Andrew tersadar dari lamunannya dan segera menyimpan kembali barang-barang pribadi miliknya. Setelah memastikan semua telah aman dalam metal case, ia menyimpan benda itu di kamar dan mengambil peralatan taktisnya.
Clark yang mengambil peralatan miliknya sendiri sesekali mencuriga pandang ke arah Andrew. Raut wajah sahabatnya yang mendung dan terlihat sedikit tertekan membuat Clark cemas.
“Kamu baik-baik saja?” tanyanya seraya menyalakan Lexus yang diberikan sebagai fasilitas transportasi mereka selama di Jepang.
Ia khawatir Andrew menjadi tidak objektif dalam melakukan misi kali ini. Selama mengenal pria itu, ia tahu sahabatnya adalah pria yang rasional dan selalu menggunakan logika. Akan tetapi, ia juga tahu bagaimana perasaan Andrew terhadap Kinara Lee. Jika benar gadis itu mirip dengan Sakamoto Keiko yang merupakan tunangan dari Kobayashi Hiro, maka sepertinya misi kali ini akan sedikit … um, rumit?
“Aku tidak baik-baik saja,” balas Andrew sambil memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
Kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan, kemungkinan, praduga, harapan, dan juga ketidakpastian. Semuanya muncul berdesakan dalam sel-sel kelabunya yang malang, saling tumpang-tindih dan membuat perutnya mendadak mual. Namun, satu pertanyaan penting yang terus berkelebat dalam kepalanya adalah: jika situasi menjadi tidak terkendali dan ia harus memilih, apakah ia harus menyelesaikan misi atau menyelamatkan gadis itu?
Sial, aku bisa gila, umpat Andrew dalam hati. Rahangnya mengetat hingga geliginya bergemelutuk.
Semuanya terlalu memusingkan. Tidak bisakah ia hidup dengan tenang satu kali saja? Tidak bisakah perjalanan hidupnya mulus seperti orang lain?
“Tenanglah. Bukankan Garry sedang mencari informasi? Setidaknya kamu harus tenang sampai semuanya jelas,” ucap Clark, berusaha untuk menenangkan sahabatnya.
“Semuanya sudah jelas, Clark. Itu dia. Aku tidak salah lihat. Aku hanya … aku ….”
Clark menghela napas panjang. Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk menghibur Andrew. Kalau dirinya yang berada di posisi itu, mungkin reaksinya melebihi respon Andrew saat ini. Setelah bertahun-tahun mencari hanya dengan bermodalkan gambar-gambar yang dibuatnya dari penglihatan-penglihatan dalam mimpi, kemudian akhirnya bertemu dalam situasi seperti ini … bisa dibilang mental Andrew cukup kuat karena tidak langsung membawa gadis itu kabur bersamanya.
Setelah mengaktifkan GPS, Clark mengendarai mobil menuju jalan raya. Dua orang pria itu terdiam selama sisa perjalanan, masing-masing sibuk dengan isi kepala mereka.
Jalan utama kota Tokyo yang ramai seolah memiliki daya magis. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, berdiri rapat tanpa menyisakan celah. Huruf-huruf kanji terlihat di setiap toko-toko dan sudut jalan. Pohon-pohon dengan dedaunan berwarna kuning dan oranye memberi kesan tenang dan teduh, terlihat kontras dengan hiruk-pikuk di sekelilingnya. Semua orang larut dengan urusan mereka, berlalu-lalang seperti barisan semut yang terlalu sibuk untuk saling menyapa.
Mata Andrew yang terpejam tiba-tiba terbuka ketika merasakan laju mobil melambat. Clark membelokkan kemudi ke sebuah gedung putih yang terletak di pusat kota. Sekilas bangunan itu terlihat seperti gedung perkantoran biasa. Akan tetapi, tidak semua orang bisa mendekati gerbang. Semua kendaraan yang keluar dan masuk telah terdata dalam system komputer. Plat nomor yang tidak dikenal tidak akan bisa memasuki area gedung dengan alasan apa pun.
Mesin yang terpasang pada palang otomatis bergerak dan memindai mobil yang dikendarai oleh Clark. Pria itu menurunkan kaca jendela dan mendekatkan wajah pada retina scanner. Andrew pun melakukan hal yang sama ketika mesin pemindai di sebelahnya berkedip hijau.
