya Ara tersedak.
"Pelan-pelan!" Alkha menyodorkan minuman kepada Ara. Dengan cepat Ara menerima gelas yang diberikan oleh Alkha, dan meminumnya.
"Terima kasih." ucap Ara sedikit canggung.
Meskipun Ara belum bisa melupakan Alkha, tapi dia berusaha untuk tidak lagi berharap kepada Alkha. Karena sudah berkali-kali dia ditolak oleh Alkha. Setidaknya berikan dia muka, supaya tidak lagi ditolak untuk kesekian kalinya.
Alkha menikmati sekali makan bersama keluarga Ara. Sembari membicarakan tentang pekerjaan dan kedekatannya dengan orang tuanya. Alkha juga bercerita tentang adik lelakinya yang saat ini sedang kuliah di Korea.
Selesai sarapan, Ara dan Alkha pamitan kepada orang tua Ara. Kedua orang tua Ara sangat menyukai kesopanan Alkha. Meskipun terlahir dari keluarga kaya raya, tapi Alkha tidak pernah menyombongkan itu semua.
Di dalam mobil Ara sempat protes kenapa Alkha datang ke rumahnya. Tapi Alkha menjawab kalau dia minta sarapan kepada orang tua Ara. Sontak, jawaban Alkha itu membuar Ara tersenyum geli. Tapi dengan cepat Ara menghentikan senyumannya dan menggantinya dengan wajah dingin.
"Ra, jangan dingin-dingin ngapa!" protes Alkha kepada Ara. Dan, itu pertama kalinya Alkha memanggil nama kepada Ara. Biasanya dia akan lebih suka memanggil Ara dengan sebutan anak kecil, atau nggak gadis kecil.
Akan tetapi Ara hanya diam saja.
Ketika di tempat pemakaman pun Ara hanya diam saja tanpa kata. Berbeda jauh dari beberapa waktu lalu, saat dia pertama kali ikut Alkha ke pemakaman Adela. Ara hanya terlihat berdoa di depan makam Adela tanpa kata.
"Aku minta maaf.." ucap Alkha sedikit ragu-ragu, saat mereka kembali ke dalam mobil karena hujan yang tiba-tiba turun.
"Aku nggak seharusnya marah sama kamu waktu itu. Kamu bener, aku harus melihat masa depan aku. Penyesalan tak akan pernah bisa membuat Adela kembali, tapi mungkin hanya memberatkan langkahnya disana." lanjut Alkha. Dia berkata dengan sangat sedih.
"Saya sudah melupakan semuanya kok pak.. Saya juga sadar jika bapak punya hak buat tidak membalas perasaan saya." jawab Ara menggunakan bahasa yang membuat Alkha sedikit kesal.
Alkha menatap Ara dengan lekat, membuat Ara menjadi salah tingkah. Kemudian tiba-tiba Alkha mendekatkan tubuhnya ke Ara, semakin membuat Ara grogi. Ara hanya terdiam dan memundurkan tubuhnya sampai mepet ke pintu mobil.
Sementara masih dengan menatap Ara lekat, dan juga tersenyum manis, Alkha mendekati Ara. "Pakai seat belt-nya!" ucap Alkha dengan tersenyum kecil. Dia bisa melihat secara dekat wajah Ara yang memerah.
Ara yang sedikit malu karena berpikiran yang tidak-tidak, mulai geram dengan Alkha. Apalagi saat Alkha bertanya kenapa wajahnya memerah. Bener-bener membuat Ara kehilangan muka.
"Please ya pak, jangan kayak gitu lagi!!" ucapnya dengan geram.
"Gitu gimana? Aku cuma mau bantu benerin seat belt aja kok." jawab Alkha dengan santai dan tersenyum ke arah Ara.
"Nggak lucu!!" Ara semakin geram dengan lelaki yang masih dia sukai itu.
Alkha sengaja membawa Ara ke rumah orang tuanya. Karena sebelumnya mamanya juga memintanya membawa Ara pulang. Ketika Alkha membelokkan mobilnya ke sebuah rumah mewah nan besar, Ara kaget.
