“Apa yang terjadi?” tanya Andrew pada gadis yang masih bersembunyi dalam dekapannya dengan suara sangat pelan.
Jantungnya berdentam-dentam hingga ia yakin gadis itu bisa mendengar detaknya yang tak beraturan. Tidak, bukan karena takut, tapi karena senang dan bersemangat. Ya, terdengar cukup kejam karena raut khawatir dari wajah Sakamoto Keiko belum juga hilang. Mungkin semesta berbelas kasihan padanya dan memberinya kesempatan. Ia sendiri sama sekali tidak menyangka Keiko akan menghambur dengan sukarela ke dalam pelukannya.
Lima menit yang lalu, pria itu baru saja keluar dan hendak berjalan menuju subway terdekat yang ditunjukkan oleh ponselnya ketika tiba-tiba seseorang menabraknya dari samping, kemudian menariknya menuju salah satu toko makanan ringan tanpa sempat memberi respon. Ia lalu tertegun dan menatap sosok yang menyeretnya itu selama beberapa detik sebelum pulih dari keterkejutannya dan memberi respon.
“Apa yang terjadi, Nona?” ulangnya lagi ketika Keiko tetap diam.
Keiko mendongak sekilas untuk memandang wajah Andrew, kemudian kembali mengintip dari balik tubuh pria itu. Ia memerhatikan orang-orang yang masuk ke dalam toko dengan waspada.
“Mereka mencariku. Maaf merepotkanmu, tapi … tolong aku … hanya sebentar. Aku janji—“
“Kamu terluka?” sela Andrew ketika menyadari buku-buku jari Keiko yang sedang mencengkeram jasnya dengan kuat sedikit memar dan terkelupas.
“Tidak apa-apa, hanya sedikit … tidak masalah bagiku,” jawab Keiko.
Ia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Untung ia bisa melarikan diri tepat waktu. Kalau tidak, entah apa yang akan dilakukan orang-orang itu padanya. Tas dan ponselnya jatuh entah di mana. Ia tidak bisa menghubungi Hiro atau pun ayahnya. Untunglah ia melihat pria asing ini di tengah jalan. Tidak tahu dari mana datangnya dorongan itu, ia merasa pria ini bisa dipercaya.
“Siapa yang melakukan ini?” tanya Andrew lagi.
Ada sedikit rasa tidak rela melihat Keiko terluka dan khawatir. Gadis itu terlihat seperti seekor kucing liar yang memerlukan pertolongan. Ia menyentuh tangan gadis itu dengan sangat hati-hati, memeriksa jika ada luka lain yang tidak terlihat. Untunglah hanya luka kecil di tangannya saja.
“Orang-orang itu, aku tidak mengenal mereka,” jawab Keiko dengan tatapan menerawang.
Memang ia bisa beladiri, tapi semua itu berguna jika yang ia lawan mengeluarkan senjata api, sementara dirinya tidak memiliki apa pun yang dapat digunakan sebagai senjata.
“Apakah ada saputangan kuning yang dilipat dan disisipkan di saku jas mereka?”
“Bagaimana kamu bisa tahu?” balas Keiko dengan heran.
Gadis itu mencoba mengingat kembali kejadian tadi. Mobil yang akan mengantarnya pulang baru saja berbelok di tikungan pertama ketika tiba-tiba dihadang oleh sebuah minivan hitam. Semuanya berlangsung dengan sangat cepat hingga membuatnya kewalahan. Orang-orang di sekitarnya tidak ada yang berani mendekat ketika para penyerangnya menodongkan senjata api.
Untunglah ia berhasil melarikan diri di antara kerumunan orang banyak setelah membuat dua orang penyerangnya terkapar di jalanan. Tadinya ia ingin kembali ke izakaya tempat Hiro berada, tapi niat itu ia urungkan ketika melihat orang-orang yang berpakaian sama dengan para penyerangnya sedang berdiri di depan pintu masuk. Lalu, di sinilah ia berada, dalam dekapan pria asing yang beraroma musk.
“Kemarilah,” ajak Andrew sambil menggandeng tangan Keiko menuju bagian belakang toko. Ia cukup yakin, sepertinya orang-orang yang menyerang gadis itu adalah anak buah Robert.
Andrew menuntun Keiko melewati tiga orang karyawan yang menatap mereka berdua dengan heran. Ia mengeluarkan beberapa lembar yen dan menyerahkannya pada salah satu dari karyawan itu, lalu memintanya mengantar mereka keluar dari pintu belakang.
Andrew menahan Keiko di balik tubuhnya. Ia melongok ke jalanan, memeriksa situasi di sekitarnya. Rupanya bagian belakang toko terhubung pada gang kecil yang cukup sepi. Gang itu memisahkan toko-toko lain yang berjajar di seberang. Mungkin sengaja dibuat untuk jalur keluar masuk para karyawan.
