Zariya tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Di sisi lain gadis itu ingin bekerja dengan Sanha dan mencoba membujuknya untuk memberi Marvin and the gengnya pelajaran, tapi ia tidak suka dengan Sanha yang suka berbuat seenaknya.
Denda 100 juta untuk hal yang tidak penting benar-benar tidak masuk akal dan cukup membuat Zariya kesal. Selain itu masih ada peraturan-peraturan nyeleneh lainnya yang membuat Zariya jadi semakin ilfeel dengan artis yang dulunya sangat ia idolakan.
Zariya merobek semua foto dan poster Sanha lalu membuangnya di tempat sampah. “Ternyata semua artis sama saja. Bikin emosi jiwa,”gumam Zariya.
Ditengah kalutnya hati dan pikiran Zariya, tiba-tiba ada pesan masuk ke ponselnya. Tentu saja itu dari pria misterius.
Pria Misterius:
Aku sudah membayar dendamu. Jangan risau lagi. Esok aku antar kau mengundurkan diri sebagai asisten. Soal hari Sabtu pekan depan, aku yang akan membereskan masalahmu. Tidurlah, ini sudah malam. Have nice dream.
Senyum mengembang terpancar di wajah Zariya. Setelah membaca pesan tersebut, kekesalannya mendadak hilang dengan sendirinya.
“Dia benar-benar bersikap sebagai pacarku. Padahal aku belum menerimanya.” Zariya menghela napas panjang dan mulai duduk di depan komputernya. Ia menuliskan sebuah pesan singkat di emailnya dan mulai melanjutkan hobi yang selalu ia kerjakan rutin setiap malam.
****
Keesokan harinya. Martin terkejut ketika membaca email masuk yang berasal dari manajemen Zaya. Jawaban dari mereka adalah Zaya bersedia bertemu dengan Sanha 2 minggu dari sekarang di acara talk show bedah karya yang diikuti oleh beberapa penulis tenar lainnya.
“Wuaaah, daebak. Mungkinkah saatnya penulis tersembunyi Zaya menampakkan batang hidungnya?” komentar Martin tepat disaat Sanha datang.
“Oey, Sanha! Ajian apa yang kau gunakan? Zaya bersedia bertemu denganmu!” teriak Martin sehingga sukses mengejutkan Sanha.
“Benarkah?” Sanha pun bergegas menuju meja komputernya dan membaca langsung pesan masuk dari emailnya.
“Acara talk show itu memang tidak bisa dihindari, cepat atau lambat, Zaya memang harus menampakkan diri setelah sekian tahun ia bersembunyi dan membuat heboh jagad hiburan tanah air.” Martin mulai berkomentar.
“Dimana Zariya? Apa ia sudah datang?” bukannya menanggapi komentar paman manajernya soal email Zaya, Sanha malah menanyakan Zariya.
“Entahlah, ponselnya tidak bisa dihubungi.” Martin menjawab seenaknya kerena keki Sanha selalu cuek dengannya.
Tanpa berkata apa-apa, Sanha pun bergegas keluar lagi.
“Kau mau kemana? Ada banyak pemotretan hari ini!” teriakan Martin tentu saja tidak digubris oleh Sanha. “Dasar berandal! Selalu seenaknya sendiri ... Tunggu! 2 minggu lagi, bukannya itu ... bertepatan dengan acara Show nya Sanha?” Martin pun terkejut karena jadwal mereka bentrok.
***
Zariya menuruni tangga dan bersiap pergi keluar. Namun, langkahnya terhenti karena Citra memanggilnya untuk sarapan lebih dulu.
“Makanlah sesuatu, agar kamu kuat menghadapi hari-hari ini dengan penuh semangat. Kakak bikin nasi goreng kesukaanmu.”
“Apa Biebie sudah berangkat? Akhir-akhir ini kau jarang melihatnya.” Zariya duduk dan mulai mengambil nasi goreng yang disiapkan kakaknya.
“Kau selalu pergi lebih pagi saat ia masih tidur dan pulang kembali saat ia juga sudah tidur. Tentu saja kalian jarang bertemu.”
“Maafkan aku, Kak. Lain kali aku akan meluangkan waktu untuknya.”
“Jangan khawatirkan dia, dia baik-baik saja.”
Ting tong!
Terdengar suara bel pintu dari luar.
“Biar aku saja yang buka!” Zariya bergegas berdiri dan membukakan pintu masuk. Gadis itu tersenyum setelah tahu siapa yang datang. “Pagi, Om. Masuklah, ikutlah sarapan dengan kami.” Zariya mempersilahkan seseorang siapa lagi kalau bukan Azka. Kekasih kakaknya, Citra.
“Lama tak jumpa, Zariya. Aku dengar kau sedang sibuk sekarang.” Azka pun masuk sambil membawa sebuket bunga mawar merah.
“Ehm, itu pasti untuk kakakku,” tebak Zariya.
“Bukan, ini untukmu!” Azka menyerahkan sebuket bunga itu pada Zariya.
“Berikan saja pada Kakakku, aku tidak suka bunga mawar merah. Warnanya seperti darah.” Zariya menolak pemberian bunga dari calon kakak iparnya. Aksi Zariya langsung disambut tawa oleh Citra dan membuat kikuk Azka.
“Sekarang bagaimana? Kasihan bunga ini tidak ada yang mau menerimanya,” ujar Azka memasang wajah semelas mungkin mewakili bunga yang ada digenggamannya, seolah bunga itu adalah dirinya.