"Ini rumah siapa pak?" tanya Ara bingung.
"Rumah orang tua aku. Mama pengen ketemu kamu.." jawab Alkha setelah menghentikan mobilnya. Dia lalu mengajak Ara untuk turun dafi mobil dan membawa Ara masuk ke dalam rumahnya.
Ara masih terkagum melihat betapa megahnya rumah Alkha. Ara juga terheran dengan halaman rumah Alkha yang begitu luas, bahkan lebih besar dari rumahnya. Jarak antara gerbang dengan pintu rumahnya pun lumayan jauh. Untuk komunikasi dengan satpam rumahnya pun memerlukan HT.
Masuk ke dalam rumah, Ara dan Alkha di sambut oleh beberapa orang assisten rumah tangga yang menawari mereka makanan dan minuman. "Kamu mau minum apa?" tanya Alkha.
"Ha? Apa aja.." Ara masih linglung, dia tak menyangka kalau orang tua Alkha ternyata sekaya ini.
"Orange jus aja mbak,"
"Oh ya, mama dimana?" tanya Alkha lagi.
"Ibu sedang olahraga den," jawab salah seorang assisten rumah tangga, yang kayaknya adalah kepala pelayan. Dia menunjuk ke arah dimana mamanya Alkha olahraga.
Ara lagi dan lagi membulatkan matanya, ternyata tempat yang ditunjuk kepala pelayan itu adalah private gym yang ada di rumah Alkha. Ara bener-bener terpukau. Tapi itu hanya sesaat, karena setelah itu dia merasa insecure. Nyalinya menjadi ciut.
"Yuk!!" Alkha menarik tangan Ara untuk menemui mamanya.
Ara melihat mamanya Alkha yang sedang berolahraga dengan seorang lelaki yang masih muda, kayaknya itu adalah personal tranning. Selain mamanya Alkha, Ara juga melihat lelaki paruh baya dengan tubuh yang masih segar. Ara yakin itu pasti papanya Alkha, kalau kakak tidak mungkin, karena Alkha anak sulung. Kalau adik juga tidak mungkin, karena adiknya di luar negeri.
Tidak heran sih jika papa dan mamanya Alkha terlihat masih awet muda. Itu pasti karena intensitas olahraga mereka.
"Ma, pa, ada Arabella.." ucap Alkha menghentikan kegiatan mama dan papanya.
"Arabella... Kamu kesini nak?" mamanya Alkha sangat senang melihat Alkha yang tidak lagi dingin dengan wanita.
"Iya tante. Tante hebat, kuat, pantesan awet muda.." puji Ara membuat mamanya Alkha tertawa senang.
"Dari rumah?" tanya mamanya Alkha.
"Nggak tante, dari ziarah ke makamnya mbak Adela." Ara tahu nama Adela dari batu nisan dimakam istrinya Alkha.
Mamanya Alkha membulatkan matanya. Antara senang dan bingung. Senang karena anaknya mungkin sudah mulai membuka hatinya untuk wanita lain. Bingung, karena mamanya Alkha berpikir 'kenapa Ara seperti sudah lama mengenal Adela'. Dia bahkan tidak canggung ketika menyebut nama 'mbak Adela'.
"Alkha ajak kamu ke makam istrinya?" tanya mamanya Alkha lagi-lagi bingung.
"Iya, kenapa sih? Bukan pertama kali juga aku kesana. Sebelumnya aku juga pernah kesana sama om Alkha." giliran Ara yang bingung kenapa mamanya Alkha menjadi gagap seketika.
Mendengar jawaban Ara, mamanya Alkha menjadi tersenyum penuh arti sembari menatap anaknya. Apakah itu artinya Alkha sudah bisa menerima kenyataan, dan mau membuka hatinya untuk wanita lain.
Apakah gadis kecil ini yang akhirnya bisa meluluhkan gunung es yang bisa bernafas yaitu putra sulungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Hanifah Henny
buat sama reksa/si barbar aja deh biar alka kalang kabut
2021-08-09
0
Fitria Trimalasari
suka dengan ceritanya....
2021-03-28
0