Andrew terpaku di depan pintu museum hingga mobil sedan yang diawasinya menghilang di persimpangan jalan. Tangannya sedikit bergetar ketika menekan tombol off di sisi kiri The Eyes—kacamata miliknya yang terlihat seperti aksesoris biasa.
Hasil pemindaian baru saja mengkonfirmasi dugaannya. Berkas penelusuran berupa tampilan hologram yang hanya dapat dilihat olehnya itu menampilkan semua informasi yang berkaitan dengan keluarga Kobayashi. Mulai dari silsilah keluarga mereka, anak perusahaan mereka yang menyebar hampir di seluruh benua Asia, termasuk acara pertunangan yang dilangsungkan baru-baru ini. Hanya saja, tidak ada satu pun foto atau liputan yang dimuat oleh media mengenai acara itu.
Dan, gadis itu … dia …
“Apa yang terjadi?” tanya Clark ketika melihat Andrew yang mematung di dekat pintu masuk.
Ia langsung menyusul ketika mengetahui Andrew ada di luar. Sahabatnya itu mengirimkan pesan melalui saluran komunikasi mereka yang membuatnya cukup terkejut karena mengira ada situasi darurat. Siapa sangka penampilan Andrew benar-benar terlihat kacau. Hal itu membuatnya semakin cemas karena Andrew tidak pernah terlihat sekusut ini. Bahkan Mr. Roux dan Alfred sendiri belum pernah berhasil membuat kondisi Andrew seburuk ini.
“Ada apa, Drew?” tanyanya lagi karena Andrew tak kunjung menjawab.
“Dia adalah tunangan dari Kobayashi Junior, Clark. Bagaimana menurutmu?” jawab Andrew seraya melipat mini keypad yang membantunya mengoperasikan The Eyes.
Informasi mengenai tunangan Kobayashi Hiro sangat minim. Selain bahwa dia adalah putri dari Sakamoto Zen, hampir tidak ada informasi lainnya. Pantas saja keterangan dalam berkas yang dikirim oleh Jovanka pun sangat sedikit. Sepertinya Mr. Sakamoto melindungi putrinya dengan sangat baik. Kalau bukan karena salah seorang bodyguard tadi yang menyebutkan nama Mr. Kobayashi dengan cukup jelas, mungkin Andrew tidak akan pernah mengetahui identitas gadis itu.
“A-apa? Dia? Siapa maksudmu?” Clark menoleh ke kanan dan kiri dengan bingung. Tidak ada satu orang pun yang terlihat mencurigakan. Semuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
“Sakamoto Keiko,” gumam Andrew, “Aku tidak berkhayal, Clark. Itu dia. Aku benar-benar melihat dan berbicara dengannya.”
Andrew melepaskan kacamatanya dan mulai berjalan. Ia sudah kehilangan minat untuk berkeliling di museum. Sekarang yang ia inginkan hanyalah pulang dan menggali informasi sebanyak mungkin mengenai gadis itu.
“Hey! Siapa dia? Apa aku mengenalnya?” seru Clark seraya berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Andrew. Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud pembicaraan sahabatnya itu.
“Gadis yang aku cari hampir seumur hidupku. Aku baru saja bertemu dengannya. Namanya Keiko. Sakamoto Keiko,” gumam Andrew dengan tatapan menerawang ke depan.
Ia sendiri masih belum bisa mencerna semua ini. Kalau memang Keiko adalah reinkarnasi dari Kinara Lee, lalu siapakah dirinya di masa lalu? Apakah di kehidupan yang lalu, ia tetap bernama Andrew? Atau ….
“Andrew!” teriak Clark ketika melihat sahabatnya berlari di antara kerumuman.
Ia mencoba sekuat tenaga untuk mengejar Andrew yang sudah menghilang dari jarak pandangnya. Sambil terus mengucapkan maaf dan sesekali menunduk, pria itu mencoba mengingat nama yang tadi diucapkan oleh sahabatnya. Terasa sedikit familier.
“Mr. Kobayashi? Sakamoto?”
Mata Clark membulat sempurna. Ia menggapai di udara dan berteriak, “Andrew! Tunggu! Kamu pasti bercanda, ‘kan?!”
Tidak mungkin pacar khayalan sahabatnya adalah putri dari salah satu target mereka. Ini pasti lelucon. Mungkin ini adalah waktu di mana sahabatnya yang kaku dan serius itu akhirnya memutuskan untuk membuat cerita yang sedikit tidak masuk akal untuk menjebaknya.