Citra dan Zariya langsung tertawa. “Sini berikan padaku, Zariya sudah punya pacar, jadi tidak mungkin ia mau menerima bunga dari laki-laki lain selain dari pacarnya,” terang Citra. Ia bangkit dari kursinya dan mengambil sebuket bunga mawar malang itu dari tangan Azka. Wanita anggun itu juga menarik kursi untuk Azka supaya laki-laki itu bisa duduk disebelahnya.
“Benarkah? Kalau begitu gawat!” Azka memasang wajah ngenez lagi.
“Kenapa dengan wajahmu, Kak? Aku setuju Zariya punya kekasih, Kakak sendiri yang bilang kalau Zariya sudah saatnya memiliki tambatan hati karena ia bukan anak kecil lagi.” Citra mengamati pria yang duduk disebelahnya.
“Bukan begitu, Choco. Aku punya firasat buruk. Zariya akan melangkahi kita kalau kita tidak cepat-cepat menikah.”
“Aku setuju!” Sahut Zariya langsung.
“Diam kau!” bentak Citra pada Zariya. “Kak, sudah kubilang ...,”
“Aku tahu, aku hanya bercanda, ayo kita sarapan saja sebelum nasinya keburu dingin.” Azka memotong kata-kata Citra karena ia tahu apa yang akan dikatakan wanita pujaan hatinya.
Zariya sendiri menikmati sarapannya sambil mengamati dua sejoli unik ini. “Kak, sebaiknya begitu urusan perceraian Kakak dengan bajiingan itu selesai. Cepatlah menikah dengan om Azka sebelum kakak menjadi tua dan keriput,” ledek Zariya yang langsung bergegas pergi sebelum kena lempar piring kakaknya.
“Dasar gadis tengil! Suka sekali mengurusi urusan orang lain!” geram Citra yang hendak berdiri tapi di tahan olah Azka.
“Biarkan saja dia. Dia cuma bercanda.”
“Dia jadi begitu karena kau selalu membela dan memanjakannya!” Citra bersikap seperti istri yang sedang mengomeli suaminya. Sedangkan Azka hanya nyengir kuda saat diomeli Citra.
****
“Haaaah, kalau aku jadi penghulu aku pasti akan langsung menikahkan mereka secepatnya,” gumam Zariya yang langsung terkejut karena sudah ada pria bermasker di depan rumahnya. “Astaga! Ini masih pagi. Kenapa kau bisa datang kemari? Apa kau tidak punya pekerjaan lain, ha?”
“Punya! Sesuai janjiku semalam, aku akan mengantarkan surat pengunduran dirimu pada Sanha. Ayo! Naiklah!” pria bermasker itu benar-benar blak-blakan.
Kali ini tanpa perlawanan, Zariya naik di jok belakang motor Sanha dan tanpa menunggu peritah lagi, Zaria memeluk pinggang pria bermasker itu dari belakang. Mereka pun melesat pergi ke kantor manajemen Sanha.
45 menit sudah berlalu dan mereka pun sampai di depan kantor Sanha. Zariya turun dari motor dan hendak masuk ke dalam tapi dicegah oleh pria bermasker.
“Kau tunggulah disini, biar aku yang mengantarkan surat pengunduran dirimu.”
“Kenapa harus kau? Kan yang mengundurkan diri aku?”
“Kalau kau yang masuk ke dalam, mereka akan memarahimu dan memintamu ganti rugi karena kau baru sehari bekerja disana.”
“Kenapa malah minta ganti rugi? Memangnya mereka rugi apa?”
“Kau tida akan paham Zariya, dunia jagad hiburan itu sangat kejam. Sudah jangan banyak tanya, sini berikan padaku! Akan aku bereskan semuanya!” pria bermasker itu menyahut surat pengunduran diri Zariya begitu gadis itu mengeluarkannya dari dalam tasnya.
Laki-laki itu langsung bergegas masuk ke dalam. Selama 20 menit Zariya menunggu di samping motor pria yang mengaku-ngaku sebagai pacarnya.
“Pria itu selalu membereskan semua masalahku tetapi aku sama sekali tidak tau siapa orang itu, darimana asalnya, seperti apa kehidupannya, dan yang lebih parah lagi, aku tidak tahu namanya. Paling tidak meski orang asing, aku harus tahu siapa nama orang itu. Nyatanya, sampai detik ini aku tidak pernah tahu, benar-benar aneh,” guman Zariya sambil memainkan kakinya.
“Kau sedang apa?” pria bermasker itu mengejutkan Zariya.
“Kenapa kau suka sekali mengagetkanku? Untung aku tidak punya penyakit jantung!”
“Kalaupun punya aku akan menyembuhkannya, kau tenang saja. Ayo kita pergi dari sini. Semuanya sudah beres.”
“Secepat itu? Apa yang mereka katakan?” tanya Zariya penasaran.
“Rahasia!” jawab pria bermasker itu singkat dan menaiki motornya. “Ayo naik!”
“Kita mau kemana lagi?”
“Kencan!” jawabnya lagi.
“Hah?” Zariya tidak tahu harus berkata apa. Pria bermasker ini benar-benar aneh, tapi entah kenapa Zariya menyukai keanehan ini.
BERSAMBUNG
****
visual om Azka
visual Sanha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dewanti Ningsih
kayanya pria bermasker itu sanha deh,, trus penulis zaya itu ya zariya sendiri,,, makin penasaran 🤔lanjut baca lagi ahh🙏
2021-06-24
1
𝓢𝓐𝓓🌷aFFaYz.(Hiatus)
cocok sudah... zariya zaya, sanha pake masker...
2021-04-03
0
Musjadillah Mimlan Mustakim
bgung...cpa si cwo bermsker jdi pnasaran...
2021-02-18
0