Zariya pulang ke rumah dengan perasaan kacau dan hati galau tak karuan. Pikirannya sedang berkonsentrasi untuk mencari cara agar ia bisa bertemu dengan artis tenar papan atas Sanha supaya mau membantunya menyelesaikan masalahnya. Zariya sendiri juga tahu bahwa hal itu tidaklah mudah dilakukan karena artis sekelas Sanha tidak akan bisa ditemui semudah membalikkan telapak tangan.
“Bagaimana caraku agar bisa bertemu dengannya?” gumam Zariya seolah putus asa.
Meski sudah sampai di depan rumah kakaknya, Zariya masih saja belum mendapat ide apapun.
“Darimana saja kau!” bentak Citra begitu melihat adiknya masuk ke dalam rumah.
“Kafe,” jawab Zariya singkat tanpa tenaga. Ia bahkan tidak sempat menatap wajah kakaknya.
“Kenapa kau tidak datang wawancara? Kau harus ke kantor managemen Sanha sebagai gantinya.” Citra mulai kembali memeriksa gaun rancangannya setelah emastikan Zariya baik-baik saja dan masih ingat pulang.
“Aku sudah menunggunya di kafe, tapi orang yang akak bilang, tidak datang ju-ga ... tunggu! Kakak bilang apa tadi? Kantor, apa?” mata Zariya langsung terbelalak menatap kakaknya yang sedang sibuk mengukur gaun yang baru saja Citra buat.
“Kenapa? Apa kau tidak mau?” Citra mulai fokus mengamati gaun rancangannya sendiri.
“Bukan begitu, apa nama managemen yang Akak bilang, tadi? Apa aku tidak salah dengar? Managemen Sanha! Benarkah itu? Maksudnya ... artis Sanha bukan, sih?” Zariya terlihat sangat bersemangat.
“Iya, itu nama managemen yang di pegang salah satu temanku. Kau tidak suka?” ujar Citra tanpa memerhatikan ekspresi bahagia adiknya.
“Suka!” jawab Zariya cepat, ia bahkan sampai berjingkat-jingkat saking senangnya. Gadis itu berlari memeluk kakaknya dari belakang sampai keduanya hampir terjatuh. “Apa aku akan jadi asisten pribadi artis papan atas Sanha?” tanya Zariya memastikan, ini seperti mimpi bagi Zariya.
Pucuk di cinta ulampun tiba, begitulah pepatah yang tepat untuk mengatasi masalah Zariya saat ini. Gadis itu berharap, dengan menjadi asisten pribadi Sanha, ia bisa meminta bantuannya untuk menyelesaikan masalahnya minggu depan.
“Sepertinya, begitu. Aku tahu kau adalah fans beratnya. Dan kebetulan kenalanku sangat menyukai gaun rancanganaku, ia bilang kalau ia sedang mencari asisten pribadi untuk artisnya, makanya aku langsung merekomendasikanmu,” terang Citra yang masih dipeluk erat oleh Zariya.
“Asyeeek! Terimakasih Akak, kau memang kakakku yang terhebat, love you Akak ... gaunmu ini benar-benar luar biasa. Kau sangat keren sekali!” Zariya mengangkat dua jempolnya untuk Citra.
“Sudah-sudah ... aku kenyang dengan pujian selangitmu itu. Besok jangan lupa kau harus datang ke kantor Sanha untuk wawancara. Semoga berhasil dan betah menghadapi artis idolamu.”
“Siap!” Zariya memberi hormat sambil mengangkat tangannya layaknya seorang tentara hormat pada atasannya. “Zariya mengecup cepat pipi kakaknya dan langsung berlari ke atas menuju kamarnya sambil berteriak, “Aku Sayang Akak!”
“Dasar gadis tengil! Bikin orang baper aja,” gumam Citra dengan tersenyum.
****
Sementara di kantor Sanha, managernya kembali ngedumel karena Sanha kelayapan kemana-mana. Ia khawatir dengan pemberitaan diluar sehinga dapat menurunkan popularitas Sanha yang selama ini sudah susah payah anak itu capai.
“Pergi kemana dia? Tidak pernah membawa pengawal, pula? Apa ia tidak takut kalau ada paparazi yang menangkapnya dan membuat berita heboh yang bukan-bukan?” manager yang bernama Martin itu, mondar-mandir sambil sesekali menerima telepon yang menanyakan keputusan Sanha mengenai film mana yang akan dibintanginya. Serta jadwal kesibukan Sanha lainnya. Pria paruh baya itu benar-benar sibuk sekarang. Begitu juga dengan pegawai Sanha yang lainnya.
Sedangkan sang artis malah tenang-tenang saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Ia tiba-tiba datang ke kantornya dan langsung duduk di depan komputer sambil senyam-senyum sendiri seperti orang gila.
“Ada apa denganmu? Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanya Martin yang sejak tadi memerhatikan Sanha.