“Pria itu memang memiliki selera humor yang payah. Dia pasti hanya ingin mengerjaiku,” gumam Clark untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Akan tetapi, semua asumsinya itu mendadak menguap begitu saja ketika ia tiba di rumah singgah dan mendapati Andrew sedang serius di depan layar metal case-nya. Beberapa lukisan yang sudah tidak asing lagi tampak berserakan di atas meja. Ya, Andrew memang selalu membawa beberapa gambar miliknya seperti harta yang berharga ke mana pun ia bertugas.
Clark hanya berani mendekat perlahan ketika melihat raut wajah sahabatnya yang sangat serius. Beberapa angka dan huruf acak muncul di layar komputer lipat milik Andrew sementara pria itu terus mengetik kombinasi sandi.
Terpaku di tempatnya, Clark menahan napas ketika menyadari apa yang sedang dilakukan oleh Andrew membuktikan bahwa pria itu tidak sedang bercanda atau main-main. Hingga akhirnya ketika layar laptop berkedip dan muncul wajah bulat seorang pemuda berkulit sawo matang dengan rambut ikal yang sangat dikenalnya, Clark tidak bisa menahan diri lagi.
“Kamu sungguh bertemu dengan gadis itu?” tanyanya pelan.
“Hum.”
“Kamu tidak sedang berkhayal … atau bercanda dan semacamnya?”
“Hum.”
Andrew tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali dari laptopnya. Ia menggerakkan kursor dan meng-klik bulatan hijau yang berkedip di layar monitor dan menyapa pemuda yang sedang menyeringai lebar dari dalam benda pipih itu.
“Hello, Garry. Aku butuh bantuanmu,” ucap Andrew tanpa basa-basi terlebih dahulu.
Ia mengambil salah satu lukisannya dan menunjukkannya ke layar dan melanjutkan, “Aku sudah mengirim gambar ini. Tolong lacak keberadaannya. Tanggal lahir, asal-usul orang tua, jumlah saudara. Semuanya. Aku ingin semuanya. Mengerti? Jangan sampai ada yang terlewat."
“Wohooo … easy, Boss. Calm down,” balas Garry dengan seringai lebar masih terpampang di wajahnya, “Itu masalah mudah. Tapi, apa balasan untukku?”
Andrew menyipit, menatap tajam pada pemuda bertubuh bongsor itu dan berkata, “Selama lokasimu tidak aku berikan pada pemerintah, maka bersyukurlah.”
Tawa Clark hampir menyembur. Selera humor Andrew memang sangat buruk, apalagi dalam keadaan genting seperti ini. Oleh karena itulah ia memilih untuk tetap diam dan mengawasi semuanya dalam jarak aman. Jika Andrew sudah sampai meminta bantuan Garry yang merupakan salah satu hacker paling dicari oleh Interpol, maka itu berarti dia sedang dalam mode super serius. Jangan coba-coba untuk mengganggunya.
Garry yang tampaknya sudah terbiasa dengan tingkah Andrew sama sekali tidak ambil pusing dengan perkataan pria itu.
Ia hanya terus tersenyum lebar dan berkata, “Aku akan mengirim semua informasi yang kamu butuhkan secepatnya. Ciayo!”
Pemuda itu langsung memutuskan sambungan sebelum Andrew sempat membalas.
“Bedeb*h cilik itu …,” gerutu Andrew pelan. Ia mengambil salah satu lukisan yang tergeletak di atas meja dan memerhatikannya dengan saksama.
Deg ….
Deg ….
Deg ….
Kinara Lee atau pun Sakamoto Keiko, debaran dalam dadanya tetap sama. Rasa rindunya pun tetap sama. Perasaan aneh yang membuatnya sering kehilangan akal sehat dan gamang itu sekarang justru bertambah besar.
Aroma dan suara gadis itu kini memenuhi kepalanya. Bergema seperti lonceng katedral yang memanggil para pendoa. Menguar seperti aroma bunga sakura di musim semi.
Clark menggaruk daun telinganya dengan kikuk. Ponsel khusus regu EEL terus bergetar di saku jaketnya. Ia tidak ingin menginterupsi Andrew, tapi ….
“Maaf mengganggu mimpi indahmu, tapi Jovanka meminta kita untuk berkumpul dengan yang lain di markas.”
***
Please sabar yaa....
Nggak mungkin ketemu trs langsung 4646 kan?
Semua butuh proses😁
By the way, kalian tinggalkan like dan komen aja udah seneng bgt aku. Apalagi kl tambah vote yang banyak,xixixixi...
Makasih buat kalian semua yg setia nunggu Andrew-Keiko, selalu support dengan komen2 positif. Love you all🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Mimilngemil
kaya Naik angkot 4 6 4 6
😅
2023-10-16
1
Yuli Yuliand
smgat thor
2022-04-25
0
Ini Yulianti
kaya naek koasi 46..46..
2022-03-04
1