“Sekarang jelaskan padaku, bagaimana kamu bisa berakhir seperti itu. Maksudku ... bagaimana kalian bisa bersama?” cecar Clark setelah Andrew kembali ke mobil. Ia sudah menahan pertanyaan itu sepanjang perjalanan tadi.
Setelah melihat Andrew telah memasang sabuk pengaman, Clark segera menyalakan mobil dan meluncur keluar dari pelataran hotel. Clark sudah menyetel alat pemandu arah untuk kembali menuju markas EEL. Ketika mobil memasuki jalan raya, ia segera memacu kendaraan itu sesuai arah yang ditunjukkan di layar monitor.
“Anak buah Robert mengincarnya. Sepertinya ada hubungannya dengan Hiro. Mungkin Robert ingin menculik Keiko untuk memeras tunangannya itu, atau ... untuk dijadikan umpan? Sandera? Entahlah. Aku tidak bisa menebak apa yang sedang terjadi,” jawab Andrew dengan tatapan menerawang.
Pikirannya sekarang sedang bercabang, antara memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi antara Hiro dan Robert Castillo, juga antara dirinya dan Keiko. Um, maksudnya ... semua kontak fisik yang terjadi antara mereka berdua sejak tadi, itu sangat ... ah, bagaimana menjelaskannya? Ia merasa semua itu sangat menyenangkan sekaligus tidak nyata.
Semuanya benar-benar terasa tidak nyata. Meski aroma dan suara gadis itu masih terus membekas dalam ingatannya, ia takut sekarang hanya sedang bermimpi. Ia sangat takut jika tiba-tiba harus terbangun dan mendapati kenyataan bahwa Sakamoto Keiko tidak nyata, hanya bagian dari mimpi-mimpinya.
“Andrew?” panggil Clark ketika pria di sampingnya tidak merespon perkataannya.
“Huh?”
“Aku bertanya, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” ulang Clark seraya menghela napas pelan.
Mengapa ia harus ikut memusingkan masalah Andrew. Kali ini giliran dirinya yang merasa menjadi seorang kakak yang harus menjaga saudara laki-lakinya.
“Aku tidak tahu,” jawab Andrew sambil menyugar rambutnya dengan kasar.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia bimbang dalam mengambil keputusan. Selama ini tidak pernah ada area abu-abu dalam kamusnya. Hitam adalah hitam. Putih adalah putih. Tidak ada abu-abu. Tidak ada yang bisa menjejakkan kaki di dua area secara bersamaan. Haruskah ia melanggar prinsipnya sendiri demi gadis itu? Gadis yang baru ditemuinya tiga kali. Itu pun dalam sebuah pertemuan yang terjadi secara tidak sengaja. Atau ... mungkinkah semua ketidaksengajaan itu adalah sesuatu yang telah diatur oleh takdir?
Ah ... sial! Aku tidak boleh terus seperti ini, rutuk Andrew dalam hati.
“Apa kamu akan mengatakan semuanya pada Mr. Tanaka?” tanya Clark lagi.
“Aku belum tahu.”
“Bagaimana kalau markas mengetahui hal ini dari orang luar, Drew? Kamu bisa dituduh memiliki rencana untuk berkhianat.”
Clark memperingatkan sahabatnya dengan raut wajah yang cukup serius. Sebagai organisasi mata-mata yang cukup diakui di dunia, Espionneur Europeen Level sangat mengutamakan loyalitas anggotanya. Sedikit saja ada dugaan atau tuduhan berkhianat, maka jangan harap bisa melarikan diri hidup-hidup.
“Aku tidak tahu, Clark. Aku benar-benar tidak tahu. Beri aku waktu untuk berpikir.”
Clark terdiam. Ia ingin mengatakan bahwa waktu adalah satu-satunya hal yang tidak mereka miliki, tapi ia tidak sampai hati untuk membuat sahabatnya semakin tertekan. Jika ia berada di posisi Andrew, maka ia akan ... tidak, ia tidak ingin berada di posisi Andrew.
“Kau harus segera membuat keputusan, Buddy. Segera,” ujar Clark seraya memutar kemudi memasuki gedung putih yang tidak terlihat sepi sama sekali.