Senyum yang tadinya merekah di wajah Sanha langsung hilang. “Aku tidak tersenyum,” elak Sanha dan mencoba mengalihkan pembicaraan. “Apa jadwalku nanti?” tanya Sanha.
“Latihan dengan penari latarmu. Konsernya akan diadakan bulan depan, kau masih punya banyak waktu untuk berlatih dengan mereka,” terang managernya. “Mulai besok jadwalmu akan dipegang oleh asisten barumu. Perlakukan dia dengan baik dan jangan bikin ulah lagi. Aku sudah cukup stres mengurusimu. Jangan kau buat ketampananku hilang gara-gara sikap kekanak-kanakanmu itu!” ancam Martin.
“Kita lihat saja nanti.” Sanha memeriksa berkas-berkas jadwalnya sambil tersenyum licik. “Bagaimana dengan permintaanku tadi, apa Paman sudah berhasil menghubungi produser yang berhasil bekerja sama dengan Zaya?” tanya Sanha.
“Zaya masih belum memutuskan dengan siapa ia bekerja sama. Semua produser masih menunggu keputusan dari Zaya. Entah kapan keputusan itu keluar. Kenapa orang yang bernama Zaya itu misterius sekali?” Martin sendiri jadi kepo juga dengan sosok yang bernama Zaya.
“Ya sudah, kirim pesan saja pada managemen Zaya. Katakan kalau aku sangat ingin bertemu dengannya.”
“Apa?” Martin sangat terkejut mendengar kata-kata Sanha. “Kau sudah tidak waras? Anak buahnya saja tidak tahu seperti apa wajah Zaya, siapa Zaya dan darimana asal usulnya. Bagaimana bisa kau ingin bertemu dengannya?”
“Aku hanya penasaran apa jawabannya.” Sanha masih bersikap tenang tanpa terpengaruh dengan keterkejutan paman menagernya.
“Sudah jelas, ia tidak akan pernah mau menemuimu! Artis papan atas sekelas Sehun dan Cai Xukun saja ia tidak mau bertemu, apalagi dirimu yang pendatang baru. Jelas-jelas kau bakal ditolak mentah-mentah olehnya.” Kata-kata Martin seolah merendahkan pesona Sanha.
“Kita tidak akan pernah tahu sebelum dicoba, Paman.” Sanha begitu percaya diri dan sangat yakin kalau permintaannya bertemu dengan Zaya, akan dikabulkan.
"Terserah kau saja," ucap Martin sambil berlalu pergi meninggalkan Sanha yang sudah mulai kembali senyam-senyum sendiri.
****
Keesokan harinya, Zariya bersiap-siap berangkat ke kantor artis idolanya. Sebentar lagi gadis itu akan bertemu dengan Sanha setiap hari, ia terlihat sangat senang sekali bahkan tanpa sadar, Zariya mulai berdandan. Padahal, selama ini ia tidak pernah sekalipun menggunakan make up berlebihan. Namun kali ini, karena ia akan bertemu dengan idolanya, Zariya ingin tampil beda.
“Kenapa jantungku jadi berdetak kencang gini, ya? Apa aku terlalu gugup bertemu dengan orang yang menjadi idolaku selama ini?” gumam Zariya pada dirinya sendiri.
Berkali-kali Zariya berkaca di depan cermin untuk memastikan bahwa penampilannya tidaklah buruk. Ia ingin pertemuannya dengan Sanha, menjadi pertemuan pertama yang berkesan. Sunggh hati Zariya hari ini jadi riang gembira, ia pun sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan artis idolanya. Bisa menjadi asisten pribadi Sanha adalah anugerah terindah yang terjdi dalam hidup Zariya. Gadis itu mulai keluar kamar sambil menari-nari dan bersenandung ria saking gembiranya.
Namun rasa bahagianya mendadak sirna ketika ia dikejutkan dengan kedatangan sosok orang yang sedang duduk rileks sambil berbincang-bincang dengan kakaknya, Citra. Mereka berdua bahkan terlihat sangat akrab seolah keduanya sudah lama saling mengenal satu sama lain.
“Kau?” teriak Zariya dengan keras. Ia sangat terkejut melihat orang yang ada di depannya ini.
“Hai, kau cantik sekali hari ini!” sapa orang itu setelah melihat Zariya menuruni tangga dan melihatnya.
BERSAMBUNG
****
Nantikan kisah unik dan menarik Sanha dan Zariya ya ... hehehe ...
jangan lupa dukung like, vote dan komentarnya juga ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sitti Khadijah
jujur yah thor kisah zaya dan sanha lebih greget dr pd kisah yoen dan yuna
2022-02-28
0
Atmiyatun Atmy
hahaha....duo somplak ke bawa2..🤣🤣🤣
2021-06-16
0
𝓢𝓐𝓓🌷aFFaYz.(Hiatus)
itu sanha zariya....
2021-04-03
0