Bip.
Bip.
Identitas Andrew dan Clark dikonfirmasi. Palang terangkat, memberi akses pada mereka untuk masuk. Mobil kembali melaju pelan menuju lobby utama. Seorang pemuda dengan sigap mengambil alih mobil itu dan membawanya ke tempat parkir.
Dua orang itu berjalan masuk, sesekali mendongak dan memerhatikan isi bangunan yang dominan dengan warna putih. Beberapa langkah di depan mereka, tampak seorang pria berseragam formal mendekat. Ia membungkuk untuk memberi hormat sebelum mendekatkan sebuah alat berbentuk persegi panjang yang memindai tubuh mereka berdua, untuk memastikan bahwa benda-benda yang mereka bawa sudah sesuai dengan protokol.
“Silakan, Sir,” ujar pria itu ketika tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, “Mari ikuti saya.”
“Baik,” balas Andrew dan Clark bersamaan.
Mereka mengekor di belakang pria bertubuh tegap yang sedang berjalan dengan tempo teratur menuju lantai dua. Mungkin karena hanya naik satu lantai, pria itu lebih memilih memakai anak tangga yang berbentuk setengah lingkaran di tengah ruangan.
Ini adalah kali pertama Andrew memasuki markas EEL di Jepang. Seperti biasa, ia merekam semua tanda dan letak ruangan dengan teliti. Memiliki ingatan fotografis yang baik sangat membantunya melaksanakan setiap misi. Juga berjaga-jaga, siapa tahu suatu saat nanti ia akan membutuhkannya.
Setelah sampai di ujung tangga, tiga orang itu berbelok ke arah kanan, terus berjalan melewati beberapa ruangan hingga akhirnya berhenti di depan sebuah pintu yang juga berwarna putih.
“Mr.Tanaka dan Miss Jovanka sudah ada di dalam,” ujar pria itu lagi seraya membukakan pintu.
“Terima kasih,” ucap Andrew sambil berjalan masuk.
Clark mengangguk sekilas dan mengikuti ke dalam. Jovanka yang sedang berbicara dengan seorang pria Jepang segera mendongak dan menyambut mereka. Jimmy yang berdiri di sebelah Jovanka pun ikut mendongak dan melambaikan tangannya.
“Selamat bergabung. Duduklah,” ujar Jovanka seraya menunjukkan tempat duduk Andrew dan Clark.
“Semoga kami tidak terlambat …,” kata Clark sembari menyeringai kikuk.
“Tidak. Aku pun baru sampai,” sahut Jovanka cepat, “Oh, perkenalkan, ini adalah Mr. Tanaka, ketua organisasi perwakilan Jepang. Beliau yang akan memimpin briefing hari ini.”
“Sir,” sapa Andrew seraya sedikit membungkuk, “Mohon bimbingan dari Anda.”
“Senang bertemu dengan Anda, Tuan,” ujar Clark dengan sopan. Ia pun sedikit membungkuk, mengikuti gerakan Andrew.
Mr. Tanaka membetulkan kacamatanya sambil melambaikan tangan. “Tidak perlu sungkan. Duduklah. Karena kalian sudah tiba, aku akan segera mulai.”
Pria paruh baya itu menekan bulatan hitam sebesar bola tenis di atas mejanya. Warna merah yang berkedip segera berganti dengan warna biru, memancarkan proyeksi hologram di tengah ruangan.
Sebuah bangunan yang cukup tinggi tergambar dengan jelas dan detail, mulai dari lantai bawah hingga teratas. Semua tangga darurat dan sambungan antar ruang ditandai dengan warna kuning, sambungan lift dengan warna putih, dan pintu di tiap ruangan dengan warna hijau.
“Berdasarkan informasi yang masuk, Kobayashi Sora akan melakukan sokaiya-3 di tempat ini,” jelas Mr. Tanaka sambil menunjuk salah satu ruangan, “Menurut mata-mata kita yang menyusup dalam organisasi mereka, Mr. Kobayashi baru saja membeli saham dari salah satu industri makanan kemasan terbesar di Jepang. Sistem kita baru saja melacak adanya blackmail kepada para komisaris, presdir , dan pemilik perusahaan itu untuk melakukan acara amal di dekat Hynn Industri besok malam. Sakamoto tidak terlibat dalam transaksi kali ini, tapi kita akan menangkapnya dalam operasi yang berbeda.”