Wajar, sebagai salah satu pusat pertukaran informasi rahasia terbesar di dunia, semua staf dan pekerja diharuskan untuk selalu waspada dan berjaga-jaga. Clark cukup yakin rotasi pertukaran penjaga di gedung itu berlaku setidaknya enam jam sekali, untuk menjaga kualitas stamina para pegawainya.
Setelah berhenti di depan pintu masuk dan menyerahka kunci mobil pada petugas valet, Clark dan Andrew berjalan masuk dan menuju meja resepsionis. Seorang pria bertubuh kekar dengan rambut pirang yang dipotong cepak memeriksa mereka berdua sebelum mengantar ke ruangan Mr. Tanaka.
Benar seperti dugaan Clark, semua petugas yang berjaga sudah berganti. Tak ada lagi orang-orang yang sama dengan yang dilihatnya tadi sore ketika keluar dari gedung itu. Dengan sedikit sungkan ia melongok ketika sang penjaga membukakan pintu ruang kerja.
“Sir,” sapanya saat melihat Mr. Tanaka yang sedang memerhatikan berkas laporan dengan wajah serius, “Maaf, kami terlambat lagi.”
“Masuklah,” perintah Mr. Tanaka tanpa mendongak.
Pria tua itu membolak-balik beberapa lembar kertas di atas meja dan membacanya dengan serius. Jovanka yang duduk di sebelahnya menatap Andrew dan Clark dengan mata menyipit. Sementara Jimmy hanya mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Raut wajahnya yang kusut seolah menyampaikan bahwa seluruh nyawanya belum terkumpul dengan baik.
“Dari mana saja kalian?” tanya Jovanka dengan nada suara yang cukup tajam. Entah ia marah karena dua orang pria di hadapannya itu datang terlambat atau karena meninggalkannya yang baru saja sampai di izakaya.
“Andrew menolong seorang gadis yang dirampok di tengah jalan. Kami terpaksa mengantarnya pulang karena dia terlalu takut dan tidak mau melepaskan tangan Andrew,” jawab Clark lugas seraya mengempaskan bokongnya ke atas kursi tanpa diminta.
“Maafkan kelalaian kami, Sir,” ujar Andrew pada Mr. Tanaka sambil membungkuk sopan. Saat ini ia sungguh tidak sedang ingin membuat keributan.
“Tidak masalah. Duduklah,” balas Mr. Tanaka sambil mengusap wajahnya yang tampak seperti baru saja bangun tidur. Sepertinya pria itu juga terburu-buru kembali ke markas.
Setelah menghela napas dalam-dalam, Mr. Tanaka menatap anak buahnya bergantian dan berkata, “Markas utama meminta operasi ganda. Robert Castillo pun harus ditangkap dalam misi kali ini.”
Pria itu diam sejenak dan mengamati raut wajah anak buahnya yang terlihat tidak terpengaruh atau terkejut sedikit pun. Yeah, memang tidak terlalu mengejutkan karena Andrew dan Clark sudah dapat menebaknya. Hanya saja ....
“Sepertinya kalian akan lebih lama di sini. Kita akan mengatur rencana dengan matang sebelum menyergap para kepala mafia itu. Markas utama tidak ingin kita gagal. Jangan sampai Robert lolos karena ini adalah peluang terbaik untuk meringkusnya.”
Bagus. Tinggal lebih lama. Ada lebih banyak waktu untuk bersamamu ....
Seringai lebar menghiasi wajah Andrew ketika Mr.Tanaka menyalakan hologram dan mulai menjelaskan. Ia mengabaikan kerutan di kening Jovanka dan tatapan tajam dari Clark yang seolah menyuruhnya untuk berhenti bersikap seperti orang bodoh.
Yeah, ia sendiri tidak bisa menolaknya. Ia tidak keberatan menjadi bodoh demi Sakamoto Keiko. Itu berarti ia tidak peduli apa pun pendapat orang lain mengenai hal itu.
Aku rasa aku sudah tahu apa yang harus kulakukan, Baby ....
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Ilah Alfiah
ah bentar lagi kayanya bakalan keluar kata " I LOVE U BABY " 🌷❤️❤️❤️
2022-02-05
0
Gaby Lidya
Duuhh.. Baby ceunahhh😍😍
2022-01-28
0
🔵🍃⃝⃟𝟰🫦𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀
aku denger kata "baby" lagi 🤗
2022-01-24
1