“Apakah tunanganmu sedang bermasalah dengan seseorang?” tanya Andrew setelah yakin tidak ada yang mencurigakan di dekat situ.
“Aku tidak tahu,” jawab Keiko sambil menunduk.
Ia tidak berani berlama-lama menatap mata lawan bicaranya itu. Sorot dan aura pria itu terlalu kuat. Ia takut akan terseret dalam pesonanya dan tidak bisa kembali.
“Kamu hafal nomor teleponnya? Aku bisa menghubunginya untuk menjemputmu di sini,” tawar Andrew.
“Ya,” jawab Keiko pelan.
“Tunggu sebentar,” ujar Andrew seraya mengeluarkan ponselnya.
Sebenarnya, ia sangat ingin mengantar gadis itu pulang, memastikan dia sampai ke rumah dengan selamat. Akan tetapi, saat ini ada hal lain yang ia pertaruhkan. Misinya belum selesai. Jangan sampai kedoknya terbongkar sebelum berhasil meringkus dan membawa targetnya ke markas. Ia benar-benar tidak ingin bertindak ceroboh dan mencelakai gadis itu.
Andrew baru saja ingin menanyakan nomor telepon Hiro ketika layar ponselnya tiba-tiba menyala. Panggilan masuk dari Clark. Ia menyentuh bulatan hijau yang bergerak turun naik di layar ponsel dan mendekatkan benda itu ke telinga.
“Ada apa?” tanyanya begitu mendengar suara Clark dari seberang sana, “Halo? Clark? Aku tidak bisa mendengarmu. Halo? Aku … merunduk!”
Andrew berbalik secepat kilat dan menerjang Keiko dan menggunakan tubuhnya sebagai tameng bagi gadis itu. Secepat kilat ia menarik tubuh Keiko untuk berlindung di balik tong sampah yang terletak di dekat pintu.
Dsing!
Dsing!
Suara tembakan dari pistol berperedam hampir menembus tempurung kepala Andrew. Terlambat beberapa detik saja, peluru pasti sudah bersarang di tubuhnya. Beruntung ia lebih dulu melihat pantulan bayangan dua orang pria yang sedang mengendap-endap dari kaca jendela.
Andrew menyerahkan ponsel yang masih berada dalam genggamannya pada Keiko dan berkata, “Cepat hubungi kekasihmu!”
Pria itu tidak menunggu jawaban Keiko. Ia langsung merunduk dan mengeluarkan sepucuk pistol dari sarungnya yang menempel di pinggang dan membidik dua orang musuh yang sedang merangsek maju. Sambil berguling ke kanan, Andrew menarik pelatuk.
Blup!
Blup!
Dua tembakan berturut-turut berhasil menembus jantung dua orang itu. Tubuh mereka jatuh berdebam, lalu tak bergerak lagi.
Untuk sesaat Andrew menghela napas lega, tapi ia tahu ini tidak akan lama. Pasti dua orang itu sudah menghubungi rekan-rekannya. Pria itu menoleh pada Keiko yang sedang menatapnya dengan sorot tidak percaya.
“Sudah menghubungi tunanganmu?” tanya Andrew sambil menyimpan kembali senjatanya.
Keiko menggeleng pelan dan menjawab, “Tidak bisa dihubungi.”
Gadis itu terus menatap Andrew tanpa berkedip. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memiliki pistol Thunder 50 BMG yang langka. Menurut pengetahuannya, hanya ada lima buah senjata itu di dunia yang dibuat khusus oleh Phoenix.Co. Ia benar-benar tidak menyangka jika pria di hadapannya memiliki benda itu.
Siapa sebenarnya pria ini?
“Ayo, pergi dari sini. Mereka pasti sudah memanggil bantuan,” ujar Andrew seraya menarik tangan Keiko.
Ia berpura-pura tidak melihat sorot bertanya dalam tatapan gadis itu. Saat ini yang paling penting adalah mencari tempat aman untuk bersembunyi.
Dua orang itu baru saja mencapai ujung gang yang menuju jalan raya ketika suara ban yang berdecit menggema kencang. Sebuah Lexus RX 350 F berhenti tepat di samping Andrew, lalu kaca jendelanya perlahan terbuka.
“Cepat naik!” seru Clark dari dalam mobil.
Andrew mengembuskan napas lega.
“Ayo,” katanya seraya memberi isyarat pada Keiko untuk masuk ke dalam mobil, “Jangan takut, aku akan menjagamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Mimilngemil
aaa...
makin seru, berasa nonton Film
2023-10-17
0
Yuli Yuliand
kayak pertarungan para mafia dimulai.😃
2022-04-25
0
Rasikha Qotrun Nada Nada
asyiiik dehhh mereka bisa makin dekat Klo GT,,,,
2022-03-18
1