Semua orang yang ada dalam ruangan memerhatikan penjelasan pria itu dengan saksama, tidak ingin melewatkan informasi berharga yang akan sangat membantu ketika mereka melakukan misi nanti.
Mr. Tanaka mengulurkan tangan dan menyentuh permukaan hologram yang melayang di atas meja, menggeser dan menyentuh beberapa titik hingga tampilan layar mengecil.
“Lihat, di sini lokasi Hynn Industri … dan di sini gedung yang akan digunakan untuk jamuan makan malam. Tugas kalian adalah menyusup masuk dan membawa Kobayashi Sora keluar hidup-hidup. Kita membutuhkannya untuk membongkar sindikat mereka yang sudah mengakar kuat hingga ke mancanegara. Aku yakin dia hanya salah satu bidak yang menyokong bisnis terlarang ini. Ada kekuatan yang jauh lebih besar yang mengendalikan orang-orang seperti Kobayashi dan Sakamoto,” ujar Mr. Tanaka.
Ia menggerakan jemarinya lagi, mengatur tampilan layar dan memfokuskannya pada beberapa bagian secara terpisah. Ketika telunjuknya menekan tombol kecil pada bulatan hitam di atas meja, muncul beberapa foto beserta nama-nama yang sudah tidak asing lagi: Kobayashi Sora dan istrinya, Hiro, juga Sakamoto Zen.
“Aku akan merekomendasikan dua orang anak buahku di sini untuk membantu penyusupan besok.” Mr. Tanaka mengakiri penjelasannya. “Ada pertanyaan?”
“Bagaimana dengan gadis itu?” tanya Andrew dengan raut wajah yang sangat serius, membuat Clark terkejut hingga hampir tersedak ludahnya sendiri.
“Apa maksudmu?” balas Mr. Tanaka dengan kening mengernyit.
“Tunangan Kobayashi Junior … putri Mr. Sakamoto. Kenapa tidak ada data dan fotonya di sini?”
“Itu karena memang tidak ada data apa pun mengenai gadis itu. Ayah dan tunangannya menyembunyikannya dengan sangat baik. Aku rasa dia tidak terlibat dalam semua bisnis kotor itu.”
“Bagaimana kalau dia juga ada di sana besok malam? Apa yang harus kami lakukan padanya?” tanya Andrew sambil menatap blue print bangunan yang harus mereka masuki besok.
Sepanjang penjelasan Mr. Tanaka tadi, perhatian dan konsentrasinya terbagi antara memikirkan misi dan keselamatan Sakamoto Keiko.
Ini benar-benar mulai gawat, batin Clark. Ia menyentuh bagian belakang kepalanya sambil berpikir keras, apa yang harus ia lakukan untuk mencegah Andrew melakukan hal-hal yang ceroboh.
Mr. Tanaka menatap lurus ke manik kelam Andrew dan menjawab, “Selama tidak membahayakan misi, lepaskan dia. Tapi kalian tahu apa yang harus dilakukan jika dia pun terlibat dalam bisnis ayah dan calon suaminya. Mengerti?”
Andrew mengangguk pelan dan menjawab, “Mengerti.”
Tentu saja ia mengerti apa yang harus ia lakukan.
***
Note: Sokaiya merupakan nama dari satu bentuk suap dalam skala besar yang selama ini dijalankan oleh Yakuza. Modusnya, Yakuza akan membeli saham satu perusahaan yang membuatnya mendapatkan kursi dan mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh para pemilik saham.
Setelah itu, mereka akan melakukan segala cara untuk mempengaruhi kepemimpinan perusahaan. Kemudian mereka akan meminta uang atau mengancam akan mempermalukan pimpinan perusahaan di dalam pertemuan.
Modus lainnya, Yakuza akan mengadakan kegiatan turnamen olahraga dan kontes kecantikan dan kemudian tiketnya dijual dengan harga teramat mahal kepada para korbannya lewat blackmail. Target mereka biasanya perusahaan-perusahaan besar.
Sumber: google.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Ayuna
kali ini dia yg berkali2 nyelamatkan keiko
2022-02-01
1
Indah Allwayzz OS
semakin seru dan menegangkan..
2022-01-27
0
yhoenietha_njus🌴
misi yang menegangkan...
2022-01-11
1